Isi Hati | 2

5.6K 660 38
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Cinta memang tak mengenal kasta, agama maupun tempat. Bahkan cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Akan tetapi cinta yang hakiki hanyalah cinta kepada Sang Pencipta. Bila Allah saja tak ia cintai, bagaimana dengan ia yang hanya manusia biasa.

🌿🌼🌿

Semenjak kejadian itu. Sikap antara keduanya menjadi dingin, asing, bahkan sekedar tegur sapa pun mereka tak mampu. Masing-masing mereka disibukkan dengan kegiatan ekstra yang padat. Mengikuti lomba, qiro'ah, hafalan, muroja'ah, kegiatan KKI. Sungguh tak ada waktu untuk saling membahas hubungan asing antara mereka.

Hingga suatu ketika saat keadaan membuat mereka saling bicara. Rendy pikir 3 bulan waktu yang cukup untuk memantapkan hatinya. Indira adalah cinta sejati yang selama ini ia cari.

Memang kala itu mereka ada rencana berkumpul sepulang sekolah untuk menghias kelas yang akan dinilai pada acara pensi nanti. Murid yang ikut andil antara lain adalah Rendy, Indira, Nina, Caca, Sarah, Nesa dan Firman.

Rendy selaku ketua kelas ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Semenjak mengenal Indira ia sadar, ia sadar bukan karena pengaruh gadis itu.. Namun ia sadar murni karena Allah dan ia menyesali perbuatannya dulu. Hingga kini ia berhijrah ditemani nasehat-nasehat dari tutur kata halus sahabatnya yang riang namun kini sering terlihat murung. Setahu Rendy, memang Indira memiliki masalah pribadi. Ia sebenarnya begitu rapuh. Dulu, saat mereka masih sangat dekat bahkan saling mengingatkan walau hanya melalui chat bbm, Indira pernah menceritakan masalah yang ia hadapi. Rendy dengan seksama menyimaknya. Rendy pun ingin menjadi sahabat yang baik untuknya. Namun, Rendy tak menyangka hal itu akan membuatnya terjerat oleh apiknya akhlak mulia yang dimiliki Indira, sahabatnya.

"Woy! Bengong aja lo!" Seru Firman menepuk cukup keras bahu Rendy.

"Apaan Man?" Tanya Rendy tanpa basa-basi

"Ckck.. Kalian kompak banget sih.. Memang jodoh nggak kemana ya. Siap-siap ntar lulus lo dikhitbah sama Rendy loh Ir," seru Firman karena hanya Rendy dan Indira yang memanggilnya dengan sebutan 'Man'

Indira hanya menoleh sebentar ke arah Firman tanpa menatap Rendy. Entah kenapa ia tak berani menatap matanya lagi. Karena bila ia melakukannya yang ada jatuhnya dosa.

Benar.. Dosa.. Karena tanpa ia mau perasaan lain telah bersemi didalam hatinya seiring meregangnya hubungan persahabatan mereka. Indira merasa kehilangan sosok sahabat yang baik. Tak ada yang ia nasehati lagi. Tak ada yang ia omel-omel lagi. Tak ada yang mengusiknya lagi.

Indira sebisa mungkin akan menjauh. Sejauh-jauhnya dari Rendy. Karena perasaannya saat ini tidaklah benar. Ia bertekad akan mencintai setelah menikah nanti. Dengan pasangan halalnya. Tapi kini, bahkan dengan lelaki yang tak halal baginya dengan lancangnya ia menaruh rasa. Ia malu dengan Allah. Tapi ini sebagai ujian baginya. Ujian untuk melawan setan yang bisa sewaktu-waktu menjerumuskan mereka.

Indira bersyukur hubungan mereka saat ini tak sebaik dulu. Karena bila sebaik dulu maka, sudah dipastikan Indira akan merasa lebih kehilangan lagi sosok Rendy dalam hidupnya.

🌿🌼🌿

Rendy menatap Indira yang fokus pada pekerjaannya. Sedang ia dan Sarah membuat daftar piket kelas mereka. Fokus Rendy terbagi hingga ia berulangkali mengacuhkan perintah Sarah, membuat Sarah mengikuti arah pandang Rendy.

Sarah tahu bahwa Rendy menaruh rasa pada Indira. Sarah tersenyum, karena ia memiliki ide untuk mendekatkan kedua sahabat yang tak saling bicara ini.

"Aduh..!" Seru Sarah karena tiba-tiba ia terpeleset dan jatuh terduduk

Rendy mengernyit heran, "Lo kenapa Sar?" Tanyanya tanpa berniat membantu Sarah yang jelas-jelas berada tak jauh dari Rendy.

