13. Say you won't let go

1.9K 345 50
                                    

"Suzy, apa maksudmu? Apa yang kau katakan?" Myungsoo mencengkram bahu Suzy dengan kelopak mata berair. Pandangannya menatap dengan begitu mendalam kepada perempuan yang sudah berganti pakaian rapi dan tas bahu di tangannya.

Suzy mencoba melepaskan cengkraman tangan Myungsoo yang menyakiti bahunya, namun gagal. Suzy menggigit bibir bawahnya, "Hubungan kita berakhir disini, Myungsoo. Aku--"

"TIDAK!" Sergah Myungsoo secepat kilat. Cengkramannya dibahu Suzy semakin mengetat kala meneriakan perkataannya barusan.

Myungsoo tidak habis pikir, bagaimana Suzy bisa dengan mudahnya mengakhiri hubungan mereka secepat membalikkan telapak tangan begitu. Kedua manik mata Myungsoo menggelap dan rahangnya mengeras, "Kita baru saja... Kau bilang kau..." Myungsoo kembali mengatupkan mulut, tidak mampu meneruskan kalimatnya.

Kedua tangan yang mencengkram bahu Suzy perlahan mengendur, lalu terlepas, bersamaan dengan tubuh Myungsoo yang terhuyung kebelakang. Myungsoo terjatuh dengan kedua mata menunduk memandangi lantai kayu. Sebening air mata menetes dari pelupuk mata pria itu,

"Kajima, Suzy-ah..." Gumam Myungsoo sehalus angin.

Tubuh Suzy membeku, kedua kaki berbalut heels yang menapak lantai kayu itu tidak mampu melangkah. Pemandangan akan air mata yang terjatuh melewati pelupuk mata Myungsoo langsung menghujam tepat di jantung hati Suzy, membuatnya ingin mengurungkan niat awalnya. Suzy tahu, yang tersulit dari kisah cinta bukanlah menerima seseorang yang tidak kita cintai, namun, melepas seseorang yang kita cintai dengan segenap hati.

Hujan deras diluar sana semakin menjadi membuat suara berisik serupa hujanan batu yang tiada henti. Suzy memejamkan matanya sesaat ketika setetes air mata tak kuasa ditahannya lagi. Dengan segenap hati yang dipaksakan untuk menguat, Suzy mulai melangkahkan kedua kakinya berbalik arah dan keluar.

"Kajima..."

Langkah Suzy kembali terhenti ketika suara Myungsoo terdengar semakin perih di telinga. Pun, dengan kedua tangan yang kini melingkari lutut Suzy. Suzy membawa matanya mengarah ke bawah, menatap dengan bibir bergetar kepada kedua tangan Myungsoo.

Dan kali ini, tangisannya pecah.

***

Sehun bergeming, menatap langit Seoul yang penuh bintang. Sungguh bertolak belakang dengan Geoje yang kini sedang diguyur hujan dengan sangat deras-derasnya. Mobil Sehun terparkir dibawah pohon rindang, di depan pagar rumah Minhyuk dan Soojung. Rupanya, Sehun belum siap memasuki rumah bercat krem itu. Segala rencana yang disusunnya gagal, dan Sehun masih tidak memercayainya.

Terkadang, kita selalu menyesali apa yang terlanjur terjadi. Menyesali mengapa kita mengambil pilihan itu dan bukannya yang lain. Seperti itulah yang dirasakan Sehun saat ini, niat awal hanya ingin memainkan kedua perasaan Myungsoo dan Suzy--terutama Myungsoo, tentu saja. Tetapi, kali ini dia harus menyesali keputusannya membawa Suzy kemari. Seoul memberikan kenangan tidak indah untuknya, membuat Sehun lagi-lagi harus mencoret kota ini sebagai tempatnya untuk tinggal. Sama seperti New York.

Kedua mata Sehun menerawang kedepan, memandangi lampu jalan yang berpindah antara hidup dan mati dalam kurun waktu beberapa detik dengan pikiran yang melayang-layang ke beberapa tahun silam. Awal dimana dunianya yang bahagia direnggut oleh berita duka.

Kejadian itu sudah lama, namun rasanya selalu membekas tiap kali Sehun mengingatnya. Mungkin kedua orangtua nya tidak pernah tahu kalau sebenarnya satu rahasia besar yang coba disembunyikan mereka dengan mati-matian itu, diketahuinya. Bahkan, saat dimana rahasia itu baru saja akan di mulai.

"Kau menyelingkuhiku ketika kita bahkan sudah bertunangan?" Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang, seolah menjadi nyanyain elegi selama hidupnya. Dengan wajah bersimbah air mata dan suara yang bergetar, Ibunya bertanya dengan nada pilu kepada sang ayah yang hanya bisa menundukan kepalanya.

One Day in Summer #2Where stories live. Discover now