Balada Anak Magang Kinyis-kinyis

31.8K 3.8K 307
                                    

*bersihin sarang laba-laba*

😁 Nyengir dulu ah, biar dimaapin karna updatenya lama. Hehe

#####

-Part 21-
.

.

Rama duduk di kubikel Danar, memandangi ruangan kaca di hadapannya yang kosong tidak dihuni pemiliknya. Biasanya Rama sering curi-curi pandang, dari jauh mengamati Rivera yang duduk di balik meja kerjanya. Kadang perempuan itu mengerenyit memandang entah apa di layar laptopnya, sesekali dia juga melepas kaca matanya dan memijat pangkal hidungnya, ekspresi serius seperti itu sepanjang hari.

Perubahan Rivera yang menjadi sedikit lebih ramah pada rekan kerjanya, tidak berbanding lurus dengan perubahan ekspresinya saat bekerja. Namanya Rama sudah jatuh cinta, ekspresi kusut Rivera pun dia anggap tetap menarik.

Hari ini Rama merasa kehilangan. Nggak ada yang bisa dia lihat di ruangan di depannya. Rivera mengambil cuti beberapa hari untuk menemani Papanya.

"Gimana bokapnya Si bos?"

Rama memutar kursinya ke kanan menghadap ke arah Wisnu. "Masih perlu perawatan sih katanya." Kemudian dia menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya.

Sebenarnya Rama masih ngantuk banget. Efek hari ini dia harus berangkat lebih pagi karena menggunakan mobil Rivera dan ... tentu saja efek samping ucapan 'selamat malam' dari Rivera yang membuat Rama gagal tidur cepat.

Semalam, Rama menghabiskan hampir setengah jam memikirkan balasan apa yang harus dia kirim ke Rivera.

Rama ketik ....

Dia hapus.

Ketik lagi ....

Hapus lagi.

Akhirnya Rama cuma balas,

Saya udah sampai satu jam lalu.
Sama-sama, Mbak.
Semoga Papanya cepat sembuh.

Setelah dia mengirim pesannya, balasan Rivera datang dengan cepat. Tapi tidak sesuai harapan.

Amiin
Maaf saya mau nyusahin lagi. 🙏
Mobil tolong ditaruh kantor aja. Kuncinya titip Tika ya.
Makasih

Yah, malah bahas mobil. Pikir Rama kecewa.

Rama kira bakal ada ucapan manis lain, seperti selamat tidur misalnya. Rama kan enggak muluk-muluk minta didoain mimpi indah, tapi kenyataan memang tidak pernah seindah harapan.

"Sakit apa sih?" Hafidz yang baru datang ikut bergabung dengan dua temannya yang lain. Sambil melepas jaketnya, dia menunggu jawaban Rama yang tidak berhenti menguap.

"Hipertensi dan kawan-kawan. Biasa penyakit orang tua."

"Kita mau besuk kapan? Duitnya udah ngumpul nih." Hafidz menarik laci kerjanya dan menunjukkan amplop coklat di dalamnya pada Rama.

Seperti gosip dan berita lainnya, kabar tentang ayah atasan mereka yang harus dilarikan ke rumah sakit karena jatuh di kamar mandi juga menyebar cepat. Entah siapa yang memulai, sudah ada amplop coklat yang digilir ke setiap meja untuk patungan. Sekali pun bos mereka sering menjadi orang yang sangat sadis, tapi dia juga rela pasang badan untuk membela rekan satu timnya jika terjadi crash dengan tim lain. Dengan catatan, yang dibela berani bertanggung jawab bahwa dia pihak yang benar. Karena itu, kumpulan makhluk penghuni divisi marketing pun tidak segan untuk mengumpulkan uang, sekedar memberi oleh-oleh untuk menjenguk ayah Rivera nanti.

"Besok aja, kan jum'at tuh. Santai jadinya. Ada jam besuknya nggak?" Wisnu bertanya pada Rama dan di jawab hanya dengan mengangkat enam jarinya karena dia lagi-lagi sibuk menguap. "Dari kantor setengah empat, izin HR, pasti dikasih. Mbak Tika kan ce'esnya Si bos ini."

Cupid's MistakeHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin