14. RAMON IS BACK

1.4K 181 26
                                        


*part ini juga tidak ada di IG*

Raya tak henti-hentinya bersyukur untuk hari yang melelahkan nan indah ini.
Seolah kesabarannya menahan segala omongan orang, menahan emosi dan mneguatkan diri selama ini berbuah manis. Memang semua akan indah pada waktunya.

Membersihkan diri meluruhkan segala penat dan lelahnya. Ia ingin segera merebahkan tubuhnya dan bergulat dengan dora emon kesayangannya.

Mondy pun pasti melakukan hal yang sama. Ia tadi nampak begitu lelah dan mengantuk.
“Semoga Mondy sudah sampai rumah dan bisa segera istirahat, tidur,” gumamnya.

Tapi Bagaimana dia tahu Mondy telah sampai rumah dengan selamat kalo tidak menanyakannya?

Raya meraih ponsel yang tergeletak di meja belajarnya.
Tapi bagaimana kalo Mondy sudah tidur? Bukankah ia justru akan mengganggu istirahat kekasihnya?

Ah, Tidak! Raya mengembalikan ponselnya. Menyisir rambut dan berkaca di depan cermin besar almarinya.

Raya melirik-lirik genit, dan tersenyum-senyum sendiri di depan cermin memuji diri.

“Gue manis juga kok! Apa karena hati gue sedang lega ya?” batinnya.

Pandangannya di cermin menurun ke arah kaos kucel lengan pendek dengan panjang menggantung dan hot pants yang dikenakannya. Memiringkan tubuhnya ke kanan dan kekiri.
“Hm.. Seksi juga,” lirihnya lalu senyum-senyum gaje.
Udara malam yang cukup panas membuatnya menggulung rambut dan menjepitnya ke atas. Saat yang sama ia melihat pinggang ramping dan perut mulusnya yang terekspose karena kaosnya ikut tertarik ke atas.

Raya  memegang pinggang dan mengelus perutnya. Dari hanya senyum-senyum saja hingga ia memejamkan mata, seakan kembali merasakan tangan Mondy yang tadi mendarat dengan jahil di sana membuatnya merasakan sesuatu yang aneh, ada perasaan geli, senang, tegang, dan nyaman yang bercampur aduk. Pundaknya yang juga berasa ada dagu mondy bersandar, terangkat menutup geli di lehernya.

“Astgahfirullah…” Raya membuka mata selebar-lebarnya.

“Lo apa-apan sih Ray!” bentak batinnya.

Ia benar-benar malu pada dirinya sendiri dan tanpa menunggu lebih lama lagi ia segera berhambur ke kasur menutup wajahnya dengan doraemon, sehingga tak nampak senyum-senyum dan rona malu di wajahnya.

“AH….. Mondy ngeseliiiiiiiiiin!!!” teriaknya saat membuka wajahnya karena merasa pengap dan susah nafas.

“Selamat Malam… Raya. Selamat tidur! Besok harus ke kampus dan kerja lagi lho! Ayo buruan bobo cyantik! Jangan mikir aneh-aneh… apalagi ngebayangin…. Yang tidak-tidak. 😍😍😊😊😊😊😊…..!” ucap Raya pada dirinya sendiri.

*****

Mondy masih amat mengingat dengan jelas semua uneg-uneg Raya yang ia sampaikan kemarin dengan penuh emosi.

Ia sadar, ia telah egois. Memaksa Raya untuk tetap lanjut siaran, menghindarinya ……

Dan yang pasti sekarang ia tahu Raya tak bahagia dengan pekerjaannya saat ini dan hanya balap yang bisa membuatnya senang dan semangat.

Hm… Rio.  Dialah salah satu penyebab ketidaknyamanan Raya di Pro FM. Memang beberapa kali Mondy mendengarkan mereka siaran selalu saja memojokkan Raya. Dan yang Mondy tahu, Rio terkenal Play Boy yang amat mudah jatuh hati pada cewek dan amat mudah bosan dan mencampakkannya begitu saja.

Siaran tiap hari tidak menutup kemungkinan keduanya akan saling suka. Mondy percaya pada Raya tapi tidak dengan Rio. Bukankah Raya bilang ia juga tak nyaman berada di dekat Rio?

