Part 25
Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Setelah merenggangkan otot, aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak ada ucapan selamat pagi lagi untuk foto di atas meja belajarku. Kinal benar-benar sudah kembali padaku sekarang. Jadi aku tidak perlu berbicara pada fotonya.
Selesai mandi dan berdandan sedikit, aku langsung menuju kamar Kinal untuk membangunkannya. Si Malas ini pasti masih tidur dengan pulas. Aku sampai di depan kamarnya yang berada di sebelah kamarku. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, aku langsung membuka pintu kamarnya.
HEEEEEEE!!!
Kinal langsung melompat ke arahku dan membekap mulutku sebelum aku berteriak. Dengan gerakan mulutnya dia menyuruhku untuk tenang. Aku mengangguk, lalu Kinal melepaskan bekapan tangannya.
"Kamu ngapain buka baju di sini sih Nal!" omelku sambil membalikkan badan.
Pada saat aku membuka pintunya tadi, Kinal sedang membuka kancing piyamanya. Sehingga pakaian dalam dan sedikit lekuk tubuhnya terlihat olehku.
"Aku mau mandi Ve. Lagian siapa suruh kamu langsung masuk, bukannya ketok dulu pintunya."
"Aku kan gak tau kalau kamu lagi buka baju! Lagian kenapa pintunya gak di kunci sih?!"
"Ya elah Ve, di rumah kamu ini," balasnya sambil berjalan ke depanku.
"Kamu kenapa Ve? Sakit ya? Kok mukanya merah banget?" tanyanya sambil menatapku dengan lekat. Wajahnya dekat sekali denganku.
"Aku gak sakit," balasku sambil memalingkan wajahku.
"Udah cepetan kamu mandi. Aku tungguin," lanjutku menyuruhnya segera mandi.
"Ok. Tunggu ya Ve," balasnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Sembari menunggu Kinal mandi, aku melihat belanjaannya kemarin masih belum dirapikan olehnya. Daripada hanya bengong-bengong saja, lebih baik aku membantu merapikannya. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil, aku menyusun pakaian Kinal ke dalam lemari baju.
"VEEE!" teriak Kinal dari kamar mandi.
"YA NAL?" balasku berteriak juga sambil berjalan mendekat ke kamar mandi.
"Ada apa Nal?" tanyaku ketika melihat kepalanya di balik pintu.
"Aku lupa bawa baju. Tolong ambilin dong Ve. Hehehe."
"Kebiasaan! Tunggu bentar," balasku lalu mengambilkan pakaian untuknya.
Aku memilihkan kemeja kotak-kotak hijau dan skinny jeans untuknya. Setelah itu aku menyerahkannya kepada Kinal. Dua menit kemudian, dia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang kuberikan padanya tadi. Penampilannya tampak dewasa sekali sekarang.
"Bagus gak Ve?" tanyanya sambil memutar-mutar tubuhnya.
"Bagus dong, kan aku yang pilihin."
"Hehehe. Makasih ya."
"Sama-sama. Yuk ke kamar aku Nal."
"Loh? Mau ngapain Ve?"
"Emang kamu punya alat make up sekarang?"
"Ohh iya. Pinjem punya kamu dulu ya Ve...," ucapnya malu-malu.
"Gak perlu malu-malu gitu mukanya. Gak cocok sama kamu!"
"Emang gak lucu Ve?"
"Gak! Amit-amit Nal. Hahaha."
"Kamu mah yahhh," ucapnya gregetan.
"Udah cepetan ke kamar aku."
"Ok ok."
Di kamarku, aku mendandani Kinal dengan tipis. Hanya sedikit polesan bedak, blush on dan lipstik dengan warna tidak mencolok. Setelah itu kami turun ke bawah untuk sarapan bersama. Di meja makan, tidak ada siapa-siapa. Kedua orangtuaku pasti sudah sarapan terlebih dahulu. Maklum saja, ini hari Senin, jadi ayahku sudah berangkat ke kantor dari pagi. Selesai sarapan sepotong roti dan segelas susu hangat, kami segera berangkat menuju kampus.

YOU ARE READING
Senja
FanfictionPertama kali aku bertemu dengannya ketika hari pertama masuk SMA. Sejak saat itu, kami langsung berkenalan dan menjadi teman dekat. Wajahnya sangat manis, mungkin karena potongan rambut pendek di atas bahunya. Tawa khasnya yang memperlihatkan gigi...