OBSCURE (3)

9.4K 1.1K 297
                                        

Halo, Selamat Sore. Oiya, tadi jam 5 gue ada makan-makan di kantor jadi gak sempat up.. Karena aku butuh makanan gratis, huhu.. Maaf ya, enjoy!!

Oiya, jangan lupa komen yang banyak, karena aku senang sekali baca komen kalian. Mau itu tentang typo, tentang cara penulisan, tentang kebaperan, maupun tentang betapa bobroknya kualitas menulisku. Selama komentar kalian itu membangun, aku akan sangat senang sekali.

Kamis, 17 Oktober.

"Dek udah jam setengah 7!!!!" Ucap kak Ara sambil membereskan buku-buku yang berserakan di lantai kamarku.

"Apaaasihhhhh.." Tanggapku sambil menggeliat dibalik selimut.

"Ini Kamis, bengkel kan?"

"Anjirr.." Aku langsung berlari dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Pukul 6.53 aku selesai mandi dan dengan buru-buru mengenakan baju bengkel dan sepatuku. Lagi-lagi aku tidak akan sempat sarapan. Aku langsung berlari ke arah pintu depan setelah meraih tasku yang sudah disiapkan kak Ara sebelumnya.

ooOOoo

"Buru!"

"Ngapain lagi Lo?" Aku terkaget-kaget melihat Rio yang sudah nangkring seperti burung di atas motornya.

"Mau telat Lo?" Ucap Rio sambil mendorong helm ke arahku. Aku tanpa basi-basi langsung naik ke motor Rio. Tentu saja aku sangat senang, tapi aku juga kaget.

Rio lalu mengendarai motornya dengan sedikit kencang, mengingat sekarang sudah pukul 7.10. Kami tidak banyak berbicara selama perjalanan. Aku hanya menanyakan beberapa hal tidak penting yang akhirnya tidak dijawab oleh Rio. Entahlah, pertanyaanku tidak pernah penting untuk dia.

Pukul 7.32 kami akhirnya sampai di parkiran kampus. Aku turun dari motor sebelum Rio memarkirkan motornya. Aku sengaja menunggu Rio karena tidak ingin merepotkan dia beli roti seperti kemarin. Aku membuka helm-ku lalu menyerahkannya ke Rio untuk di jepitkan di bagasi motornya.

"Duluan aja!" Ucap Rio. Rio sepertinya selalu berbicara dengan tanda seru di akhir kalimat. Jadi setiap kalimat yang diucapkannya merupakan kalimat perintah. Kalau dia tidak memperlakukan aku seistimewa ini, mungkin aku hanya akan menganggapnya orang sombong.

"Gak, bareng aja.."

"Gue bisa lari."

"Gue juga bisa."

"Yaudah ayo buru." Ucap Rio sambil mulai berlari ke arah bengkel. Aku berlari tepat di belakang Rio. Samar aku melihat ada bekas luka di lengan kanan belakang Rio. Seperti luka sayatan yang sudah lama sekali. Hari ini Rio hanya memakai kaos tanpa lengan berwarna hitam. Kaos itu tentu saja mengekspos otot lengannya. Saking sibuknya memeperhatikan Rio dari belakang, aku tersandung batu bata yang terletak di sisi dalam selokan kanopi menuju kampus, lututkupun menghantam semen lantai dengan cukup keras.

"Aaaaaakkkkk." Aku sontak berteriak sembari menunduk dengan posisi lutut kanan menyentuh lantai. Rio spontan berhenti dan kembali ke belakang untuk menolongku.

"Gue gak papa. Sana buru udah telat RIo!" Ucapku sambil berusaha bersusah payah berdiri.

"Gila ya Lo." Ucap Rio sambil meraih tanganku.

"Udah sana. Kompen lu udah banyak banget Io." Ucapku dengan nada sedikit meringis sambil menepis tangan Rio. Sekali lagi aku berusaha berjalan dan akhirnya bertumpu ke tiang kanopi.

"Lo bodoh ya? Itu lutut Lo berdarah." Ucap Rio dengan nada yang tinggi. Aku bisa merasakan Rio sedang marah. Aku akhirnya membiarkan Rio menopangku ke tangga kelas terdekat.

MIRACLEWhere stories live. Discover now