Tidak terasa hari-hari berlalu kulalui dengan cepatnya, hari-hari penuh dengan keceriaan dan canda tawa. Seakan tidak ingin momen ini terpisahkan dan akan tetap ingin selamanya seperti ini.
Tapi itu tidak mungkin, ada kehidupan yang lain yang harus kujalani dan kurencanakan. Masa depan sudah menungguku di sana dengan siapa hatiku berlabuh, dan aku sudah menemukan orang yang tepat itu.
Tinggal menyusun tahap demi tahap selanjutnya yang harus aku ambil dan laksanakan. Berat memang harus meninggalkan kampung tercinta ini, begitu banyak kenangan dan pelajaran yang bisa kuambil dari kehidupan di sini. Bahwa kebahagiaan yang sebenarnya itu tidak harus dari harta yang melimpah, uang yang banyak, jabatan dan kedudukan yang tinggi tapi semuanya berawal dari hati.
Bisa berkumpul dengan keluarga tercinta yang selalu sehat wal'afiat, damai, rukun, makan tiga kali sehari dan kebutuhan dapur tercukupi itu sudah sangat membahagiakan bagi warga penduduk di sini. Itu yang kudengar dari curhatan seorang ibu yaitu tetangga yang tak jauh dari rumah bibi ketika aku jalan-jalan sore menghampiri ibu setengah baya dengan beberapa orang temannya yang lagi asyik berkebun kecil-kecilan di samping rumahnya.
Dua minggu lebih dua hari rasanya tidak terasa begitu cepat waktu berputar, rasanya baru kemaren sore aku sampai di sini diantar oleh seorang laki-laki dewasa. Rudi..!!! iya Rudi entah bagaimana kabarnya sekarang, sudah empat hari ini aku tidak bertemu dengannya. Apakah dia baik-baik saja atau ada terjadi sesuatu dengannya. Setelah aku mengantarkan kue kemaren pertemuanku dengannya rasanya cuma tiga kali, setelah itu sampai saat ini dia menghilang begitu saja.
Bolehkah aku kangen dengannya...?kangen hanya sebagai teman biasa tidak lebih dari itu.
🌷🌷🌷
Dering gawaiku berbunyi nyaring di atas nakas yang tak jauh dari tempat tidurku, begitu mengejutkanku yang sedang memasukkan baju-baju yang sudah kulipat dari jemuran siang tadi.
Siapakah gerangan yang menelpon malam-malam seperti ini, waktu pun sudah menunjukkan pukul 9 malam.
Oh ternyata itu Riduan, kenapa dia menelpon malam-malam.
"Hallo assalamu'alaikum..." sapaku padanya.
"Waalaikum salam..." jawab Riduan di seberang sana.
"Ada apa yank?" tanyaku penasaran.
"Hmm ada apa yaa...!" ucapnya menggantung semakin memancing keingintahuanku.
"Ada apa sich?" tanyaku lagi kali ini lebih menekankan agar Riduan menjawab segera pertanyaanku.
"Yaank aku sakit nich!" ucap Riduan memelas.
"Hah sakit apa? udah minum obat belum?"tanyaku beruntun tak sabaran.
"Sakit malarindu nich yaaank, obatnya gak ada di sini. Obatnya yang ada ditelpon ini." ucap Riduan manja.
"Iih Duan kenapa sich suka banget ngerjain orang, aku kira sakit beneran." jawabku sedikit jengkel.
"Serius aku memang lagi malarindu, kangen berat nich yank, kapan pulang sich?" tanya Riduan serius.
"Insya Allah lusa aku pulang, nanti aku kabari kalaunya mau pulang, sabar yaa!" jawabku mengerti.
"Bener yaa..!" sahut Riduan memberikan kepastian bahwa yang aku ucapkan memang benar adanya.
"Iya...mana mungkin aku bohong!" tegasku agar Riduan percaya.
"Ya udah sampai ketemu nanti, aku tunggu kedatanganmu." Jawab Riduan mengerti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siapa Cintaku
RomanceSeorang wanita yang bernama Musdalifah masih betah sendiri diusianya yang ke 28 tahun, ibunya sudah beberapa kali mencoba menjodohkannya dengan seorang pria, tapi Musdalifah selalu saja menolak untuk bertemu dengan pria pilihan ibunya itu, ibunya pu...