Salah Paham (Again)

3.8K 140 3
                                    


Dua bulan kemudian..

Meena dan Pratap masih belum bisa mempercayai bahwa akhirnya Rukaiya harus dirawat dirumah sakit jiwa. Rasa bahagia karena kembali bertemu dengan putri bungsu mereka juga harus ditebus mereka dengan rasa sedih karena kenyataan pahit yang diterima manakala melihat Rukaiya menatap dengan pandangan kosong seolah tanpa jiwa. Jodha pun mencoba menghibur kedua orang tuanya tanpa henti dan meyakinkan pada mereka bahwa Rukaiya pasti akan sembuh dan akan segera kembali bersama berada ditengah tengah mereka.

"Sweety, aku pergi dulu kekantor. Jangan lupa minum susu dan vitaminmu," Jalal mengecup lembut kening Jodha yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Astaga! Mengapa aku bisa kesiangan seperti ini? Maafkan aku karena tak sempat mempersiapkan keperluanmu. Entah mengapa pagi ini aku merasa tubuhku begitu lelah sekali," ucap Jodha kembali menguap.

"Tidak masalah, sweety. Mungkin kau kelelahan karena semalam kau harus lembur bersamaku. Semenjak hamil kau benar benar semakin membuatku gila, sweety. Aku bahkan berencana ingin membuatmu hamil di setiap tahunnya agar kau selalu terlihat sepanas tadi malam," goda Jalal lirih sambil mengingat percintaan yang mereka lakukan semalam. Spontan Jodha membesarkan bola matanya mendengar ucapan nakal Jalal.

"Kau pikir aku ini mesin pencetak anak, apa?" Gerutu Jodha sambil memanyunkan bibirnya.

"Kalau kau tidak juga berhenti manyun seperti itu, aku pastikan aku tidak jadi kekantor sekarang dan kita akan berakhir diatas ranjang kita lagi," goda Jalal lagi sambil berpura pura hendak melonggarkan dasinya.

"Eits! Baiklah! Selamat bekerja, suamiku. Aku menunggumu hingga kau kembali nanti," sahut Jodha sambil mengecup bibir Jalal singkat dan cepat karena takut kalau Jalal benar benar akan menerjangnya lagi.

"Baiklah, sweety. Jaga dirimu dan anak kita baik baik," kembali Jalal mengecup dahi Jodha kemudian membungkuk untuk mencium perut buncit Jodha.

***************

Salima dan Hans kini telah berada di salah satu cafe tempat mereka mengadakan janji untuk bertemu. Salima bertekad ingin menyampaikan maafnya pada Hans karena telah salah paham padanya selama ini. Pagi ini mereka berjanji untuk sarapan bersama dan meluruskan semua kesalahpahaman mereka.

"Sebenarnya aku sudah lama ingin menemuimu, Hans," ucap Salima membuka percakapan.

"Maafkan aku, Salima. Aku sedang ada perjalanan bisnis hingga dua bulan lamanya," jawab Hans dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya sejak tadi.

"Aku menemuimu karena ingin meminta maaf atas semua tuduhanku padamu, Hans. Aku tak menyangka bahwa papa telah.....,"

"Sudahlah Salima, yang terpenting sekarang adalah kau tak lagi membenciku. Lagipula kejadian ini membawa hikmah tersendiri buatku. Aku yang dulu adalah pria b*j*ng*n ini akhirnya dengan tekad dan niatku bisa berubah menjadi pria yang sukses," ucap Hans memotong ucapan Salima.

"Dimataku, kau bukanlah pria seperti itu, Hans. Dulu aku memang menyesal saat tahu bahwa Rukaiya adalah mantan kekasih yang kau tinggalkan begitu saja hanya demi mengejarku yang mempunyai status sosial lebih tinggi darinya. Bahkan aku pikir kau meninggalkanku waktu itu karena kau telah mendapatkan penggantiku yang lebih dari segalanya dibanding aku," sahut Salima sambil menyeruput capuccino-nya.

"Dulu aku memang telah melakukan kesalahan dengan berhubungan dengan Rukaiya. Dia sama sekali tak pernah setia kepadaku. Dia mengatakan mencintaiku tapi dia juga mengatakan hal itu pada pria yang lain. Aku muak dengannya hingga aku mengatakan bahwa aku ingin pergi darinya karena aku telah menemukan wanita yang lebih kaya darinya. Tapi aku bersumpah demi ibuku, bahwa aku mencintaimu dengan tulus, Salima. Aku mencintaimu tanpa melihat siapa dirimu karena aku sadar aku juga bukanlah siapa siapa dibandingkan dengan dirimu. Hingga saat ayahmu mengatakan hal itu padaku, aku bertekad untuk bisa membuktikanya padamu dan juga ayahmu bahwa aku mampu dan kini, aku berhasil membuktikannya," ucap Hans membuat Salima begitu terharu mendengarnya.

My Perfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang