Ii : "Ma, tadi Daddy sempet bilang, kalau Daddy tidak mau terjadi penyesalan seumur hidup untuk kedua kalinya. Boleh Ii tau, penyesalan apa ya Ma? Ii gak ngerti apa maksud Daddy tadi."
.
Mata Mama Ichelle terang-terangan melirik kearah Daddy. Raut wajahnya seolah ragu, akan menjawab apa padaku. Hati kecilku mengatakan ada sesuatu hal yang terjadi didalam keluarga ini yang belum ku pahami.Mama Ichelle menghela nafas.
.
Michelle : "Daddy mu hanya takut kehilangan lagi, terlebih jika harus karena penyebab yang sama."
.
Ii : "Bunda maksud Mama?"
.
Michelle : "Iya sayang. Bunda kamu dulu mengalami hal yang sama dengan kamu. Tapi hanya menganggapnya sebagai hal yang wajar. Bundamu sudah merasakan sakit pada perutnya saat haid sejak di bangku SMP. Dan dia tidak pernah bercerita pada siapapun. Hingga suatu saat, sakit pada perutnya melewati batas normal. Kejadiannya sesudah Bundamu menikah dengan Daddy Ali. Tapi saat itu Daddy mu sedang sangat sibuk dikantor, hingga tidak tahu kalau Bunda kamu menahan sakit yang sangat. Sampai akhirnya Bunda kamu memeriksakan apa yang dideritanya, dan lagi-lagi tanpa ditemani Daddy, karena kantor pada waktu itu sedang banyak masalah. Hasil pemeriksaan, Bunda kamu memiliki Kista yang menempel di rahim. Intinya kurang lebih begitulah ceritanya sayang. Terlalu panjang jika Mama menceritakan semuanya."Mendadak aku terdiam karena takut. Apa iya aku memiliki sakit yang sama seperti Bunda? Dengan segera aku merogoh kantong celanaku mengambil smartphone. Beruntung aku berada pada zaman yang serba canggih. Semua informasi yang aku butuhkan bisa dapat ku akses dengan mudah via internet. Aku mencoba mencari tahu mengenai fakta-fakta Kista. Hal pertama yang aku cari tahu adalah 'Apakah penyakit Kista itu menurun?' aku menemukannya dan membacanya dengan seksama. Aku juga mencari tahu gejala-gejala apa saja yang muncul jika seseorang terdapat Kista. Belum selesai aku mencari tahu, suara seorang suster memanggil namaku. Ternyata giliranku sudah tiba. Mama Ichelle dan Daddy menemaniku bertemu dokter.
***
Suara bentakan Daddy menggema begitu saja diruang periksa dokter. Aku sampai meringkuk didalam pelukan Mama Ichelle.
.
Michelle : "Sabar Li, sabar!"
.
Ali : "Bagaimana aku bisa sabar chel? Dokter ini terkesan menyepelekan sekali. Nanti giliran hal serius terjadi di kemudian hari? Apa yang akan dikatakannya? Menuntutnya hanya akan membuang waktu. Bukan mengembalikan keadaan Chell."
.
Michelle : "Kamu hanya membuat Ii ketakutan Li!"
.
Aku tidak pernah melihat Daddy semarah itu. Dari matanya terpancar kilatan emosi yang menunjukkan bahwa kesabarannya sudah benar-benar hilang. Rasa sakitku yang sebelumnya sempat tidak terasa, sekarang muncul kembali. Aku mencoba untuk mendamaikan suasana.
.
Ii : "Gimana kalau diperiksa aja dulu dok? Biar Daddy saya lebih tenang."
.
Dokter itu dengan nada suara kecewa karena merasa tidak dipercaya oleh kami. Dia menuliskan surat rujukan agar aku memeriksakannya lebih detail dengan USG 4D. Aku mengambil surat rujukan yang selesai ditulis oleh suster lalu aku mohon pamit menyusul Daddy yang sudah terlebih dahulu keluar dari ruangan.
.
Ali : "Daddy akan selesaikan administrasi. Kita pindah rumah sakit. Tadi Daddy sudah hubungi dokter pribadi kita di Bali. Dia udah kasih rekomendasi temannya yang lebih ahli."
.
Aku hanya bingung harus bertindak bagaimana. Kali ini aku hanya bisa menuruti mau Daddy saja.
.
Ii : "Bang, abang seneng ya liat aku sakit? Dari tadi aku perhatiin malah kebanyakan senyam senyum melihat layar HP?"
.
Bang Odic merangkulku sambil kami berjalan mengikuti langkah Daddy dan Mama Ichelle.
.
Odic : "Bukan senang karena kamu sedang sakit Princess. Abang cuma senang, sebentar lagi sepertinya abang berhasil mengabulkan 1 keinginan kamu."
.
