"Jalal... ini maksudnya.....,"
"Ya sweety. Mereka adalah supir pribadi untukmu dan dua asisten rumah tangga untuk kita. Perkenalkan ini Birbal, Zakira dan Shenaz," Jalal menjelaskan kemudian mempersilahkan mereka masuk.
"Tapi hunny, apartemen ini tidak terlalu besar. Untuk apa kau memakai jasa asisten sampai dua orang begitu," timpal Jodha setelah ketiga orang tersebut masuk kekamar mereka masing masing yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh Jalal.
"Siapa bilang mereka akan bekerja di apartemen ini?" Ucapan Jalal membuat Jodha semakin bingung.
"Lalu? Mereka akan bekerja dimana?" Tanya Jodha lagi.
"Besok kita akan pindah kerumah baru dan mereka akan bekerja di rumah baru kita," penjelasan Jalal membuat Jodha benar benar terkejut.
"Pindah? Kerumah baru? Astaga hunny! Kau selalu saja membuat keputusan yang mengejutkaku," gerutu Jodha sambil menghempaskan pantatnya diatas sofa.
"Ini saatnya kita pindah, sweety. Apartemen ini terlalu kecil untuk kita. Ditambah lagi dengan kehadiran buah hati kita nantinya. Aku ingin ia mempunyai ruang yang luas untuk berlari kesana kemari," ucap Jalal sambil berlutut didepan Jodha dan mengecup lembut perut Jodha yang masih terlihat rata. Melihat moment kedekatan sang ayah dengan calon anaknya, tak terasa airmata pun sedikit menetes di sudut mata Jodha.
"Apapun keputusanmu, suamiku. Aku akan menurut," jawab Jodha sambil membelai rambut Jalal yang masih berlutut didepannya.
**************
"Papa, sebaiknya papa jangan terlalu keras dengan Jalal dan Jodha. Biar bagaimanapun Jodha adalah menantu kita juga. Bukankah kau sudah merestui pernikahan mereka kalau Jalal bersedia menikah dengan Rukaiya? Mengapa kau malah bersikap kasar dan menghina Jodha seperti itu?" Hamida mengeluarkan keluh kesahnya kepada Humayun atas sikap kasar Humayun di apartemen Jalal tadi.
"Papa benar benar keterlaluan! Mama bilang, Jodha juga sedang hamil. Mengapa papa malah menghinanya?" Timpal Salima sama kesalnya.
"Hufth!! Sepertinya aku sedang diserang oleh dua wanita yang sangat kucintai. Oke! Papa mengaku salah. Papa juga tidak tahu kalau Jodha juga sedang hamil. Jujur, jauh didalam lubuk hati papa, papa ikut bahagia mendengarnya. Tapi entah mengapa, papa sangat sulit mengontrol emosi mengingat Jalal lebih memilih Jodha dibanding Rukaiya," jawab Humayun kali ini tanpa emosi yang meledak ledak.
"Jalal pasti punya alasan, pa. Mengapa ia lebih memilih Jodha daripada Rukaiya! Suatu saat pasti papa akan mengerti!" Sahut Salima sedikit emosi dengan memutar bola matanya dan mendengus kasar.
"Baiklah, Salima. Papa akan mencoba berdamai dengan keadaan. Papa juga akan belajar menerima Jodha sebagai menantu papa. Karena dia juga sedang mengandung penerus keluarga kita," rupanya mendengar kabar kehamilan Jodha, hati Humayun pun sedikit meluluh.
"Gawat!! Hati papa mulai luluh mendengar Jodha sedang hamil. Posisiku terancam kalau sampai Jalal dan Salima membongkar rahasia ini. Apalagi kesehatan papa semakin membaik. Arrghhhtttt!!!" Rukaiya memaki panjang pendek didalam hati. Rupanya ia menguping pembicaraan Humayun, Hamida dan Salima.
***********
"Surprise!!!" Jalal membuka kain penutup mata Jodha yang sejak dari apartemen mereka sudah dilingkarkan Jalal ke kepala Jodha.
"Hunny!!! Rumah ini besar sekali!! Ini sih lima kali besarnya bangunan kost ku dulu," Jodha terperangah melihat sebuah bangunan besar dan mewah bergaya mediterania yang ternyata adalah rumah baru mereka.
"Ini semua aku persembahkan untukmu dan calon bayi kita. Kau suka, sweety?" Tanya Jalal sambil memeluk tubuh Jodha dari belakang.
"Kurasa, ini terlalu berlebihan hunny," lagi lagi Jodha mengeluarkan kata kata yang kurang disenangi Jalal.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Wife
FanfictionFanfiction Jodha Akbar yang menceritakan seorang Jodha yang berprofesi sebagai SPG harus terlibat cinta rumit bersama Manajernya, Jalalluddin Khan. Cinta yang harus mereka perjuangkan diantara pertentangan, perjodohan dan masa lalu mereka yang akhir...