          

Mondy ingin memperbaiki semuanya. Mengembalikan Raya-nya yang ceria dan membantunya kuat sehingga bisa bertahan setidaknya sampai kontrak kerjanya berakhir di PRO FM.

***** 

“Mulai sekarang, aku yang akan antar jemput kamu ke kampus dan siaran.” Ucap Mondy bernada perintah saat pagi-pagi sudah ada di kosan Raya.

Raya menatap tajam Mondy dan mengernyit. Tangannya terjulur menyentuh kening Mondy.
“Kamu gak lagi pusing, sakit atau abis kebentur kan Mon?”
Mondy menarik tangan Raya yang masih bertengger di keningnya lalu menggenggamnya.

“Gak mau nih? Ya udah kalo gak mau aku pulang nih?” tanya Mondy melepas genggaman tangannya dan membuat gerakan balik badan.

“Ya Bukan Gitu!” Jawab Raya cepat, sesuai harapan Mondy, menahan langkahnya.

Raya menggaruk-garuk kepalanya dan manyun-manyun cantik.
“Mau kok.” Ucapanya sembari mengangguk-angguk.
“Mau banget malahan.” Lanjut batinnya. 😍😍😍

“Tapi apa gak ganggu kesibukan kamu? Aku gak pengen nyusahin n ngerepotin pacar aku.” Tegas Raya.

“Gak kok sayang. Selagi aku bisa. Toh aku juga udah gak ada kuliah. Sidang skripsi aku juga mundur entah sampai kapan. Project aku juga udah kelar tinggal beberapa kali tiping dan belum ada kabar. Setidaknya untuk 2 minggu ke depan aku free.”

Raya mengangguk kembali.

“Aku ingin menebus kesalahan aku yang hampir membuatku kehilangan kamu,” batin Mondy.

“Sekalian aja, biar orang juga tahu dan gak kepo terus. Dengan kita jalan bareng lagi sudah cukup buat jadi klarifikasi.” Lanjut Mondy penuh keyakinan.

***** 

Jadilah Raya hampi tiap hari pergi bareng Mondy kemana-mana. Baru kali ini mereka merasa seperti orang pacaran beneran. Berboncengan kendaraan, ngobrol dan makan berdua. Bahkan Mondy menungu Raya yang hari itu hanya kuliah 1 mapel dengan baca buku di perpus.  Meski tak mereka lakukan tiap hari karena mereka takut bosan, sudah lebih dari cukup untuk menepis gossip-gosip dan cibiran pada Raya dan Mondy.

Mereka memang tak selalu akur, ngambek-ngambek kecil seperti yang biasa dilakukan Raya seolah menjadi bumbu pelengkap dan pemanis yang makin merekatkan keduanya.

***** 

Rio tak datang lagi, setelah kemarin Raya siaran sendirian dan kemarinnya lagi ia siaran dengan Bang Billy.

“Syukur deh makhluk itu gak datang lagi!” reflex Raya di depan Billy.
Mondy dan Billy langsung beralih menatap Raya.

Ups! Raya membekap mulutnya dan menggerakkan bola matanya menatap Billy dan Mondy bergantian.

“Ya udah, siaran sama Mondy saja!” ucap Billy tiba-tiba. Billy sendiri nampak kaget tanpa sadar mengusulkan itu.

Mondy melotot, mengarahkan telunjuk ke wajahnya, meyakinkan.

Raya pun memberikan ekspresi serupa karena ragu atas tawaran Billy.

“Ya itu pun kalo kalian gak keberatan. Soalnya Gue ada perlu juga, mesti pulang cepet-cepet.”  Jelas Billy. Tatapan ragu yang diterimanya dari Raya dan Mondy memaksanya untuk ngeless, “Ya, dari pada Lo balik ntar jemput balik lagi jemput Raya Mon? dari pada Lo numpang tiduran di ruangan Gue? Itung-itung sedekah lah… nyenengin Sobat Pro FM. Gimana?”

Raya tersenyum malu-malu tak bisa menutupi kegembiraannya. Dan itu sudah cukup menjadi isyarat bagi Mondy.

“Gimana? Tapi kamu gak dibayar?” tanya Raya dengan nada manjanya.

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now