16. Iya, Mas. Neira Salah, Maaf

52K 2.1K 10
                                    

Neira menghantuk-hantukkan kepalanya di atas meja. Sekarang ini Neira berada di kantin kampus. Kelasnya sudah selesai. Neira mengangkat kepalanya, kemudian tangannya terulur pada bibirnya. Pikirannya terus memutar kejadian tadi pagi. Hingga ponselnya bergetar, dilihatnya sebuah pesan masuk.

Mas lagi di jalan mau jemput kamu.

Itu isi pesan dari Haikal.

Kemudian mata Neira melirik jam tangan yang melingkar pada pergelangannya. Sekitar lima belas menit lagi Haikal akan menjemputnya. Terbesit dalam benaknya, ia akan pulang sendiri, tapi masalahnya pulang naik apa? dari kampus ke rumahnya, ralat, rumah Haikal memakan waktu sekitar Tigapuluh menit. Dan ongkosnya tidak cukup.

Neira harus bagaimana jika bertemu Haikal nanti. Pasti rasanya sangat canggung. Membayangkannya saja membuat Neira merinding.

Disisi lain, Haikal baru saja tiba di depan kampus Neira. ia terdiam beberapa saat. Haikal mengacak rambutnya. Ia pun sama dengan Neira. Tidak tahu harus bagaimana jika ketemu dengan istrinya. Kemudian Haikal mengambil ponselnya, dan mengetik pesan kepada Neira.

Neira mengangkat kepalanya dari atas meja ketika ponselnya berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk.

Mas udah nyampe

Jantung Neira berasa mencelos ke bawah ketika mendapatkan pesan dari Haikal. kemudian Neira membalas pesan Haikal. dan berjalan keluar kampus dengan pelannya. 

Haikal keluar dari mobil. Mengambil napas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan.

"Santai aja Haikal, santai. Seakan enggak terjadi apa-apa," ucap Haikal pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara yang sangat ia kenal memanggilnya.

"Mas," panggil Neira.

Sedetik kemudian Haikal merubah ekpresi wajahnya seperti biasa.

"Yuk, langsung pulang." ucap Haikal dan langsung masuk ke dalam mobil. Kemudian Neira pun masuk ke dalam mobil.

Hingga mereka sampai di rumah.

Neira segera turun dari mobil, dan dengan langkah cepat Neira masuk ke dalam rumah.

Keadaan yang canggung pun masih terasa keesokan harinya. Tidak ada topik yang diobrolkan oleh suami istri ini, mereka memilih untuk diam. Haikal yang konsentrasi menyetir, sedangkan Neira memilih untuk menatap jalanan.

Hingga mobil berhenti di depan kampus Neira.

Walaupun diam-diaman, Neira masih melakukan rutinitasnya, mencium punggung tangan Haikal. kemudian mengucapkan salam, dan keluar dari mobil.

***

Jam Duabelas siang, waktunya istrirahat, Haikal dan Fahzan langsung menuju ke masjid yang berada di sekitar kantor, untuk menunaikan ibadah wajib sebagai umat muslim. Beberapa menit kemudian Fahzan sudah selesai terlebih dulu, menunggu Haikal. tak berselang lama Haikal baru saja keluar, kemejanya masih di gulung sampai siku. Mereka pun kembali ke kantor.

Haikal dan Fahzan berada di kantin kantor, mereka duduk saling berhadapan. Menyantap makanan masing-masing.

"Eh, sebentar lagi gue bakal nikah," ucap Fahzan tiba-tiba. Dan membuat Haikal tersedak makannanya sendiri. Kemudian menenggak air minumnya.

"Emang situ punya calon?" Haikal meragukan ucapan Fahzan. Ya, setaunya Fahzan saat ini sedang tidak dekat dengan perempuan mana pun. Tapi tiba-tiba ngomong kayak gitu? Sepertinya otaknya sudah sengklek.

"Gue serius, Kal."

"Emang calonnya siapa, sih?" Haikal kini mulai penasaran.

"Syifa," ucap Fahzan yakin.

"Syifa temennya Neira?" Haikal ingin memastikan.

"Yap, benar sekali!"

