Beberapa saat setelah percakapan kecil dengan ibu di balkon pagi tadi, aku memutuskan untuk menghubungi Hyuningkai. Mencoba menjelaskan semua yang terjadi adalah hal terbaik yang bisa kulakukan sekarang untuk mengatasi masalah apapun.
Ia memintaku untuk tetap tenang.
Hei, bung. Dunia ini semakin menyeramkan dan kau memintaku untuk tetap tenang seakan tak ada yang perlu dikhawatirkan?
Aku punya cukup banyak masalah dan Choi Soobin adalah salah satunya.
Hanya saja, aku benar-benar tak menyukai kebetulan bahwa Soobin adalah karakter hidup yang muncul begitu saja.
Memangnya apa salahku? Apa yang salah dari menuangkan imajinasi?
"Tetap di rumah, Hara. Tunggu sampai kau benar-benar sembuh," ujar Hyu.
Aku bergumam. Bosan karena Hyu sudah mengucapkan kalimat itu puluhan kali dalam kurun waktu kurang dari sehari ini.
Memangnya aku selemah apa?
Jadi, daripada aku hanya mengurung diri di dalam kamar, aku memutuskan untuk turun ke bawah. Entah apa yang akan kulakukan di sana, di taman kecil depan rumahku, tepatnya. Mungkin hanya sekadar menikmati udara pagi atau duduk santai di atas ayunan.
Aku belum mengganti pakaian tidurku. Aku pun memutuskan untuk bertelanjang kaki karena menginjak rerumputan yang berembun sepertinya terasa menyenangkan. Aku pun menghampiri sepasang ayunan di samping kolam ikan dekat teras rumahku.
Ah, terasa begitu menenangkan. Hanya saja mungkin jika Choi Soobin si murid baru misterius itu tidak muncul di kehidupanku, semua akan terasa lebih baik. Mengapa ia tak bisa keluar dari kepalaku?
Sebenarnya seberapa penting dia?
Aku tak bisa menemukan petunjuk apapun. Bahkan bisa dikatakan aku seperti sudah menyerah sebelum mencoba. Hanya saja ini memang terlalu sulit untuk dilakukan. Belum lagi Hyu dan Kak Yeonjun yang sepertinya belum menunjukkan tanda-tanda mereka memperoleh sesuatu yang bisa memecahkan misteri ini.
"Halo. Permisi?"
Aku menoleh ke arah gerbang. Bel berbunyi. Seseorang datang. Aku pun menghampirinya. Terdengar dari suaranya mungkin ia seorang anak laki-laki seusiaku.
Aku membuka gerbang dan mendapati seorang anak laki-laki tersenyum membawa sebuah bungkusan. Aku menatapnya bingung.
"Ya? Ingin mencari siapa?" tanyaku. Astaga, betapa buruknya aku dalam menyapa seseorang. Seharusnya bukan kalimat itu yang ku ucapkan.
Anak laki-laki yang berpostur kurang lebih sama denganku itu menggeleng. Matanya yang lebar dan berkilau itu tersenyum mengikuti bibir tipisnya. Pipi tirusnya menarik bibirnya untuk membentuk senyuman. Kesan pertama yang cukup bagus.
"Aku kemari untuk mengantarkan ini," ucapnya, memberi bungkusan kotak kayu familiar. Bukankah ini manggaetteok? Satu kotak penuh kue beras hangat? Ah, mendadak perutku berteriak ingin diisi.
Aku menerimanya dengan senyuman. Tetapi memang punya acara apa dia sampai memberiku kue beras?
"Aku tetangga barumu. Kami baru saja pindah tadi malam," ucapnya, seperti bisa membaca pikiranku. Aku mengangguk-angguk. Ah, pantas saja.
"Terima kasih untuk kue berasnya," ungkapku. Ia mengangguk.
"Tolong titipkan salamku pada keluargamu, ya. Mungkin beberapa hari lagi kami akan mengundang keluargamu untuk makan malam bersama," ujarnya, ramah. Aku mengacungkan jempol pertanda siap.
Ia hendak berbalik. Namun aku segera memanggilnya.
"Hei, tunggu. Boleh aku tahu siapa namamu?" tanyaku.Ia tersenyum.
"Taehyun. Namaku Kang Taehyun."Aku terdiam.
