Aku semakin bingung, terdesak dan dilema ketika Mamaku ingin mengenalkanku pada anak teman baiknya yang seketika mengingatkanku pada Musda dulu. Bukankah dulu aku dan Musda dijodohkan karena Mama kami sama-sama berteman baik dan memang kebetulan dulu juga bertetangga dari kecil tapi karena ada sesuatu hal jadi terpisah oleh jarak sehingga ingatanku tentang Musda pun tertelan oleh waktu. Tidak menyangka aku dan Musda dipertemukan kembali lewat perjodohan itu yang berakhir kesedihan seperti ini.
Belum hilang kesedihanku Mama dengan semangat mau mengenalkanku pada anak teman baiknya yang membuatku semakin pusing. Bukankah sekarang bukan zaman Siti Nurbaya lagi tapi kenapa Mama selalu saja ingin menjodohkanku. Bukannya kapok karena perjodohan pertama gagal malah jadi ketagihan.
Seandainya Mama tau aku tidak akan pernah bisa melupakan Musda walaupun dia sudah menyakitiku. Katanya Mama tidak sabar lagi ingin menimang cucu dari darah dagingku.
🍃🍃🍃
"Faisal...nanti malam Kinan yang udah Mama ceritakan kemarin itu, Mamanya ngajak kita ketemuan. Mama udah janjian kita ketemuan di cafe bersama Kinan dan Mamanya juga. Orangnya baik, pintar dan cantik juga lho. Jadi kamu tenang aja ya, satu paket itu lengkap ada sama dia," ucap Mama semangat sembari tersenyum simpul.
"Maa...udah berapa kali aku bilang aku gak mau dijodohkan. Aku mau fokus ke kerjaan dulu, masalah jodoh itu gampang. Aku lebih nyaman sendiri Ma!" sahut Faisal mencoba kembali menekankan agar Mama berubah pikiran. Tapi sepertinya itu tidak mungkin, dia sudah tau watak Mamanya yang keras dan tetap pendirian.
"Faisal Mama ngerti kok kamu masih patah hati sama Musda, tapi kalau kamu cuma bisa meratapinya malah akan sia-sia. Toh Musda udah bahagia bersama calon suaminya, yang sebentar lagi akan menikah. Sementara kamu cuma uring-uringan di sini. Buktikan pada Musda bahwa kamu bisa mendapatkan penggantinya yang lebih baik dari dia, agar dia menyesal udah mutusin kamu!" ucap Mama setengah emosi.
"Aku cuma masih butuh waktu Ma, aku gak bisa semudah itu mencari penggantinya sementara dihatiku yang ada cuma Musda!" lirihku berharap Mama berubah pikiran.
"Makanya itu Mama bantu biar kamu cepat move on dari Musda, kalau nungguin kamu benar-benar move on sampai kapan! ingat kata pepatah hilang satu tumbuh seribu." Jawab Mama semakin membuatku pusing harus berkata apalagi. Semakin hari Mama semakin cerewet membicarakan tentang Kinan dan perjodohanku dengannya. Sungguh! aku belum siap.
Agar perdebatan ini tidak semakin memanas aku pun izin ke toilet melarikan diri setelah itu ke kamar menenangkan diri.
Di rumah cuma ada aku dan Mama. Ayah lagi keluar, karena hari ini hari minggu aku ingin menghabiskan waktu di rumah saja untuk sejenak mengistirahatkan semuanya tapi malah Mama semakin mendesakku agar menyetujui hubunganku dengan Kinan. Biasanya Ayah sebagai penengah kalau Mama bicara panjang lebar atau ada perdebatan diantara kami. Karena Ayah sebagai sosok yang tenang, berwibawa, dan penyabar. Aku juga tidak tau sifatku diturunkan oleh siapa yang dominan, mungkin perpaduan antara sifat Ayah dan Ibuku yang saling bertolak belakang tapi saling melengkapi.