Keinginan? Aku ingin apa ya? Sepertinya aku tidak sedang meminta sesuatu pada Bang Odic. Hmm.. Entahlah.
.
Ii : "Keinginan aku yang mana bang?"
.
Odic : "Ada deh.. Nanti juga tau sendiri. Pokoknya surprise. Kamu akan tahu dalam hitungan jam aja kok. Ahahhaa."
.
Ha? Apaan sih? Bang Odic bener-bener aneh. Aku sedang tidak ingin main tebak-tebakan. Aku memutuskan untuk diam, walau hatiku super penasaran.
.
Mobil melaju membelah jalanan kota Jakarta. Rumah sakit di sudut Jakarta lainnya adalah tujuan kami. Umurku memang sudah 15 tahun. Tapi disaat sedang sakit seperti ini, Daddy selalu memperlakukan aku bagai anak umur 5 tahun. Aku berada diatas pangkuan Daddy dan bersandar diatas dada bidangnya, sedangkan kedua tangan Daddy memeluk tubuhku penuh.
.
Ali : "Apa yang dirasakan Princess?"
.
Ii : "Much better than before , Dad."
.
Ali : "Pak, langsung masuk dari pintu UGD ya. Kami turun disana."
.
Ii : "Kenapa harus pake UGD Dad?"
.
Ali : "Dokternya waktu prakteknya sudah habis. Tapi Daddy minta dia harus memeriksa kamu saat ini juga. Berapapun Daddy akan bayar."
.
Kadang aku benci dengan sifat Daddy yang satu ini. Ralat!! Sifat keluarga besar Daddy lebih tepatnya. Mereka sering menggunakan kekuasaan dan uang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi tenang saja, mereka bukan orang yang menggunakan uang dan kekuasaan untuk merebut atau menindas orang lain kok.
.
Hampir 60 menit aku berbaring diatas ranjang rumah sakit di ruang UGD. Dokter Roy yang menjadi dokter rekomendasi Dokter Bagus, dokter pribadi kami di Bali kebetulan sedang visit dulu pasien, sehingga kami harus menunggu.
.
Ali : "Hai Dokter Elly, Saya Ali. Saya minta dokter periksa lebih lanjut mengenai kondisi anak saya."
.
Elly : "Baik Pak."
.
Aku rasa dokter itu sudah datang. Dia terlihat sudah lebih senior dari dokter yang sebelumnya memeriksaku di rumah sakit sebelumnya.
.
Elly : "Umur kamu berapa, cantik?"
.
Ii : "Mmm 15 tahun dok."
.
Aku diajak kesebuah ruangan untuk pemeriksaan USG. Dokter yang memeriksa ku ini sangat keibuan. Mama Ichelle masih terus menemaniku. Dokter sudah menyelesaikan pemeriksaannya.
.
Michelle : "Saya panggil Daddy nya dulu ya Dok. Biar dia dengar dan lihat sendiri hasilnya."
.
Sepeninggal Mama Michelle memanggil Daddy, sang dokter nampak mengenali Mama Ichelle yang adalah artis. Dokter itu berpikir aku adalah anak dari Mama Ichelle. Akibat pertanyaan dokter itu, membuat aku sampai menceritakan bagaimana singkat cerita Bunda pergi ke surga lebih dahulu.
.
Elly : "Maaf ya cantik, jadi membuatmu mengingatnya lagi. Pantas saja semua pada khawatir dengan sakit perut mu ini ya."
.
Ii : "Ya Dok. Semoga Daddy percaya ya dengan hasil ini Dok. Daddy terlalu khawatir aku sakit seperti almarhum Bunda."
.
Elly : "Ya cantik. Saya paham kok."
.
Daddy dan Mama Ichelle muncul dari balik pintu. Tanpa abang Odic tentunya.
.
Elly : "Hasil USG terlihat sangat bersih Pak, Bu dan Nak Prilly. Rasa sakit yang muncul saat haid bisa dikatakan wajar, karena rasa sakit atau kram itu terjadi ketika kontraksi kuat memotong suplai darah ke rahim, sehingga menyebabkan otot terkait kekurangan oksigen. Memang tidak semua wanita merasakan sakit yang sama, karena semua itu balik lagi dari tingkat hormon di masing-masing tubuh wanita itu."
.
Ali : "Tapi dok..."
.
Baru saja Daddy ingin menyangkal statement dari dokter, Mama Ichelle sudah menyelaknya terlebih dahulu.
.
Michelle : "Kista atau Miom sama sekali tidak ada ya dok?"
.
