Chemistry

5.1K 203 7
                                    

Setelah menunggu selama kurang lebih dua jam, akhirnya Jodha mulai sadarkan diri. Perlahan, ia membuka mata dan spontan memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pening. Diedarkannya pandangan matanya melihat ke sekeliling kamar yang bernuansa sangat maskulin membuatnya sadar bahwa saat ini ia sedang terbaring bukan dikamar kostnya melainkan dikamar orang lain. Dengan cepat ia bangkit dan duduk sambil memeriksa keadaan tubuhnya. Dan betapa leganya ia saat melihat tubuhnya masih berbalut pakaian lengkap. Perlahan ia mengingat semua kejadian yang terjadi tadi sore saat ia sedang menunggu di halte bus itu.

"Dimana ini?" Gumam Jodha sambil celingak celinguk menoleh kekiri dan kekanan.

"Kau sudah sadar rupanya?" Sebuah suara berat dan sedikit serak menyapa Jodha yang sedang memandang kearah jendela membuatnya tersentak dan langsung menoleh ke sumber suara tersebut.

"Anda??" Jodha sangat terkejut melihat pria itu masuk kedalam kamar dan menghampirinya duduk diatas tempat tidur berhadapan dengan dirinya.

"Ya! Aku! Tidak perlu melotot begitu! Aku ini bukan setan!" Sahutnya sambil menatap tajam tepat kedalam mata Jodha.

"Mengapa saya bisa ada disini?" Tanya Jodha sambil kembali menatap sekeliling kamar tempatnya berada saat ini.

"Tadi kau pingsan saat di halte bus itu. Saat aku melintas disitu, aku melihatmu sudah dalam keadaan wajah yang terlihat pucat, lalu aku berinisiatif untuk memarkirkan mobilku dan menghampirimu. Ternyata sebelum aku menyapamu, tubuhmu sudah ambruk duluan. Untungnya aku datang tepat waktu. Karena aku bingung, akhirnya aku membawamu ke apartemenku dan kata dokter kalau maag-mu sedang kambuh," jelas pria itu panjang lebar kepada Jodha. Jodha hanya bisa menunduk dan tanpa sadar ia menarik selimut yang menutupi tubuhnya lebih naik keatas dadanya.

"Kau tenang saja. Aku sama sekali tidak berbuat macam macam padamu," seperti mengerti dengan maksud gerakan Jodha, pria itu langsung mengklarifikasi bahwa tidak terjadi apa apa dengan mereka. Jodha hanya bisa menahan malu dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan! Bukan begitu maksud saya. Justru saya sangat berterima kasih dengan anda, pak. Kalau anda tadi tidak melihat saya, entah bagaimana nasib saya sekarang. Sekali lagi, terima kasih, pak Jalal," ucap Jodha yang sangat lega karena Jalal lah yang menolongnya.

"Sama sama Jodha. Entah mengapa seharian ini kita selalu saja terlibat situasi aneh seperti ini," ucap Jalal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Saya juga tidak tahu, pak," sahut Jodha sambil menunduk dan memilin milin ujung selimut yang ada di pangkuannya.

"Sebaiknya kau minum obat ini saja dulu, tapi sebelumnya kau harus makan dulu. Tadi saat aku membeli obat ini, aku juga membelikanmu bubur ayam. Apa kau kuat untuk berjalan ke ruang makan?" Tanya Jalal membuat Jodha merasa semakin tidak enak dengan kebaikan Jalal.

"Pak Jalal, maafkan saya. Saya benar benar merasa tidak enak karena harus merepotkan anda seperti ini. Lebih baik saya segera pulang saja," ucapan Jodha membuat Jalal langsung menggeleng gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Apa yang membuatmu merasa tidak enak padaku?" Tanya Jalal membuat Jodha menjadi agak kikuk.

"Saya hanyalah karyawan biasa dan anda adalah manajer saya. Saya rasa, saya tidak pantas berada di sini. Saya ini kan hanya.....,"

"Cukup Jodha! Kalau kau memang merasa seperti itu, kau boleh pulang sekarang!" Ucapan Jodha barusan membuat Jalal menjadi sedikit tersinggung. Ia merasa bahwa menolong orang tak harus memandang status sosial seperti yang dikatakan Jodha.

Jodha yang sedikit kaget dengan bentakan Jalal mencoba bangkit berdiri dari tempat tidur. Namun saat ia mencoba melangkahkan kakinya, tiba tiba saja pandangannya kembali mengabur dan tubuhnya terhuyung ke belakang. Spontan dengan lengan kekarnya, Jalalpun menangkap tubuh Jodha agar tak sampai jatuh ke lantai.

My Perfect WifeWhere stories live. Discover now