No Edited!
"Perasaan aku ngga enak deh." ucap Dila sambil mengayunkan kakinya menciptakan riak air dalam kolam renang yang sedang mereka tempati untuk 'berpacaran'.
"Kenapa?" Dylan yang duduk disamping Dila menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu sambil memainkan jari Dila yang ada digenggamannya.
"Ngga tau, tiba-tiba ngga enak aja, Devan bakalan apain dia kalau tau itu bukan aku yah."
"Aku yang akan langsung hajar Devan kalau dia apa-apain Dela." ucap Dylan dengan tegas, mau tidak mau Dila tersenyum.
"Makasih yah.."
Dylan mengangkat kepala lalu menatap Dila dengan tatapan makasih-buat-apaan?
Dila tersenyum lebih manis dari sebelumnya lalu memeluk Dylan dari samping tanpa mengucapkan apapun lagi dan Dylan pun dengan senang hati merangkul Dila.
Gedebuk! Brak! Brak..
Dila melepas tangannya yang memeluk Dylan lalu melihat kebelakang tempat keributan terjadi.
"ARGHH.. PERUT GUEE!!"
Dibalik tembok Azka tengkurap lalu diatasnya Alika diatasnya lagi Fellyn dan yang paling atas Airin, Airin berdiri lalu loncat-loncat, "Yeyy gue yang paling atas, ngga sakit."
"Ngapain kalian semua tiduran disini?" tanya Dylan yang sudah berdiri lalu kembali merangkul Dila.
"Yakali tiduran bego." umpat Azka kesal, "Yang, kamu harus pijitin aku bentar." ucapnya lagi pada Alika.
"Lo ngapain kesini, Ka?" tanya Dylan pada Azka.
"Ya mau ngapelin cewe gue.." ucapan Azka terhenti saat melihat tatapan tajam Dylan, "Gue mau bahas sesuatu yang penting sama lo."
Dylan menaikkan alisnya, "Ngomongnya didalem aja." lanjut Azka lagi.
---
"Coba aja gue tau ngga akan gue bilang Azka kalau Dylan ada disini." ucap Alika keki melihat Dylan dan Azka yang sedang membahas sesuatu di ruang tengah sementara para perempuan menyiapkan makan malam. Bagus..
"Bacot banget deh lo dari tadi." Dila menatap Alika galak sambil tetap mengaduk sup-nya. "Harusnya gue yang kesel karna Azka sabotase Dylan dari gue!"
"Bahasa lo sabotase." Airin mencolek pantat Dila sambil tertawa.
"Anjirr, geli gue."
"Eh, Dil kira-kira Dela sama Devan gimana yah.." Fellyn yang sedari tadi diam akhirnya berbicara.
Dila mengangkat bahu tapi dalam hati dia juga memikirkan Dela, memang Dylan belum cerita banyak tentang saudara tirinya itu namun setelah mengetahui sekilas kisahnya Dila merasa was-was.
Gimana kalau Devan bawa Dela ke suatu tempat lalu memperkosa Dela lalu membuangnya ke jurang lalu Dela dimakan beruang lalu....
"Oy jangan melamun lo! Kesambet ntar." Alika menepuk keras bahu Dila membuat lamunan liarnya buyar.
-Sementara diruang tengah-
"Dia maunya gitu, jadi kalau lo mau lo bisa pasangan sama Dila." jelas Azka dan Dylan mengangguk mengerti.
"Kita bisa adain rapat hari Rabu pulang sekolah." balas Dylan dan kali ini Azka yang mengangguk mengiyakan.
"Lo ngga mau bilang ke anak-anak hubungan lo sama Dila?" tanya Azka hati-hati, dia sudah sering menanyakan ini pada Dylan namun Dylan tak pernah mau membahasnya.
Dylan tidak menjawab dan mereka sama -sama terdiam.
"Gue juga mau tapi Dila selalu nolak." jawab Dylan setelah mereka terdiam cukup lama.
"Biasanya sih kalau orang yang ngga mau memamerkan hubungannya itu ada hati yang dia jaga. Hati-hati aja siapa tau Dila lagi ngejagain hati orang lain." ucap Azka setengah bercanda tapi ucapan itu berhasil membuat Dylan kembali terdiam dan merenung.
Ucapan Azka benar. Ada hati yang Dila jaga dan Dylan tau...
Bahwa hati Dela-lah yang Dila jaga.
*****
"Gimana?" ucap Devan dengan senyum kemenangannya sementara Dela duduk kaku didepannya.
"Lo terlalu bego kalau mau nipu gue."
"..."
"Jangan lupa kalau gue dan Dylan serumah dan gue ngeliat motornya dirumah lo."
"..."
Devan terkekeh melihat Dela yang tak berkutik didepannya, "Kenapa diam?"
"G-gue.."
"Lo suka sama Dylan kan?" Dela kembali bungkam.
"Gue tau lo selalu merhatiin Dylan dan Dylan merhatiin Dila."
"Gue tau lo nangis pas liat Dylan sama Dila bareng di rooftop."
"Gue juga tau kalau lo mau move-on dari Dylan."
"STOP!!"
Devan menyeringai, sedikit lagi. Batinnya.
"Mungkin ini kedengarannya mellow banget buat cowok kaya gue tapi apa yang lo rasain itu pernah gue rasain, Del. Disaat orang yang selalu lo lihat melihat orang lain. Itu sakit banget." Devan menengadahkan kepalanya keatas, melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit, tempat mereka makan saat ini berada di outdoor jadi mereka bisa merasakan hembusan angin malam dengan bulan dan bintang sebagai lampunya.
"Tapi gue bisa bantu lo asal lo mau gue ajak kerjasama." Devan langsung menatap Dela yang juga ikut menatapnya.
"Bantuin apa?" tanya Dela penasaran.
Kena lo, ucap Devan dalam hati.
"Sini." Devan memajukan tubuhnya lalu membisikkan sesuatu.
"Gila lo yah?!" ucap Dela setengah berteriak, tak percaya akan rencana Devan.
"Itupun kalau lo mau, gue ngga akan maksa." ucap Devan sambil mengangkat bahunya.
"Gue ngga yakin."
"Lo ngga akan pernah bisa kalau lo ngga nyoba." Devan meyakinkan Dela.
Dela terdiam sambil memikirkan kata-kata Devan, rencananya sangat menggiurkan dan akan sangat percuma jika Dela menolaknya begitu saja.
Tapi jika Dela menerimanya dia pasti akan dianggap PHO dan dia tidak ingin menyakiti Dila.
Devan yang mengerti kediaman Dela, memegang tangannya, "Ngga ada yang tau kalau mereka pacaran jadi kita bisa dengan gampang ngelakuin itu." ucap Devan.
Mungkin tidak ada salahnya kalau Dela mengikuti rencana Devan kali ini...
*****

YOU ARE READING
Duo Troublemaker
Teen FictionSatu gadis Pengacau disekolahmu mungkin bisa kau atasi, tapi bagaimana jika ada dua? Kembar pula. Dila Rasyifa Nathania dan Dela Razheena Nathania. Gadis penguasa SMA Harapan. Apa yang akan dilakukan Dylan sang Ketua Osis untuk membuat kembar ini b...