Tujuh

3.1K 302 15
                                    

Derry tidak berbohong mengenai istrinya. Saat melihat Maira pertama kali sebagai istrinya, Derry sampai lupa cara berkedip. Ia mati-matian berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya menunggu Maira berjalan pelan mendekatinya. Maira yang mengenakan kebaya putih dan kepalanya yang tertutup hijab, membuatnya terlihat begitu cantik, dan anggun.

Saat Maira menyentuh tangannya untuk bersalaman, Derry sedikit terkejut dengan sengatan listrik yang muncul tiba-tiba. Derry bahkan kelabakan menahan debaran jantungnya saat harus mengecup dahi Maira.

Untungnya, Derry sudah berhasil menguasai diri saat ia harus memasangkan cincin pernikahan. Sebenarnya Derry merasa terganggu dengan ekspresi Maira yang cenderung datar. Bahkan Derry seringkali melihat Maira meringis  dan menundukkan wajah. Sama sekali tidak ada rona bahagia di wajahnya. Hal itu membuat Derry merasa bahwa ada yang salah dengan semua ini.

Saat keluar kamar mandi, Derry tercekat. Maira masih berpakaian, persis seperti yang terakhir kali ia lihat tadi. Namun melihat wajah polos gadis itu untuk pertama kalinya membuat Derry benar-benar tak bisa mengalihkan pandangan. Derry bahkan tidak bergerak dari pintu kamar mandi. Ia terlalu terpesona melihat wajah Maira tanpa make up. Dalam hati, Derry berpikir bahwa Maira terlihat lebih segar dan imut?

Maira segera menyiapkan handuk dan pakaian ganti saat mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Namun saat melihat Derry yang terpaku menghalangi jalannya, Maira berdecak.

"Der? Kamu kesambet setan kamar mandi?"

Derry mengerjapkan mata. "Hah? Apa?"

Maira memutar bola mata. "Minggir."

Derry menoleh ke kiri dan ke kanan, lantas menyadari posisinya.

"Oh, sorry."

Maira berdecak, lalu masuk ke kamar mandi dengan sedikit membanting pintu.

Derry berjengit kaget. Ia refleks mengumpat. Hal itu cukup membuatnya benar-benar tersadar. Ia bergidik ngeri dengan pemikirannya sendiri. Ia tadi berpikir bahwa Maira imut? Dengan mata besar dan bibir kecil berwarna merah muda yang terlihat mengkilap basah?  Belum lagi hidung yang bangir, warisan kedua orang tuanya? Oh, tentu saja Maira memang imut. Apalagi pipinya yang terlihat tembam, berwarna putih bersih tanpa jerawat, ditambah dengan rona alami yang membuat,...

Derry mengumpat lagi. Ia mengacak-acak rambutnya. Ia melompat-lompat membuat gerakan pemanasan. Ia harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Akhirnya setelah mengeringkan rambut dengan handuk, Derry benar-benar melakukan olahraga ringan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dan Derry refleks menoleh ke sumber suara. Derry yang tadinya tengah melakukan gerakan sit up, lantas berhenti bergerak. Maira keluar dengan rambut terbungkus handuk. Menampilkan leher putih Maira yang jenjang. Maira menggunakan dress tipis yang menampilkan lengannya yang tak kalah putih. Derry penasaran, selembut apa lengan itu jika ia pegang. Dress itu cukup panjang hingga melebihi lutut Maira. Namun tetap tidak bisa menutupi betis Maira yang cukup panjang dan bersih dari bulu itu. Pemandangan itu membuat Derry membayangkan bagaimana rasanya mencengkeram betis mulus itu saat ia dan Maira,...

Derry bangkit berdiri dengan gerakan tiba-tiba. Wajahnya terlihat kaku, namun pandangannya mengarah tepat pada kedua mata Maira.

Maira terkesiap kaget. "Astaghfirullah!"

"Kamu kenapa, sih? Aneh banget. Olahraga malem-malem lagi. Kan tadi udah mandi. Aku ogah, ya, tidur bareng kamu yang bau keringat." cerocos Maira kesal.

Derry tercekat. "Tidur, bareng aku?"

Maira melirik Derry gerah. "Kenapa? Kan kamu tadi bilang, aku gak bakal hamil kalau kita cuma tidur seranjang doang?"

Derry menelan ludah. "Tidur seranjang?"

Maira benar-benar menatap Derry dengan wajah bingung. "Astaga, kamu beneran kesurupan, ya?"

Derry tidak menjawab. Maira meneliti Derry yang tengah menatapnya dengan ekspresi aneh. Pelan, ia menyentuh pipi Derry dengan telunjuk kirinya. Namun, Derry menangkap pergelangan tangan Maira dengan cekatan.

Maira terpekik karena kaget. Namun ia tetap memaku tatapannya pada Derry. Derry melangkah mendekat. Ekspresinya benar-benar tidak bisa dimengerti oleh Maira yang polos.

"Kamu benar-benar kesurupan, ya?" lirih Maira penuh simpati.

Selanjutnya, Maira terpejam dengan bibir bergerak cepat membaca ayat kursi. Maira bahkan tidak menyadari wajah Derry yang terus mendekat. Melihat Maira terpejam, Derry pikir itu adalah bentuk kepasrahan Maira kepadanya.

Setelah menyelesaikan bacaan doanya, Maira membuka mata dan dengan cepat melayangkan tangannya  pada wajah Derry.

Maira kembali membaca ayat kursi saat melihat Derry melotot kaget. Salah satu tangannya yang terlepas dari genggaman Derry langsung ia gunakan untuk merangkum wajah Derry.

"Keluar kamu jin jahat! Jangan ganggu manusia, jin jahannam!" Maira kembali merapalkan ayat kursi.
Derry, yang terlalu terkejut dengan reaksi Maira, membuatnya benar-benar terbangun dari gairahnya sendiri. Ia menatap Maira kesal.

"Apaan, sih?" teriak Derry penuh emosi.

Melihat Derry yang kembali marah-marah, Maira mendesah lega.

"Alhamdulillah, jinnya udah keluar."

Emosi Derry sudah mencapai puncaknya. "Kamu,..."

Saat melihat wajah Maira yang tersenyum lega, Derry hanya bisa mengepalkan tangan menahan diri untuk tidak menampar wajah cerah itu.

"Aaarrghhh! Dasar perusak suasana!"

Maira berjengit kaget. Melihat Derry melangkah cepat menuju kamar mandi, Maira berseru. "Baca doa dulu Der! Nanti jinnya gangguin kamu lagi!"

"Berisik!" seru Derry sambil membanting pintu kamar mandi.

Maira menggerutu. "Gak tahu terima kasih."

Maira mendekati meja rias dan mengoleskan lotion di seluruh lengannya. "Tapi Derry seksi juga."

Menyadari kata-katanya yang ngawur, Maira menggeleng cepat. Ia langsung membaringkan diri di atas ranjang. Berharap saat ia terbangun besok, semua ini hanyalah mimpi.

***

Cinta Datang TerlambatWhere stories live. Discover now