Indira yang memiliki jiwa penolong segera bangkit dan menopang tubuh Sarah, ia sedikit kewalahan karena badannya lebih kecil dibanding Sarah walaupun ia lebih tinggi.

Setelah berhasil mendudukkan Sarah dibantu dengan Firman yang entah darimana datangnya dengan sigap memapah Sarah membuat Indira tak kesusahan.

Indira menatap marah pada Rendy. Bisa-bisanya ia membiarkan Sarah tanpa memperdulikannya.

Dengan segenap keberaniannya Indira melangkah maju mendekat pada Rendy

"Ren.. Kenapa kamu nggak berusaha nolong Sarah?" tanya Indira

Rendy tersenyum pahit. Indira mengajaknya bicara, ia begitu senang, namun hanya semata-mata karena ada insiden ini. Coba saja tidak ada, maka sekarang tak mungkin gadis yang mulai merubah dirinya ini bisa berdiri dihadapannya.

"Karena aku ingin."

Jawaban santai dari Rendy membuat Indira semakin marah, "Kamu! Kamu teman macam apa sih Ren? Kasihan Sarah.. Bukankah kamu rekannya? Harusnya kalian saling bahu membahu, bukannya kamu asyik dengan--" perkataan Indira terpotong karena dengan lancangnya Rendy memegang kain baju pada pergelangan tangannya untuk mengikutinya keluar kelas. Ia tak ingin jadi tontonan teman-temannya

"Rendy! Lepasin!" Marah Indira
Walau tak memegang tangannya tetap saja Rendy lancang.

"Oke! Maaf In, gue seneng akhirnya lo ngajak gue bicara."

"Seharusnya kamu bantu Sarah Ren, kasihan dia.. Kalau kita nggak saling bahu membahu gimana kerjaan kita bakal selesai. Harusnya kamu ngerti ka--" lagi-lagi perkataan Indira terputus karena Rendy meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri. Menyuruh Indira diam.

"Aku kangen omelan kamu In," refleks Rendy berkata seperti itu, membuat Indira menunduk merasakan pipinya memanas. Bahkan amarahnya telah menguap entah kemana.

Tapi ia sudah bertekad menjauhi lelaki ini. Ia tak sanggup berada dekat dengan lelaki ini. Ia tak ingin Allah cemburu padanya karena Indira mengharapkan Rendy. Ia takut, cintanya pada Rendy akan mengalahkan rasa cintanya pada Allah..

Sungguh, Indira takut Allah murka.

Tanpa bisa dicegah air matanya telah luruh. Ia terlihat begitu rapuh.

Rendy yang melihat bahu Indira sedikit bergetar menunduk. Berusaha melihat wajah sahabatnya.

"In, kamu nangis?" Tanyanya polos.

Indira tak menjawab. Sesekali isak tangis lolos dari bibirnya. Sungguh.. Rendy merasa sakit saat mendengar isak pilu Indira. Apa Indira menangis karena dirinya?

"In.. Kamu boleh omelin aku, maki aku, kesel sama aku, tapi tolong jangan nangis kayak gini.. Aku..aku..nggak kuat liat kamu kayak gini," Rendy gugup mengutarakan kekhawatirannya.

Indira mendongak. Ia memejamkan kedua matanya. Dan membuka matanya dengan sorot penuh keyakinan walau dalam dirinya ia merasa sakit akan mengatakan hal ini. Namun ini keputusan yang terbaik bagi mereka.

"Rendy.. Maaf, persahabatan kita berakhir sampai disini," ucap Indira bergetar. Ia segera berlari keluar sekolah, ia tak ingin Rendy melihat air matanya.

Ia begitu sakit mengatakan hal itu. Namun, ia tak ingin jatuh terlalu dalam. Bila memang Allah menakdirkan mereka bersama. Indira yakin.. Kelak mereka pasti akan dipertemukan kembali.
Ia akan berbekal keyakinan pada rencana Allah.

Disisi lain Rendy tercengang. Seperti ada ribuan batu besar yang menimpa kepalanya. Ia tak menyangka Indira akan mengakhiri persahabatan mereka yang hampir genap 2 tahun.

Indira-nya tlah pergi. Tak akan ada lagi tawa cerianya, Senyumannya, Lesung pipinya yang selalu menyapa paginya kala mereka saling bertegur sapa. Sekarang mereka hanyalah sebatas teman biasa.

Akankah Rendy bisa? Sepertinya inilah jalannya. Entah apa rencana Allah, tapi ia akan berusaha menghargai keputusan Indira. Rendy yakin, dibalik keputusan gadis itu pasti ada niat yang begitu mulia untuk mereka.

🌿🌼🌿

Surakarta, 19 Juli 2018
- Iif Siti Nurfiya -

Published, 06 Dhu'l-Hijjah 1439H

MahabbahWhere stories live. Discover now