Part 4

3.4K 234 6
                                        

Hujan mulai turun membasahi jalanan ketika mobil yang kutumpangi dengan pengemudi tampan yang wajahnya sedang tidak terlalu bersahabat. Alunan musik menemani perjalanan bersama kebisuan diantara kami. Pandanganku jauh menembus ke arah jendela.

Bang Odic sedang mencoba meraih CD lagu lain. Dia sepertinya ingin mengganti alunan musik yang menggema dengan suara penyanyi lain. Dengan pandangan yang masih fokus ke arah depan Bang Odic meraba-raba bagian bawa dash board tempat menyimpan CD.
.
Ii : "Mau cari CD apa bang? Bilang dong, kan aku bisa ambilin."
.
Aku tidak tahu kenapa dengan abangku ini. Dia mendadak diam saja dan seperti tidak mengangap aku ada.
.
Odic : "Tolong Ariana Grande dong i."
.
Ii : "Abang marah?"
.
Ucapku sambil mengambilkan CD lagu sesuai permintaan Bang Odic dan mengganti CD yang diputar.
.
Odic : "Nggak. Kamu kayaknya yang marah sama abang?"
.
Ii : "Aku marah? Yaa kesel sih, sedikit. Tapi mana bisa sih aku marah sama Abang."
.
Odic : "Jadi kesel sama abang? Padahal abang kangen sama kamu. Bertepuk sebelah tangan lah berarti abang."
.
Ii : "Kalo kangen tuh ya jemput dong adiknya sama Daddy nya di Bandara. Ini malah kemana tau."
.
Abang Odic mencubit hidungku hingga membuat hidungku merah seperti tomat.
.
Odic : "Aduuuhh kalah deh kalah abang. Maaf ya. Abang bener-bener gak bisa ninggalin acara Osis kemarin. Duh gak kebayang kamu kalau punya pacar. Gak dijemput dikit langsung diambekin kali yah sama Princess abang ini? Semoga Ryan udah terbiasa yah diambekin sama kamu. Hahahhaa."
.
Ii : "Kenapa sih Ryan lagi Ryan lagi yang dibahas? Bukan abang gak suka sama Ryan? Buktinya dulu abang sampe hajar Ryan sampe mimisan."
.
Odic : "Justru karena abang pernah hajar dia makanya abang bisa bilang setuju kalau kamu sama Ryan."
.
Ii : "Auk ah, aku gak ngerti abang ngomong apa. Tapi aku gak pacaran sama Ryan. Mana mungkin juga kami pacaran, sekarang aja jauhan gini. Aku di Jakarta dia di Bali. Kenalin lah bang, temen-temen abang di sekolah. Pasti banyak yang kece-kece kan?"
.
Odic : "Gak akan semudah itu kamu bisa sembarangan pacaran sama temen abang. Mereka pada hidung belang dan otak mesum. Udahlah sama Ryan aja, abang lebih setuju."
.
Ii : "Jodoh pasti bertemu lah bang."
.
Odic : "Bertemu dengan Ryan maksud kamu?"
.
Ii : "Abaaaaaanggg!!!!"
.
Ponselku berdering, Daddy ternyata yang menelepon. Dengan cepat aku mengangkatnya.
.
Ii : "Hai dad, ada apa? Baru juga belum 1 jam kita berpisah sudah kangen aja Daddy?"
.
Ali : "......"
.
Ii : "Iya Dad, nanti jam makan siang kita makan bersama. Aku ingat itu kok."
.
Sambungan telepon akhirnya ku sudahi. Perhatianku tiba-tiba tertuju pada sebuah dompet hitam yang diletakkan pada kabin mobil tepat dibawah tape mobil.
.
Ii : "Aku baru tau Abang ganti dompet? Sepertinya dompet mahal nih bang? Gak biasanya abang suka barang-barang branded gini."
.
Dompet hitam dengan motif kotak-kotak dan berlogokan LV pada bagian kanan bawah. Aku memegang permukaan dompet, dan aku sangat yakin dompet itu bukan KW sekalipun kualitas tingkat 1.
.
Ii : "Apa dari wanita special yang selalu abang ceritakan sama aku? Kapan abang mau kenalin ke aku?"
.
Odic : "Pasti akan abang kenalkan jika waktunya sudah tepat."
.
Dengan segera aku meraih dompet itu kedalam gengamanku. Aku sangat penasaran seperti apa wajah wanita yang sudah berhasil mengisi hati abang kesayangan aku. Aku berpikir biasanya didalam dompet pria yang sudah memiliki kekasih pasti akan menyimpan foto pujaan hatinya.
.
Tapi ternyata dugaanku salah. Aku tidak menemukan 1 pun foto wanita asing yang belum aku kenal. Tapi aku malah menemukan sebuah foto yang membuatku terdiam menatapnya. Foto itu cukup lecek, tapi masih sangat jelas gambarnya. Hanya ada 1 foto didalam dompet itu. Aku sudah mencoba merogoh seriap bagian pada dompet, tapi tak ada foto lain. Hanya foto itu saja. Didalam foto itu terlihat abang Odic bersama seorang wanita yang sangat aku kenali.
.
.
.
.
Tbc.
Ahahhaha kayaknya pendek yaa.. Tapi sengaja.. Kalo nunggu panjang ntar kelamaan updatenya.. Selamat membaca.. 😘

Mother ComplexWhere stories live. Discover now