Part 2

225K 20.4K 732
                                    

Mataku terpaku pada sosok yang kini tengah melambaikan tangannya. Memberiku senyuman geli, entah karena ekspresi terkejutku atau memang dia sengaja berdiri disana. Membuatku kembali menemukan dirinya tanpa bisa mengerti bagaimana caranya ia muncul dua kali pagi ini.

Apakah dia salah satu mahasiswa Charpabia?

Lalu tadi pagi... aku jelas melihatnya duduk di sofa kamarku dan menghilang begitu saja. Aku bisa saja menyebut itu adalah sebuah mimpi atau hanya halusinasiku saja, namun menemukan dia berdiri angkuh di luar pintu sana meyakinkanku jika laki-laki itu memang ada.

Dan aku harus tau siapa dia.

Bukan karena aku seseorang yang begitu ingin tahu, tapi ini karena ia sudah berada di kamarku di pagi buta. Apakah aku harus melepaskannya begitu saja?

Jelas tidak!

Aku masih bisa melihat ia mengerling kearahku saat Bu Clara menutup mata kuliah hari ini. Tanpa memperdulikan teriakan Angella - sudah pasti soal kotak pensil terbang tadi - aku berlari keluar. Menyerobot arus orang-orang yang juga ingin keluar.

Saat aku berhasil keluar dengan sedikit mendorong dan menerobos yang kutemukan hanya beberapa mahasiswa yang juga telah menyelesaikan kelasnya. Dinding yang ia jadikan sandaran sudah ditempati oleh kumpulan mahasiswa dari kelas lain.

Lai-laki itu menghilang lagi.

Apa mungkin aku salah? Dilihat betapa jelasnya aku melihat kerlingan dan senyum gelinya, menurutku tidak.

Aku berdiri di tengah lorong. Mengedarkan pandangan kesegala arah. Namun sosok yang kucari tak terlihat sedikitpun. Tidak pakaian serba hitamnya. Tidak pula mata biru terangnya.

"Alice..."

Oh tidak.

"Kau pikir bisa lolos begitu saja dariku?" Angella menghampiriku bersama kedua pengikutnya, Molly dan Debra. Mereka terlihat mirip satu sama lain. Berambut pirang. Berpakaian kekurangan bahan. Bahkan senyum mengejek mereka terlihat sama. Kurasa mereka melatih itu bersama. Untuk digunakan pada saat seperti ini.

"Jelaskan padaku apa yang kau lakukan tadi di kelas? Kau berani melempariku?! "

"Aku tidak melemparimu." Ucapku jujur.

"Oh benarkah.. lalu kau pikir kotak pensilku punya sayap?" Angella menarik rambutku di dalam genggamannya dan menyeretku ke tepian lorong. Hal itu cukup membawa beberapa mata yang penasaran untuk melihat. Ya. Hanya melihat.

"Kau yang melempariku." kataku pelan dengan wajah menunduk. Tangannya di rambutku menyakiti kulit kepalaku seperti ia akan merenggutnya hingga lepas.

"Memang. Dan harusnya kau tidak membalas. Aku berhak. Dan kau tidak."

"Sebenarnya apa salahku sehingga kau begitu tidak menyukaiku?" Ini adalah pertanyaan besarku dari awal ia menggangguku. Terlontar begitu saja yang membuat Anggela mengeratkan cekramannya.

"Salahmu? Kau bertanya salahmu? Kau memiliki banyak kesalahan yang cukup memberiku alasan untuk memberimu sedikit pelajaran. Aku tak menyukai wajah sok innocent mu itu. Karena aku tau kau hanya menggunakan itu untuk membodohi orang lain. Selain itu, aku hanya senang mengganggu wanita aneh dan cupu." tawanya bergema di sepanjang lorong yang mulai sepi. Orang yang tadi hanya menonton memilih untuk pergi karena merasa sudah terlalu sering melihat Anggela melakukan ini dan sudah tau bagaimana akhirnya.

Molly dan Debra yang sedari tadi hanya memutar mutar rambut dan cekikikan di belakang Angella bergerak maju lalu memegangi tanganku masing-masing. Membuatku panik akan apa yang mereka ingin lakukan.

Shadow Kiss [Completed]Where stories live. Discover now