Elly : "Saat ini terlihat sangat bersih, tidak ada indikasi kista maupun miom. Tapi tidak menutup kemungkinan hal itu muncul suatu ketika. Untuk menghindarinya ada baiknya menjaga pola makan dengan mengurangi jumlah konsumsi makanan yang bisa memicu produksi hormon estrogen, contohnya makanan tempe, tahu dan kacang kedelai. Pola hidup sehat lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah asupan makanan yang banyak mengandung lemak dan perbanyaklah makanan yang kaya akan serat. Hal penting yang harus dilakukan adalah rajin berolahraga. Gak boleh merokok, minum alkohol. Kalau bisa, juga hindari stres.
Penanggulangan secara dini juga bisa dilakukan dengan memeriksakan secara rutin 1 tahun sekali untuk cek kondisi kesehatan biar lebih aman."
.
Nampaknya jawaban dokter Elly cukup memuaskan Daddy. Daddy tak terlihat ingin membantah lagi. Aku cukup lega akan hal itu.
.
Ii : "Dok, boleh minta resep atau boleh minum obat penahan rasa sakit yang dijual bebas kah, kalau sakitnya gak tertahankan gitu?"
.
Elly : "No no no.. Gak boleh minum sembarang obat ya. Ini bukan penyakit. Kalau sakitnya tak tertahankan, coba kompres perutnya dengan air hangat, atau minum kunyit asam yang lebih herbal dan alami."
.
Oke aku cukup mengerti akan penjelasan dokter Elly. Thanks God ternyata tidak ditemukan penyakit apapun. Aku sangat bersyukur.
.
.
.
Manusia yang sedang aku hindari mendadak muncul dan sudah berdiri disamping Abang Odic.
.
Ryan : "Ii gpp kan? Gimana hasilnya? Sakit apaan kamu?"
.
Aku melengos membuang muka begitu saja, menganggap dia tidak ada dihadapanku.
.
Ali : "Daddy gak ikut-ikutan kalau yang ini. Daddy ke kasir dulu urus administrasi."
.
Odic : "Abang juga ikut Daddy."
.
Ii : "Abaaaaangggg!!! Pasti ini kerjaan abang deh!!!"
.
Menyebalkan semua pergi begitu saja termasuk Mama Michelle yang ikutan berlari mengikuti langkah Daddy.
.
Ryan : "Dijawab kali pertanyaan aku?! Kamu gpp kan? Sakit apa kata dokter? Kamu kan selalu kram perut deh kalo lagi dapet. Dari dulu aku udah bilangin kan suruh periksain. Bandel sih?!"
.
Ii : "Bawel banget sih kamu?! Siapa yang suruh kamu kesini? Katanya gak bisa kesini? Sekarang ngapain kesini?"
.
Ryan : "Iya sorry. Memang sebenernya gak bisa ke Jakarta. Ini aja akhirnya aku maksain dengan syarat Aku besok juga udah harus balik lagi ke Bali."
.
Ii : "Ya udah gak usah maksain juga kali harusnya. Ke Jakartanya mah nanti aja kalau pas sahabatnya sekarat gitu."
.
Ryan menyebalkan itu malah menjitak kepalaku dan merangkul aku begitu saja. Dan herannya aku tidak menghindar dari rangkulannya.
.
Ryan : "Astagfirulloh, doanya jelek banget ampun.."
.
Ii : "Lagian udah janji tapi gak mau nepatin. Kan malesin banget. Terus kenapa sekarang tiba-tiba muncul?"
.
Seperti bias jika sedang bingung menjawab apa, atau sedang berpikir mencari alasan, Ryan selalu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidaklah gatal. Aku menunggu jawaban dari mulutnya, tapi sayangnya harus dikacaukan oleh Abang Odicku yang ikutan menjadi menyebalkan.
.
Odic : "Udah disamperin juga, masih aja diambekin. Tar Ryannya balik lagi ke Bali sekarang juga baru tau rasa loh dek?!"
.
Ii : "Aku gak bakalan berenti ngambek, sebelum manusia menyebalkan ini jelasin kenapa ingkat janji?! Katanya sahabat? Tapi ingkar janji.. Males!"
.
Ryan : "Iya aku jelasin. Tapi gak sekarang.."
.
Odic : "Katanya sahabatan? Tapi...."
.
.
.
Tbc
Hai hai.. Apa kabar readers semua... Tapi.... diatas diisi sendiri deh yaaa enaknya diisi apaan yaa?? Hehehhee
Masih ada yang mau baca dan mau kasih vote dan comment gak sih disini? Apa karna tokoh utamanya bukan Ali Prilly jadi pada males baca?
Ditunggu respons nya.. Muach..

YOU ARE READING
Mother Complex
RomanceIni adalah kisah lanjutan dari 'Takut Jatuh Cinta' - 'Jatuh Cinta' - 'Perjuangan Cinta' - 'Keabadian Cinta' , cerita disini menceritakan seorang Prilly kecil, anak kandung dari Prilly dan Ali. Buat yang belum baca 4 judul diatas, bisa buka IG @lolab...