tak semua orang bisa

1.4K 280 36
                                    

Awalnya yang kulihat hanya gelap. Lalu tampak bintang-bintang yang jumlahnya tak sedikit, tak terhingga. Mereka meletup kecil. Aku hanya bisa melihatnya sembari mengerjapkan mata, bertanya pada diriku sendiri di dimensi manakah aku berada.

"Astaga, pening sekali rasanya."

Aku mengeluh. Dalam hati bersyukur karena setidaknya aku bisa mendengar suaraku sendiri. Hingga perlahan bintang-bintang itu menghilang dan hitam kembali menguasai. Aku mengerjap dan kembali pada kenyataan. Hal pertama yang kusadari saat aku membuka mata adalah kenyataan bahwa aku masih ada di kelas yang sama. Aku mengernyit heran.

Kepalaku menoleh ke penjuru arah dan mendapati bahwa keanehan yang terjadi sebelumnya tak ada lagi, atau mungkin, sudah berakhir.

Aku pun tak tahu pasti. Aku memutuskan untuk beralih ke Hyuningkai yang sedang mempersiapkan segala jenis referensi sebelum memulai pembelajaran. Oh, satu catatan kecil seakan muncul dari otakku. Warna mata Hyuningkai kembali normal. Coklat terang berkilau seperti warna kayu berembun di pagi musim panas. Bukannya berwarna biru gelap mengerikan seolah mata itu bak lubang hitam yang akan menyedotmu jika kau menatapnya terlalu lama.

"Hyu? Untuk apa kau mempersiapkan buku biologi? Bukankah ini sudah memasuki jam pelajaran selanjutnya? Sejarah Budaya Korea, ya 'kan?" tanyaku, meyakinkan.

Namun, yang kudapat dari Hyuningkai adalah tatapan bingung. Dahinya mengernyit.
"Kau habis melamun, ya? Kita baru memasuki jam pelajaran biologi," begitu jawabnya, membuatku menggeleng untuk menyangkal dan bersiap mengeluarkan argumen. Namun urung karena tiba-tiba kelas senyap dan seorang guru melangkah masuk.

Bu Helen, wanita cantik yang memiliki aksen Daegu cukup kental itu mengajar biologi. Hyuningkai benar. Saat ini baru memasuki pelajaran biologi. Aku melirik jam tangan di pergelangan tangan kiriku. Waktu menunjukkan pukul sebelas.

Aneh! Ini sungguh aneh karena aku yakin baru saja kami melewati jam pelajaran biologi. Aku masih ingat bahwa tadi kami mempelajari sistem saraf! Lalu, tiba-tiba semua keanehan itu terjadi. Rasanya seperti terbangun dan berada di suasana yang berbeda. Jauh berbeda dari suasana kelas terakhir kali aku tersadar.

Semua tampak normal. Tidak ada satu orangpun yang berperilaku aneh dan menatapku dengan tatapan tajam. Hingga kepalaku menoleh ke samping kiri, di mana Hyuningkai duduk. Aku menatapnya.

"Hara? Ada apa?" Suara Hyuningkai mengejutkanku. Aku menggeleng kecil dan mengeluarkan catatan biologiku. Kukira aku bisa menganggap semua kejadian aneh tadi begitu saja. Namun, aku tidak bisa. Catatan biologi yang kuyakin seribu persen baru saja kutulis, hilang entah kemana. Aku yakin bahwa buku ini adalah buku yang sama dengan buku tadi. Aku sudah membolak-balik lembar demi lembar kertasnya, tetapi nihil.

Aku segera bertanya pada Hyu.
"Bolehkah aku melihat catatan biologimu?" tanyaku, memberi umpan pada Hyu. Siapa tahu dia mengalami keanehan seperti yang kurasakan.

Hyu mengangkat jempol dan memberikan bukunya padaku. Aku pun menerimanya dan membuka pada bagian di mana Hyu terakhir kali menulis. Tetapi, aku tidak menemukan catatan tentang sistem saraf, tidak sedikitpun.

