Tiga

3.7K 360 5
                                    

Maira tengah memeriksa rekening pribadinya saat Naura memasuki kamarnya.

"Aku ganggu gak, Kak?"

Maira menggeleng. "Masuk aja, Dek."

Naura duduk di sisi ranjang. Bertatapan dengan Maira yang duduk di sebelahnya.

"Aku tahu, Kak Ra mau kabur, kan?"

Maira melotot.

"Dengar, Kak. Aku mohon, menikahlah dengan Derry. Demi keluarga kita. Demi Nou."

Maira menatap Naura menyelidik. "Gak akan ada yang berubah walaupun aku gak menikah dengan Derry."

Naura menggeleng. "Kak Ra gak tau, kalau kita nyaris bangkrut?"

"Apa?"

"Nou gak ngerti. Ada masalah dengan perusahaan Om Dewa. Produk kita berkualitas rendah. Akibatnya angka penjualan menurun drastis. Karyawan terancam kena PHK."

Om Dewa adalah sahabat Papanya, yang merupakan pemilik perusahaan manufaktur yang memasok bahan baku setengah jadi di perusahaan furniture Papanya.

"Kak Ra gak takut miskin, Dek. Keluarga kita juga memulai semua ini dari nol. Kalaupun kita bangkrut, kita masih punya aset cukup untuk memulai lagi."

"Tapi Naura gak siap untuk jatuh miskin. Naura perlu biaya untuk lanjut sekolah ke Singapura."

Maira tercekat.

"Om Rahman siap membantu perusahaan kita. Perusahaan propertinya pasti bisa menjembatani permasalahan kita."

Maira menyipit. "Dengan menjual Kak Ra?"

Naura menggeleng. "Kak Ra hanya membantu. Perusahaan kita aman. Dan Om Rahman memperoleh menantu dan cucu."

"Seolah-olah gak ada perempuan lain yang bisa jadi menantunya."

"Kak Ra, please."

"Kak Ra akan pikirkan." sahut Maira lemah.

***

"Papa tahu rencana kamu dengan Maira."

Derry menegang. Ia melirik ayahnya yang masih fokus menatap layar laptop dari balik meja kerjanya.

"Papa sadar, mungkin Papa terlalu keras. Jadi, Papa juga merubah rencana."

Derry menunggu.

"Papa beri kamu dua pilihan. Pertama, lanjutkan hubunganmu dengan wanitamu itu, tapi jangan harap Papa akan memberikanmu sepeser pun harta Papa."

Rahman melirik kedua tangan Derry yang mengepal. Ia bangkit. Pria yang masih gagah walau sudah tak lagi muda itu menatap pemandangan dari dinding kaca. Tatapannya menerawang.

"Pilihan kedua, tinggalkan wanita itu, nikahi Maira, dan berikan Papa cucu. Setelah itu, kamu berhak menggantikan Papa."

Kali ini Derry mendongak. "Maksud Papa? Papa menyerahkan R kepadaku?"

Rahman menoleh. "Seutuhnya."

Derry tercekat.

"Tapi, aku gak bisa meninggalkannya, Pa. Aku mencintainya."

Rahman berdecak. "Buka emailmu. Kita lihat sebesar apa rasa cintamu pada jalang itu."

Tergesa-gesa, Derry merogoh ponselnya. Derry kehabisan kata, melihat foto-foto yang baru dikirimkan ayahnya kepadanya. Tubuhnya melemah. Wanita yang mati-matian ia pertahankan di depan keluarganya, ternyata kembali pada mantan suaminya. Cinta pertamanya, yang dulu lebih memilih pria lain daripada dirinya, ternyata hanya menjadikannya pelarian.

Ia merasa sesak sekaligus marah. Ia membenci wanita itu, membenci ayahnya, membenci dirinya sendiri yang mudah dibodohi.

"Aku pilih opsi kedua. Aku akan menikahi Maira, dan mengambil alih posisi Papa." kata Derry dengan nada rendah.

***

Cinta Datang TerlambatWhere stories live. Discover now