Part 9
Perjalanan kami ke Bandung terasa sangat lama. Hal ini karena tol ke Bandung sedang macet parah sekali. Begitu keluar tol, lagi-lagi terjadi kemacetan di dalam Kota Bandung. Sehingga kami sampai di rumah Kinal pada saat sudah hampir sore.
"Depan belok kiri Pak," ucap Kinal mengarahkan Pak Min menuju rumahnya.
Pak Min mengikuti petunjuk Kinal, membelokkan mobilnya.
"Lurus terus sekitar 500 meter Pak, rumahnya di sebelah kiri."
Daerah rumah Kinal di Bandung terlihat asri sekali. Masih terdapat pepohonan yang tumbuh. Rumah-rumah warga di sekitarnya memiliki pekarangan yang ditanami berbagai macam tanaman hias. Jalanannya yang tidak terlalu lebar, terlihat hanya sesekali dilintasi mobil.
"NAL, KEBUK TEH NAL," teriakku kegirangan ketika kami melewati hamparan luas kebun teh yang terlihat hijau sekali.
Pemandangan di sini sungguh memanjakan mataku. Pandanganku dari tadi tidak pernah teralihkan. Aku terus melihat keluar jendela sebelah Kinal dan bibirku terus menyunggingkan sebuah senyuman lebar.
"Depan belok kiri Pak," tanpa menghiraukanku, Kinal berbicara kepada Pak Min.
Mobil kami berhenti di sebuah gerbang kayu yang di atasnya terdapat plang bertuliskan "KEBUN TEH PUTRI".
Aku hanya bisa melongo melihat tulisan itu. Kemudian kuarahkan pandanganku kepada Kinal, bermaksud bertanya kepadanya.
"Itu kebun teh Nenek aku Ve. Hehehe."
"Seriusan kamu Nal?"
"Beneran Ve."
"Kita bakal nginep di sini selama di Bandung?" tanyaku kembali kepadanya.
Kinal menjawabkan dengan menganggukkan kepalanya mantap.
Langsung saja aku tersenyum lebar dengan wajah ceria. Kutabrak tubuh Kinal untuk kupeluk. Kinal yang kaget, tubuhnya terhempas dan terbentur pintu mobil.
"ADUHHH, sakit Ve," teriak Kinal.
"Maaf maaf Nal."
TOK TOK TOK...
Terdengar suara ketukan di atas kaca pintu sebelah Kinal. Kinal lalu menoleh ke atas. Aku segera mengangkat tubuhku dan membantu Kinal untuk duduk kembali dengan benar. Kemudian Kinal menurunkan kaca pintu mobil. Terlihat seorang bapak-bapak berpakaian satpam.
"Ini Kinal, Nenek ada tidak di rumah?" ucap Kinal dalam bahasa dan logat Sunda.
"Sore Neng Kinal, Nenek ada Neng. Dimasukin dulu mobilnya Neng," balas satpam tersebut, juga dalam bahasa dan logat Sunda.
Kinal menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Pak satpam tersebut berjalan untuk membukakan pintu gerbang.
"Yuk masuk Pak Min," ucap Kinal setelah gerbang terbuka.
Pak Min segera mengemudikan mobilnya memasuki perkebunan teh yang dari tadi sudah memanjakan mataku.
"Rumah Nenek kamu yang di sana Nal?" tanyaku sambil menunjuk sebuah rumah.
Sebuah rumah yang lumayan besar terlihat di atas sebuah bukit kecil. Rumah bercat dominan putih dan sepertinya mayoritas terbuat dari kayu terlihat berdiri dengan megahnya di sana.
"Iya Ve," jawab Kinal.
Wajahku langsung ceria mendengar jawaban Kinal.
"Pak Min, berhenti di sini Pak," ucapku sambil menepuk pundak Pak Min. Pak Min pun segera mengerem mobilnya.

BINABASA MO ANG
Senja
FanfictionPertama kali aku bertemu dengannya ketika hari pertama masuk SMA. Sejak saat itu, kami langsung berkenalan dan menjadi teman dekat. Wajahnya sangat manis, mungkin karena potongan rambut pendek di atas bahunya. Tawa khasnya yang memperlihatkan gigi...