"Hai, namamu siapa?"
"Aku?" Aku sumringah sekali mendengar sapaan semacam itu. Apa dunia yang ini tidak akan seperti dunia SMA?
Hari ini adalah hari pertama aku mulai menapakkan kaki di kampus ini. Rasanya seperti memulai hari baru, hari yang tidak akan pernah kelam. Setidaknya aku berharap demikian.
Aku duduk di bangku kedua dari depan tepat di samping jendela. Kelas ini terlihat indah sekali, semua orang tersenyum, semua orang menyapa, semua orang terlihat ramah. Sekali lagi, aku meyakinkan diri. Ini dunia yang benar-benar berbeda dari dunia SMA. Aku menatap semua wajah dengan seksama, berharap nantinya akan ada yang bersahabat denganku, ah sebenarnya aku tidak butuh itu. Mereka tidak mengasingkanku saja sudah sangat cukup.
Kelas ini cukup luas, dan ada 25 orang mahasiswa di dalamnya. Jendelanya lebar-lebar jadi kami tidak membutuhkan air conditioner di kelas ini, hanya 1 kipas yang berada tepat di belakang meja dosen. Ada 3 kolom kursi yang sekitar 5 baris ke belakang, dan setiap 1 meja besar diisi 2 orang mahasiswa walau tidak semua meja terisi. Dan yang tepat berada di sebelahku adalah Indra, atau lebih tepatnya aku panggil bang Indra. Karena ternyata dia mahasiswa yang mengulang 1 tahun karena kecelakaan.
"Dek, aku duduk di sini ya?"
Aku kaget sambil menatap dalam-dalam. Dek? Kita kan satu kelas, kenapa dia panggil aku dek? Apa dia tipe superior kelas ini yang nanti akan jadi mimpi buruk bagiku?
"Iya duduk aja." Aku mempersilahkan dia duduk. Tentu saja aku sangat gugup. Bagaimana 1 tahunku dengan dia? Ah aku sungguh tidak ingin melalui hal berat lagi. Otakku jadi sibuk sekali memilah-milah kata-kata yang harus aku ucapkan. Bagaimana kalau dia langsung membentakku? Bagaimana kalau nanti aku di-bully lagi?
"Kok kayaknya bingung, mikirin apa?"
"Ha? Eng enggak kok."
"Aku Indra, anak ngulang. Kaget ya aku panggil dek?"
Aku menghela nafas panjang. Paling tidak, kata dek tadi bukan dengan maksud mengintimidasi.
"Iya, hehe.." Aku menjawab sambil senyum dengan sumringah. 3 jam perjalananku dalam dunia perkuliahan belum sama sekali mengecewakan. Bahkan aku senang sekali, mereka sepertinya sangat baik dan aku diterima di tempat ini. Sudah 3 jam dan aku tidak berhenti tersenyum.
"Nih absen dulu." Erik yang berada tepat di depanku menyodorkan buku absen yang harus ditandatangani. Di samping Erik namanya Hendra. Entah sejak kapan mereka berdua sudah sangat akrab. Aku lagi-lagi tersenyum, mereka tidak butuh hal mewah untuk lebih dekat satu sama lain. Di kelas ini tidak ada yang terlihat susah dijangkau, seperti semuanya tidak akan memojokkan aku. Seperti semuanya akan menjadi teman yang baik. Seperti ini benar-benar akan menjadi fase yang sangat berbeda dengan masa SMA. Entahlah, aku senang sekali.
Kami sibuk ngobrol berempat selama hampir 4 jam, yah sebenarnya aku hanya mendengarkan sambil tersenyum sesekali. Aku masih takut berbicara, takut mereka tidak akan menyukaiku. Menjadi orang yang tidak pernah disukai seumur hidupku, membuat aku sangat berhati-hati berinteraksi dengan orang lain.
Perkuliahan hari ini ditutup sangat baik dengan tidak adanya satupun dosen yang masuk. Selama hampir 7 jam kami hanya mengobrol, perkenalan, pembagian posisi di kelas. Aku belum pernah selega ini dalam 6 tahun terakhir. Aku tidak berhenti membayangkan apa yang akan terjadi besok, dan besoknya lagi.
ooOOoo
"Pagi bang Indra.." Sudah hampir 2 tahun aku tidak menyapa siapapun di pagi hari selain guru tentunya.
"Pagi dek, cerah ya lo hari ini?" Memangnya kemarin aku sendu ya?
"Boleh ni pake lo gue?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
RomanceDia memelukku. Untuk pertama kali aku merasakan kehangatan dari seseorang. Aku mengingat lagi, ternyata memang seperti ini rasanya dibela. Dia dingin sekali, tapi pelukannya hangat. Dia, orang pertama. Orang pertama yang mampu menyelamatkan aku dari...