"Emang kalian ada ... hubungan?"

"Kaga ada sih. Eh, bilangin ke istri lo dong, gue bagi nomornya Syifa," kata Fahzan.

"Lo aja enggak punya nomornya, tapi dengan percaya dirinya lo bakal nikah?" Haikal menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Fahzan.

"Namanya juga usaha," kata Fahzan. Ia belum bertemu lagi dengan Syifa sejak pertemuan pertama kali. Ia sangat penasaran setengah mampus pada Syifa.

***

Neira baru saja selesai kelas. Baru beberapa langkah keluar, suara ponsel menandakan pesan masuk berbunyi. Lantas Neira merogoh ponselnya dari dalam tas, membuka satu pesan baru. Dan tertera di sana nama Haikal.

Nei, Mas gak bisa jemput. Kerjaan lagi banyak

Setelah membalas pesan Haikal, Neira memasukkan kembali ponselnya. Hingga sebuah tangan menepuk pudaknya, membuat Neira menoleh.

"Nei, ke toko buku yuk? Dah lama banget kita enggak kesana," ucap Syifa.

Ya, benar. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan kegiatan yang menjadi rutinitas mereka di kala waktu luang. Bahkan Neira lupa kapan terakhir kalinya mereka ke toko buku itu. Sejak Neira menikah, prioritasnya kini adalah suaminya, Haikal.

"Yuk, gua juga udah kangen sama tuh toko buku," kata Neira. kemudian mereka berjalan keluar kampus.

***

Sebuah taksi berhenti, kemudian keluar seorang gadis berhijab, yang tak lain adalah Neira. setelah dari toko buku, Neira dan Syifa memutuskan untuk ke kafe. Mengobrol berbagai topik.

Di pelataran rumah, sudah ada mobil Haikal yang terparkir. Neira berdiri di depan pintu, menarik napas sebelum membukanya. Ia sangat takut jika Haikal marah padanya karena pulang terlambat. Apalagi Neira lupa mengabari Haikal jika dirinya tidak bisa pulang pada jam seperti biasanya.

Neira membuka pintu. Mengucapkan salam. Kemudian berjalan ke arah kamar. Begitu melewati ruang tv, terdengar suara yang sangat dikenalnya.

"Neira," mau tak mau membuat Neira berbalik, dan menghadapkan diri pada haikal yang tengah duduk di sofa.

Neira hanya menunduk ke bawah ketika mendapati tatapan tajam dari suaminya.

"Nei, kamu tahu kan sekarang jam berapa?" tanya Haikal tenang, namun mengintimidasi.

"Iya, Mas. Neira salah, maaf," ucap Neira penuh penyesalan. Ia tahu kalau ia salah. Sudah seharusnya Neira meminta ijin terlebih dahulu pada Haikal.

"Sini, duduk," titah Haikal sembari menepuk sofa kosong yang berada di sampingnya. Kemudian Neira duduk disana, masih dengan kepala yang menunduk.

Haikal memegang dagu Neira, mengangkat kepala istrinya. Ia ingin menatap mata Neira.

"Kali ini Mas maafin," ucap Haikal. Neira tersenyum mendengarnya. Namun sedetik kemudian Haikal berbicara lagi. Membuat senyum Neira memudar.

"Tapi ... " Haikal memberi jeda. kemudian memegang tangan Neira. "Lain kali kalau mau pergi ijin dulu sama Mas, ya?"

Neira mengangguk. "Iya, Mas."

"Yaudah, kamu mandi dulu sana. Bau asem!" ucap Haikal sembari menutup hidungnya.

Neira cemberut. "Walaupun bau asem, Mas tetep sayang, kan sama Neira? hayo ngaku!"

"Kata siapa?"

"Kata Neira barusan. Nih, Neira kasih ketek." Neira mengangkat tangannya. Mendekatkan diri pada Haikal. Namun yang dilakukan Neira malah dimanfaatkan oleh suaminya. Tanpa diduga oleh Neira, Haikal malah menangkap tubuhnya, membawa Neira ke dalam pelukannya. Disaat itu juga Neira merasakan kenyamanan yang luar biasa. Ini benar-benar nyaman!

***

Pasangan Sah Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin