Maaf ya update malam-malam. Lagi bisa update soalnya. Komen yang banyak ya, aku suka banget baca komentar kalian. I love you guys.
Oiya, jangan lupa sentuh bintangnya. wkwk, jangan lupa vote ya.
"Siapa?" Tanya Rio memperhatikan aku yang sibuk dengan whatsapp di handphone-ku.
"Bang Indra." Jawabku singkat.
"Padahal Lo lagi sama gue." Ucap Rio sambil memandangi aku.
"Ha?" Jawabku kebingungan. Masa gue gak boleh WA an sama orang lain karena gue lagi sama Lo?
"Gak, lupain!" Ucap Rio singkat. Ha? Seriously RIO?
Aku berjalan perlahan menelusuri rumah ini, Rio tepat berjalan di depanku sambil bermain dengan handphone-nya. Kayaknya sih bales dendam sama gue. Wkwkwk.
"Ini piano?" Tanyaku sambil menunjuk ke sebuah benda berbentuk kotak besar dari kayu berwarna putih di sudut ruangan kedua.
"Pianika." Jawab Rio dengan raut wajah mengejek.
"Eh serius Rio."
"Iya piano, masa lumbung padi."
"Makin jago becanda ya."
Di samping piano ada gitar berwarna hitam pekat yang berdiri dengan bantuan stand guitar bernuansa kayu. Di dalam ruangan ini juga ada beberapa alat yang belakangan aku tahu adalah sound system. Rumah ini menarik sekali. Dari luar terlihat dewasa dan mewah, setelah masuk ruangan pertama nuansanya berubah sederhana dan lembut. Di ruang setelah ruang pertama, bisa dibilang seperti studio musik yang vibe-nya anak muda sekali. Ruangan ini memang sedang tidak dikunci, jadi aku bisa melihatnya jelas dari luar.
"Itu apa?" tanyaku menunjuk kesebuah benda hitam elektronik yang terletak tidak jauh dari piano.
"Drum Electric."
"Wuahh." Ucapku kagum.
"Lo yang mainin semua?" lanjutku penasaran.
"Nggak."
"Trus?"
"Aku suka main yang piano sama gitar."
"Drumnya?"
"Jennie."
"Wuaaahhh."
"Kalian sekeluarga bisa main musik?"
"Gak tau." Jawab Rio singkat. Ya masa gatau anjir.
"Wahhh siapa ini??" Ucap seorang perempuan dengan suara yang sangat cerah dan bersemangat.
"Ini Jennie." Ucap Rio memperkenalkan kakaknya yang ternyata sangat cantik.
"Halo, kamu udah banyak diceritain Rio ke kakak."
"Woi Jen, mulut dijaga!" Ucap Rio lancang. Bola mataku hampir keluar mendengar Rio berbicara seperti itu ke kakaknya.
Kalau gue begitu ke kak Ara, bisa jadi Kinder Joy beneran gue.
"Diem lu taii. Suka-suka gue mau ngomong apa." Jawab kak Jen tak kalah mengejutkan. Kali ini bola mataku sepertinya benar-benar keluar.
"Eee Jenong." Ejek Rio.
"Eee Riong." Balas Kak Jen.
Ternyata memang hubungan mereka demikian. Saling ejek, saling hina, saling bentak, dan di saat yang lain saling bela mati-matian. Terlihat tidak normal, tapi sepertinya sangat menyenangkan. Kalau aku bandingkan dengan kak Ara, berbeda sekali. Aku dan kak Ara memang saling sangat menyayangi, tapi kami kaku sekali. Seperti orang jarang ketemu, padahal ketemu tiap hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
RomanceDia memelukku. Untuk pertama kali aku merasakan kehangatan dari seseorang. Aku mengingat lagi, ternyata memang seperti ini rasanya dibela. Dia dingin sekali, tapi pelukannya hangat. Dia, orang pertama. Orang pertama yang mampu menyelamatkan aku dari...