Seperti biasa, Neira mempersiapkan sarapan. Sebelumnya Neira sudah terlebih dulu mempersiapkan keperluan Haikal.
"Sayang ..." seru Haikal menggema di penjuru ruangan.
Neira yang lagi sibuk dengan pekerjaannya, tidak menyahut panggilan Haikal.
Neira tertegun ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Dan Haikal menaruh dagunya di bahu Neira.
"Neira lagi masak," ucap Neira masih tetap fokus sama masakannya. Dan Haikal malah diam saja. entah kenapa ia pengin sekali bermanja ria dengan Neira. lagian juga sudah sah. Tidak masalah, bukan?
Neira mematikan kompor, begitu masakannya sudah matang. "Lepasin. Neira mau pindahin ini dulu."
"Enggak mau lepasin! Kan kita udah sepakat bakal manggil saya dengan panggilan 'Mas'." Haikal mempererat pelukannya.
Neira mendesah. "Mas, lepasin, ya?"
Haikal melepas pelukannya, dan duduk di kursi.
Setelah terbebas dari suaminya, Neira segera menuangkan masakannya ke piring. Lantas, duduk.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil.
Hingga sekitar tiga puluh menitan, mobil berhenti di depan kampus. Neira melepaskan sabuk pengaman. Dan mencium punggung tangan Haikal. Setelah mengucapkan salam, Neira ingin membuka pintu mobil, tapi suara Haikal lebih dulu terdengar. Dan membuat Neira menoleh.
"Kenapa, Mas?"
"Nanti, Mas, jemput," ujar Haikal. Kemudian, Neira menjawab, "Iya."
"Yaudah. Belajar yang benar," ucap Haikal sambil mengelus kepala Neira yang tertutup kerudung. Dan itu sukses membuat Neira cemberut.
"Ih, Mas! Jadi berantakan tahu!"
Melihat Neira memajukan bibirnya, membuat Haikal mengulurkan tangannya dan mencubit gemas pipi Neira.
"Duh ... isteri ku ini, kalau ngambek lucu juga ya ternyata." Dan itu sukses membuat Neira mematung, kaget akan tindakan Haikal yang begitu tiba-tiba. Kemudian Haikal menjauhkan tangannya dari pipi Neira.
"Sini mendekat. Mas bisikin," ucap Haikal.
Neira mengikuti apa yang diucapkan Haikal. Tanpa curiga sedikit pun.
Begitu Neira mendekat, dengan tiba-tiba Haikal mencium pipi Neira. Dan itu membuat Neira mengerjap, dan Neira yakin sekarang wajahnya sudah seperti tomat merah. Tidak mau terlalu lama, Neira memilih keluar dari mobil. Dan langsung berjalan cepat masuk ke dalam kampus.
***
Neira terus memegang kedua pipinya. Masih memikirkan kejadian yang di dalam mobil.
"DOR!" kejutan dari Syifa sukses membuat Neira terlonjak kaget.
"Astagfirullah. Syifa!" kemudian Syifa duduk di samping Neira.
"Duh ... pengantin baru lagi ngapain, sih?" ucap Syifa. Membuat Neira menutup mulut Syifa.
"kalau ngomong hati-hati. Kalau kedengaran yang lain, gimana?"
"Iya, sorry," ucap Syifa
Mereka memilih untuk bangkit dan berjalan menuju ke kelas. Karena sebentar lagi kelas akan dimulai.
***
Kuliah telah selesai. Para mahasiswa berhamburan keluar. Terlihat Neira dan Syifa yang baru saja keluar dari dalam gedung. Berjalam ke arah gerbang keluar. Neira sibuk memainkan ponselnya. Dan itu membuat Syifa penasaran.
"Nei, lagi ngapain, sih?"
"Ini loh ... Mas Haikal udah di depan," ucap Neira.
"Enak ya, Nei. Ada orang yang ngantar jemput," ucap Syifa.
"Makanya cari sana."
Hingga mereka sampai di depan gerbang.
"'Syif, duluan, ya. Assalamualaikum." Neira pergi berlalu menghampiri Haikal.
"Walaikumsalam."
***
Neira tengah mempersipakan makan malam. Sedangkan Haikal sudah duduk di meja makan dengan laptop yang menemaninya.
"Mas, udahan dulu," ucap Neira sambil menaruh masakannya di atas meja.
"Bentar lagi," ucap Haikal dengan mata yang tidak lepas dari laptop.
"Mas!"
"Iya, Sayang ... ini udahan." Kemudian Haikal menutup laptopnya.
Neira menyendokkan nasi dan menaruhnya ke piring Haikal. kemudian mengambil beberapa lauk.
Hingga mereka selesai makan malam.
Haikal memilih untuk ke dalam kamar. Menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Tak berselang lama, Neira mengikuti Haikal ke dalam kamar.
Neira masuk ke dalam kamar mandi. Begitu selesai, Neira terlonjak kaget ketika mendapati Haikal berdiri di depan kamar mandi.
"Mas, ngagetin aja," ucap Neira. kemudian berjalan melewati Haikal begitu saja. namun pergelangan tangan Neira ditahan oleh Haikal. Membuat Neira menghadapakan diri ke Haikal.
"Kenapa, Mas? Butuh sesuatu?" tanya Neira.
Bukannya menjawab, Haikal malah melangkah lebih maju mendekat pada Neira. Haikal mencondongkan wajahnya ke arah Neira. Dan itu membuat Neira berpikiran yang aneh-aneh. Haikal memiringkan kepalanya. Secara refleks Neira menutup matanya.
Neira menunggu apa yang akan dilakukan Haikal. Namun, tidak terjadi apa-apa. Perlahan Neira membuka matanya. Dan mendapati Haikal yang tersenyum manis kepadanya.
Kemudian, tangan Neira terulur pada lehernya. Dan mendapati sebuah kalung di sana.
"Kalungnya bagus, Mas," ucap Neira sambil melihat kalung tersebut.
"Kamu suka?"
Neira mengangguk sembari tersenyum sebagai jawabannya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Sah
General FictionBerawal dari perjodohan yang dilakukan oleh Ibunya, Neira mengenal Haikal, laki-laki yang sudah dua kali membuat insiden dengannya secara tidak sengaja. Neira bisa saja menolak. Sebab memutuskan hidup bersama dengan seseorang yang asing, dapat menim...