Apa?Bukankah Kang Taehyun adalah salah satu nama karakter yang aku dan Hyu ciptakan?
***
"Jadi, kita bahkan belum menemukan petunjuk apapun dari Soobin yang misterius itu dan kini kau melaporkan masalah lain lagi?"
Itu adalah kalimat Hueningkai saat aku melapor padanya bahwa tokoh lain yang kami ciptakan mungkin juga hidup. Astaga, ini sungguh rumit. Tentu saja aku tak bisa mengatasi masalah ini seorang diri. Bahkan terkadang aku bertanya pada diri sendiri apakah diriku ini nyata.
"Kau berpikir Kang Taehyun tetangga barumu itu juga tokoh fiksi yang kita ciptakan?" pertegas Hyu. Aku mengangguk.
Hyuningkai menatapku heran. Beberapa saat kemudian ia menggelengkan kepalanya. Kedua telapak tangannya menutup wajahnya, mengusap kasar sembari menghela napas gusar.
"Bagaimana jika ternyata semua ini hanya kebetulan? Mungkin kita terlalu menanggapinya secara serius?"
Aku menggeleng tak setuju.
"Semudah itu kau menarik simpulan? Kau bahkan sudah melihat buktinya sendiri! Memang ada yang salah dengan Choi Soo bin, Kang Taehyun, aku, kau, atau bahkan seluruh dunia ini," tukasku. Wah, mengapa aku terdengar begitu antusias memecahkan masalah ini?Hyuningkai menumpu dagunya. Ia tampak sedang mencari solusi. Beberapa detik kemudian, ia menghela napas, lagi.
"Aku tak tahu harus dari mana kita mulai."Aku merangkul pundaknya, berusaha meyakinkannya.
"Hyuka, ayolah. Kita pasti bisa menemukan petunjuk. Apapun itu, dari manapun, sekecil apapun kesempatannya, kita harus ambil untuk memecahkan masalah ini."Sebenarnya aku ingin sekali mengutarakan padanya sesuatu yang mungkin Hyuningkai belum tahu, namun niatku urung karena terdengar ponsel berdering. Aku mengambil ponselku yang kuletakkan di napas, mengeceknya, dan tak ada panggilan dari siapapun. Itu berarti ada telepon masuk di ponsel Hyu. Ia pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengangkat panggilan itu.
"Halo, Kak? Bagaimana kabarmu?" sapa Hyu.
'Hyu, alat yang kubuat sudah siap.'
Aku mengernyit heran. Alat?
Aku pun mengirim sinyal pada Hyuningkai untuk menjelaskan semuanya setelah telepon itu terputus. Ia menunjukkan gestur siap.Sayang sekali aku tak bisa mendengar ucapan dari seberang telepon dengan jelas. Namun jelasnya, sepertinya mereka sedang mendiskusikan sesuatu mengenai suatu alat yang mungkin bisa menjadi petunjuk untuk memecahkan misteri ini.
Beberapa menit kemudian, telepon terputus. Aku menatap Hyu, meminta penjelasan.
"Apakah ada yang kau sembunyikan dariku, Hyu?" tuntutku.
Ia menggeleng, berusaha meyakinkan diriku bahwa kami saling mempercayai.
"Kak Yeonjun berhasil membuat alatnya."
Aku mengernyit.
"Alat apa?" tanyaku."Alat untuk mendeteksi mimpi seseorang," jawabnya ringan. Aku semakin heran.
"Untuk apa ia menciptakan alat seperti itu?" tanyaku, lebih mendesak.
Hyuningkai menatapku dalam. Tak ada ekspresi berbau candaan di gurat wajahnya. Sementara itu aku menunggu jawaban.
"Hara, Yeonjun berteori bahwa kita adalah bagian dari mimpi seseorang."
***
Hiyaaa, jadi sebenarnya yang nggak nyata itu Soobin apa Hara nih?

YOU ARE READING
Figment [✔]txt
Mystery / ThrillerAda yang berbeda dari Choi Soobin. Saat Hara menciptakan karakter Choi Soobin, misteri terus datang menghantuinya. Semua realita datang menyusul bagai gelombang yang membuatnya semakin hanyut dan menjauh dari kemungkinan. Choi Soobin tersenyum. Buka...