"Hyu, di mana catatan tentang sistem saraf?" tanyaku heran. Hyuningkai menoleh padaku dan memberikan tatapan bingungnya.

"Guru kita belum membahasnya, Hara. Lihat, beliau baru saja masuk," jawabnya.

Satu simpulan, hanya aku yang merasakan keganjilan itu. Aku pun memberikan senyum palsu pada Hyu dan mengembalikan buku Hyu pada pemiliknya. Sebuah gagasan gila muncul begitu saja di otakku.

Bagaimana jika baru saja aku mengalami time-leap?

Oke, aku tahu. Ini benar-benar di luar nalar. Mungkin ini hanya tentang aku yang terlalu banyak berimajinasi.

"Hyu, apakah menurutmu perjalanan waktu itu mungkin?" bisikku pada Hyu. Ia menoleh dan langsung dapat kulihat ekspresi datarnya. Aku paham bahwa dia pasti bosan mendengar ocehanku yang tak masuk akal.

"Tadi kau ingin aku ikut projek menulis fiksi ilmiahmu yang berhubungan dengan dimensi lain, sekarang kau bertanya padaku tentang dimensi waktu?" jawab Hyu. Aku memberinya isyarat agar suaranya tidak terlalu keras.

"Nanti Bu Helen dengar," ucapku melirik guru Biologi itu yang kini sedang bersiap mengajar. Terlihat wanita itu sedang meletakkan proyektor hologram di meja yang ia letakkan di tengah ruang kelas.

"Kau tidak serius 'kan bertanya seperti itu padaku? Seriously, Hara. Kau terlalu banyak menonton film sci-fi."

Aku terdiam dan melipat kedua tanganku di depan dada.
"Kau saja yang tidak merasakan keanehan tadi," jawabku lirih. Beruntung Hyu tak dengar.

Aku pun memutuskan untuk memperhatikan Bu Helen yang sudah mulai menjelaskan fungsi dendrit dan perannya dalam sistem saraf. Jika benar bahwa baru saja aku melompati waktu, semua gerakkannya akan sama seperti sebelum aku mengalami keanehan.

Aku tidak mendengarkan materi yang ia sampaikan. Aku hanya ingin tahu bahwa apakah semua tadi mungkin terjadi? Apakah hal-hal semacam time-leap itu ada?

Aku melirik jam tanganku.
"Jika ini benar, di menit ke tujuh belas, ia akan menggerakkan tangannya untuk memperbesar hologram dendrit itu," bisikku. Aku ingat saat itu. Ia menyapukan tangannya pada hologram dan menjelaskan bagian dendrit secara rinci.

Waktu menunjukkan pukul sebelas lewat enam belas menit. Aku hanya butuh satu menit terakhir untuk bukti bahwa keganjilan itu nyata. Aku terus memperhatikan gerak-geriknya yang familiar. Hingga beberapa detik lagi menuju waktu yang kutentukan, aku terus mencocokkan gerakkan wanita itu dengan arloji di pergelangan tangan kiriku.

"Kita akan mempelajari dendrit lebih detail," ujar Bu Helen seraya menyapukan tangannya pada hologram. Benda transparan itu pun bergerak membesar. Aku melirik ke arah arlojiku.

Boom!

Benar. Waktu menunjukkan pukul 11.17 di detik kelima. Waktu yang benar-benar pas dengan waktu di saat guru itu melakukan hal yang sama sebelum keanehan itu terjadi.

Jadi benar bahwa seseorang bisa melompati waktu?

Atau dalam hal ini, aku bisa melompati waktu. Aku tahu ini baru pertama kalinya, dan ditambah kenyataan bahwa aku belum bisa mengendalikan kemampuan yang tidak semua orang dapat melakukannya.

Aku tersenyum.
"This is gonna be fun."

***

heeyyyyyyy.
sengaja nih pake sudut pandang orang pertama biar lebih ngefeel mungkin hehe.

sejauh ini, ada yang bisa nebak siapa antagonisnya?

Figment [✔]txtWhere stories live. Discover now