🍂🍂🍂
Tibalah saatnya malam ini aku mau tidak mau harus mau ajakan Mama untuk menemui Kinan dan Ibunya yang sudah janjian di suatu cafe.
Setelah keluar dari mobil aku merapikan bajuku yang sengaja aku tidak berpenampilan seperti aku ingin bertemu dengan Musda yang aku berusaha untuk paripurna. Kalau sekarang aku cuma berpenampilan seadanya yang sempat mengundang protes Mama. Tapi karena tidak punya banyak waktu ya biarlah penampilanku terkesan biasa saja.
Kini aku dan Mamaku sudah memasuki cafe dan mencari meja yang sudah dijanjikan. Setelah Ibuku melihat diantara orang-orang di cafe, lalu Ibuku pun melambaikan tangan pada salah satu orang di kejauhan yang duduk di kursi dan reflek menarik tanganku. Hmm Mama aku bukan anak kecil lagi.
"Duuh akhirnya kita bertemu lagi di sini ya Jeng" sapa Mamaku sambil cipika-cipiki dengan seorang Ibu paruh baya yang membuatku memutar mata malas.
"Oh ya kenalkan ini anak saya yang saya ceritakan itu, namanya Faisal!" ucap Mama bangga.
"Waah ganteng sekali anak Ibu! oh ya kenalkan juga ini anak saya namanya Kinan" sahut Ibu itu sembari menyuruh kami duduk di seberang kursinya. Lalu kami duduk berhadapan yang di tengahnya ada meja dan di atasnya ada pot bunga mawar cantik. Cafe yang kelas menengah ke atas bagi yang berkunjung ke sini.
"Kinan..." ucapnya singkat dan datar.
"Faisal" jawabku pun tak kalah singkat sambil bersalaman dengannya.
Kulihat dia sekilas tampak dingin dan tanpa ekspresi. Memang dia cantik, anggun dan mempesona.
"O ya kalian berdua nanti kapan-kapan boleh jalan bareng. Ya sekadar makan-makan atau ke mall buat PDKT gitu istilah anak muda sekarang..heheheee..." tawa Ibu Kinan renyah nan ceria yang disambut tawa lepas Mamaku.
Aku cuma diam saja menyimak dari tadi, begitu juga Kinan kulihat dia cuma diam saja mendengarkan.
"Maukan nanti ya Kinan bisa jalan berdua sama Faisal?" tanya Ibunya Kinan pada Kinan yang hanya dijawab dengan deheman.
"Hmm maaf anak saya ini orangnya memang agak pendiam gitu, tapi kalaunya udah akrab ketahuan dech sifat aslinya gimana," ucap Ibunya Kinan seraya tertawa kecil.
Mamaku dan Ibunya Kinan pun saling bicara sambil makan dan sesekali diiringi tawa riang oleh guyonan-guyonan khas Ibu-Ibu. Sementara aku dan Kinan masih tetap saling diam seolah diantara kami masing-masing punya dunia sendiri. Kami sama-sama makan dalam diam, cuma ada dentingan sendok dan garpu yang seolah saksi bisu menemani kebekuan. Sempat kulemparkan senyum tipis padanya sebagai senyum kehormatan untuk menghargainya bisa datang ke sini. Dia pun membalasnya juga dengan senyuman tipis sama sepertiku.
Aku merasakan dia punya sesuatu yang disembunyikannya lewat tatapan matanya. Entah apakah itu aku tidak tau, karena sekilas kuperhatikan sejak tadi wajahnya cuma datar dan seakan dia lagi menahan beban berat dalam hidupnya.
Untuk bagian ini khusus POV Faisal dulu ya, setelah ini baru kita lanjut tentang Musda yang setia menemani Riduan koma di rumah sakit.
Jangan lupa vote dan komennya, semakin banyak vote dan komen aku semakin semangat melanjutkan cerita ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...