Empat

3.4K 313 3
                                    

"Derry, aku gak bisa kabur."

Maira memutuskan bertemu dengan Derry. Hanya Derry satu-satunya orang yang bisa ia ajak bicara.

"Keluargaku, mengalami kesulitan. Aku gak mungkin meninggalkan mereka."

Derry hanya terdiam sambil menatapnya tajam.

"Derry?"

"Apa ini karena uang?"

Maira mengernyit heran. "Uang?"

"Aku tahu soal perusahaan Om Krisna. Itu kan, yang membuat kamu dijodohkan denganku?" tambahnya dingin.

"Jaga bicaramu! Papa tidak sepicik itu."

Derry mengibaskan tangannya seolah tak peduli. Maira heran dengan perubahan sikap Derry. Oke, Derry memang selalu bersikap dingin padanya. Namun kali ini, Maira melihat Derry yang berbeda. Derry terlihat lebih muram. Seperti tengah menahan amarah yang amat sangat besar. Maira jelas kebingungan karena ia bahkan tidak melakukan apapun.

"Ayo kita menikah!"

Maira melotot kaget. "Apa?"

"Kamu tuli?"

Maira menggeleng. "Kenapa tiba-tiba?"

"Karena kita kehabisan ide untuk menghentikan pernikahan ini."

"Gak bisa, gitu." sambar Maira. "Pasti masih ada cara lain. Aku gak bisa menikahi kamu."

Derry menyipit. "Dan kenapa kita tidak bisa menikah? Apa aku memang gak sepantas itu untukmu?"

Maira terkesiap dengan tanggapan Derry yang terkesan seperti seseorang yang kehilangan percaya diri. Ia bisa melihat sekilas sorot kecewa dari wajahnya, namun cepat berganti dengan wajah garangnya.

"Ini pernikahan, astaga. Kamu tahu, kan, maknanya apa? Kita akan hidup bersama, semacam partner dalam membentuk keluarga baru. Kita akan punya dua atau tiga anak, yang harus kita besarkan dan kita didik sebaik-baiknya. Hidup kita akan berubah, Der. Dan masalahnya, kita tidak akan pernah bisa menjadi partner."

Derry berdecak. "Let's make it simple. Kita menikah. Kita buat kontrak pernikahan. Setelah sekitar, hmm, satu tahun, mungkin? Kita bercerai. Selesai."

Maira melongo.

"Kenapa? Aku bisa menuruti kemauan Papa, kamu bisa membantu perusahaan Om Krisna. Sedikit akting sebagai pengantin baru yang mesra mungkin perlu. Kita buat aturannya, sepakati, tanda tangan, jalani. Selanjutnya, kita bisa berpisah baik-baik."

Maira tidak yakin, namun ide Derry terdengar paling memungkinkan saat ini.

"Bagaimana?"

"Aku akan dilibatkan dalam penyusunan kontrak?"

"Tentu saja."

Maira membaca basmalah dan istighfar berkali-kali sebelum berkata, "Deal."

Derry menyeringai. "Deal."

Cinta Datang TerlambatWhere stories live. Discover now