No edited!
Setelah selesai makan malam, semua siswa duduk melingkari api unggun, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang mengobrol, ada yang berpacaran, bahkan ada yang sibuk mengangkat ponselnya tinggi-tinggi hanya untuk mencari sinyal.
Dila duduk bersama sahabat-sahabatnya, dia tidak melihat Dela sedari tadi dan tidak juga ingin mencari, ada rasa sesak dihatinya saat melihat Dela maupun Dylan ketika mengingat apa yang terjadi tadi.
Dari kejauhan dia dapat melihat Dylan sedang mengobrol dengan siswa lain, entah apa yang mereka bicarakan.
"Dil!" Airin menyenggol lengan Dila hingga gadis itu tersentak.
"Bengong aja dari tadi, kesambet lu ntar." Alika mengingatkan, hingga Dila mau tak mau fokus kembali pada sahabatnya.
"Eh gimana nih ToD kemarin? Sampe mana lo Dil?" tanya Fellyn.
"Udah gue bilang kalo gue ngga mau ngelakuin permainan itu." sanggahnya cepat.
"Berarti lo udah ngaku kalah dong?" Fellyn menaikkan satu alisnya, menyulut emosi Dila.
"Gue ngga peduli, mau menang atau kalah!"
"Well.. Gue rasa Dela bergerak cepat." Alika melirik kearah Dela yang sedang mendekati Dylan. Dila mengikuti arah pandangannya, terus mengamati dua orang itu.
Raut wajah Dylan berubah setelah Dela pergi kemudian pria itu menyusulnya yang masuk kearah hutan, Dila yang melihat itu hanya bisa tersenyum.
Dia akan mengikuti permainan ini, tak peduli bagaimana akhirnya. Semuanya sah saja dalam cinta jadi dia akan memperjuangkan Dylan, Dylan-nya.
Tanpa tau apa yang akan terjadi setelah ini.
***
"Ada perlu apa?" tanya Dylan sesaat setelah mengikuti Dela yang menjauh dari teman-temannya.
Dela menyelipkan beberapa helaian rambut kebelakang telinganya. "Ngga, gue cuman mau ngobrol sama lo." ucap Dela, Dylan mengerutkan keningnya bingung.
"Ini udah malem dan disini gelap, gue ngga mau ada yang salah paham karna kita berdua pergi kesini cuma buat ngobrol." Dylan ingin melangkah namun Dela segera memegang lengannya.
"Ada hubungan apa lo sama Kaka gue?" Dela berucap membuat tubuh Dylan menegang seketika.
"Gue ngga ada hubungan apa-apa sama Dila."
Dela menaikkan alisnya. "Bener?"
"Mau lo apa?" tanya Dylan akhirnya.
Dela tersenyum senang, "Gue mau kita main ToD. Gimana?"
Dylan mengangguk, menyanggupi permintaan gadis itu agar ia bisa cepat-cepat pergi dari sini.
"ToD?" tanya Dela memulai, "Gue harap lo ngga cupu dengan milih T." ucap Dela lagi.
Dylan mengusap wajahnya, "Oke, D."
Senyum Dela makin lebar.
"I Dare you to love me!"
Dylan diam, rahangnya mulai mengeras. Apa-apaan ini?
"Gue ngga akan pernah bisa ngejalanin Dare itu Del."
Dela menghela nafas, entah setan apa yang merasuki pikirannya hingga ia berucap se-frontal itu pada Dylan. Ia hanya ingin melakukannya tanpa tau apa akibat dari ucapannya itu.
Gadis itu tersenyum -tersenyum kecut tepatnya- "Lo tau Dyl-" ucap Dila menggantung, "Kita ngga pernah tau kapan kita merasa nyaman, yang jelas.. saat gue ada di deket lo itu yang gue rasain."
Setelah berucap seperti itu Dela meninggalkan Dylan yang bungkam dengan perasaan tak menentu.
---
Dylan berjalan kembali ketempat dimana semua orang berkumpul namun saat ia tiba disana tidak orang satupun alias sepi.
Ia kembali melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 11 malam, ia juga melihat api unggun yang berada ditengah-tengah antara tenda yang hampir padam.
Berapa lama sebenarnya tadi ia berdiam diri ditengah hutan?
Dylan mengurut pelipisnya, ia kembali mengingat percakapan antara dirinya dan Dela, seingatnya ia tidak pernah berhubungan apapun dengan Dela jika bukan karna pelanggaran-pelanggaran yang gadis itu lakukan disekolah tapi mengapa Dela menyukainya?
Dan tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, tubuh Dylan kaku seketika dan ketika dia berbalik, Dylan melihat Dila yang tersenyum kepadanya, namun senyuman itu tak sampai di matanya...
"Aku kira siapa." Dylan mengelus dadanya, sempat khawatir bahwa yang tadi menepuk pundaknya bukan manusia.
"Bisa kita ngomong?" ucap Dila datar, Dylan mengangguk lalu mengikuti Dila yang menjauh dari tenda.
"Disini aja." Dila duduk diatas sebuah pohon yang sudah tumbang.
"Mau ngomong apa?" tanya Dylan setelah 5 menit tak ada dari mereka yang berbicara akhirnya Dylan-lah yang memulai.
Dila berdehem, "Kamu kemana tadi sama Dela?"
"Ke dalam hutan." jawab Dylan santai padahal jantungnya saat ini berdegup kencang.
"Ngapain?"
"Ngga ngapa-ngapain." Dylan masih menjawab dengan santai.
"Ohh? Okey." Dila mengangkat bahunya acuh, melihat Dila yang ingin pergi Dylan segera memegang tangan gadis itu.
"Mau kemana?" tanya Dylan.
"Balik." Dila kembali berbalik ingin pergi namun Dylan langsung memeluknya, Dila yang mendapat pelukan tiba-tiba itu hanya diam saja, tidak ingin membalas tapi tidak juga ingin melepas.
Cukup lama terdiam dalam posisi berpelukan akhirnya Dila lah yang melepas pelukan mereka.
Dila menatap Dylan dalam membuat cowok itu salah tingkah, perlahan Dila memegang wajah Dylan, mengabsen seluruh bagian wajah kekasihnya itu mulai dari dahi, alis, mata, hidung, hingga bibir. Bibir yang pernah dicium Dela..
"Kamu tau Dyl.." Dila menghela nafas. "Kehilangan adalah satu kata yang paling aku takuti saat aku bersamamu."
-----
Cameron Dallas as Dylan ..
He is sooo very very cute😍😍
-TBC-

YOU ARE READING
Duo Troublemaker
Teen FictionSatu gadis Pengacau disekolahmu mungkin bisa kau atasi, tapi bagaimana jika ada dua? Kembar pula. Dila Rasyifa Nathania dan Dela Razheena Nathania. Gadis penguasa SMA Harapan. Apa yang akan dilakukan Dylan sang Ketua Osis untuk membuat kembar ini b...