"Bu Nina..." Nina menoleh kala namanya dipanggil oleh seseorang. Gadis itu menemukan Pak Agus tersenyum dan mendekat pada mereka. Tanpa diminta duduk di samping Nina di meja bundar berlapis taplak meja berwarna putih sebagai icon pesta pernikahan tersebut.
"Pak, Agus..." Sapa Nina ramah seperti biasa. Pak Agus tersenyum lebar dan mengangguk.
Namun beberapa saat kemudian lelaki itu mengernyit. "Bu Nina bersama murid kita? Kalau tidak salah namanya Stef, benar?" Tanya Pak Agus memandang tajam Stef di samping kanan Nina. Sedang makan lahap dan tidak peduli dengan sekitarnya. "Mengapa Bu Nina tidak meminta saya untuk menemani Ibu ke sini?"
Nina menggeleng cepat. "Bukan seperti itu, Pak." Ralatnya. "Kebetulan saya mengenal keluarga Stef, kami bertemu di sini dan kedua orang tuanya pergi lebih dahulu. Ada keperluan mendadak."
"Dan, Stef bersama ibu?" Tebak Agus mengernyit.
Nina mengangkat bahu. "Yah, begitulah..."
Agus manggut-manggut. Lalu kembali bertanya beberapa saat kemudian. "Bagaimana setelah ini? Ibu keberatan jika saya mengantar Ibu pulang?"
Nina tersenyum tersanjung. Namun suara lain memudarkan senyumnya. "Maaf sebelumnya, Pak. Bu Nina pulang bersama saya." Stef bergaung tanpa diminta.
Pak Agus memicing, lalu mengernyit tidak yakin pada Nina. "Benar, Pak. Maaf, kami pulang bersama." Ucapnya menyesal.
Pak Agus tanpak murung. "Oh, begitu? Baiklah kalau begitu. Mungkin lain kali." Ucapnya.
Siapa yang tidak mengenal Stef? Seantero sekolah pasti mengenalnya. Anak kelas tiga IPA satu yang sering bolos dan mendapatkan surat panggilan dari sekolah.
Jika biasanya kelas IPA memiliki murid baik dan jenius di atas rata-rata. Sekolah itu juga memilikinya. Bahkan sering kali membanggakan sekolah.
Namun dibalik itu semua, murid itu begitu bandel dan susah di atur. Hanya kelas itu yang paling badung. Sedangkan kelas lain masih bisa ditangani. Terutama jika pal jarrot si guru killer masuk. Semua diam dan tanpa berani bernafas kasar.
Tapi tidak berlaku dengan Stef, dengan santainya cowok remaja itu tidur, makan bahkan bolos di saat jam mata pelajaran.
Lalu siapa yang tidak mengenal Nina? Guru biologi yang imut, sensasional dan senyum manis selalu tertengger di wajah.
Mereka berdua memang sepaket komplit yang sering dibicarakan kalangan siswa dan guru.
Namun satu yang menjadi pertanyaan besar. Mengapa keduanya tampak akrab dan kerab bersama di suatu kegiatan?
Seperti sekarang ini misalnya. Datang bersama dan mereka tampak seperti pasangan kekasih.
Lihat saja. Bahkan Agus menilai mereka begitu. Stef tidak seperti seorang murid dan Nina tidak seperti seorang guru.
Keduanya tampak serasi dengan stelan yang dikenakan masing-masing. Stef tampak dewasa dibalik kekanak-kanakannya. Dan, Nina tampak imut dibalik keanggunannya.
Namun, tidak seorang pun yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Bahkan teman dekat Stef sekalipun tidak tahu bungan mereka.
Yang mereka tahu, Stef dan Nina sering pulang bersama. Mungkin hal tersebut yang membuat mereka kerap bersama dan tidak canggung lagi seperti halnya guri dan murid.
"Si duda itu berusaha menggoda lo, Nin?" Nina menoleh ke samping. "Nggak percaya gue kalau lo punya daya tarik begitu tinggi sampai seorang duda pengen deketin lo." Cibirnya menggeleng dramatis. Memandang Pak Agus berbaur dengan tamu-tamu udangan lainnya setelah menelan kekecewaan karena Nina pulang bersama Stef.
"Diam, deh! Sok tahu lo." Elak Nina memutar bola mata.
Stef kembali mencibir. "Duda karrna cerai. Salah satu tipe-tipe cowok nggak setia." Ucapnya.
"Kayak lo setia aja." Balas Nina memutar bola mata.
Stef berdecak. "Jadi selama ini gue nggak setia sama lo?" Tanyanya. Nina menunjukkan wajah muaknya. "Nganter dan jemput lo sekolah. Nemenin lo di rumah. Nemenin lo ke pesta. Dan maish banyak lagi."
"Kampret lo!" Balas Nina. "Apaan? Lo mau karena lo punya niat dibalik itu semua. Lo sekolah, gue nebeng. Lo pulang, gue nebeng. Lo nganter gue, lo makan gratis di rumah gue. Lo nemenin gue ke pesta karena lo pengen makan enak." Cerocos Nina menatap tajam.
Stef terkekeh. "Hapal bener, Nin. Terharu gue." Ucapnya mengelus-elus dada.
"Udah makannya? Ayo cepetan." Kata Nina mengajaknya pergi.
Stef kembali mengunyah. "Tunggu, Nin, nanggung banget nih. Perut gue belum penuh. Bisa dibungkus nggak, Nin? Tanya sama yang jaga makanan dong." Suruhnya.
"Ogah! Malu-maluin lo. Cowok apaan lo nggak punya modal pengen bungkus hajatan?!"
"Sayang kali, Nin, gratis. Bisa milih-milih lagi."
"Ogah. Lo malu-maluin gue!" Kata Nina bergidik ngeri. "Gue pulang sama Pak Agus kalau lo berani aneh-aneh."
"Bawel!" Stef beranjak dari kursinya. "Ayo..." Lalu meletakkan kembali tangannya di pinggang gadis itu.
"Tangan lo bikin nggak nyaman, Stef. Gue mau tebsr pesona dulu, kali aja ada yang khilaf ngajak kenalan. Kece-kece nih cowok-cowok." Kata Nina mengedarkan pandangannya.
"Enak aja. Nggak boleh!!" Stef semakin merapatkan tubuh mereka sehingga Nina hanya memutar bola mata. Membiarkan lengan Stef memeluk pinggangnya. "Mereka nggak setia." Bisik Stef.
Nina tergelak. Sambil melangkah menuju kedua pengantin untuk memberikan selamat menempuh hidup baru.
"Jadi pengen nikah gue. Cantik banget pengantinnya." Guman Nina tersanjung.
"Ayo gue nikahin sekarang!" Balas Stef santai.
"Udah punya apa lo berani nikahin gue?" Tantang gadis itu mengernyit.
"Punya setia gue, Nin. Nggak bakalan selingkuh dubia akhirat."
"Najong! Setia aja nggak bikin kenyang." Jawabnya.
Stef tergelak, gemas sehingga memiting kepala gadis itu. Nina berontak dan mencubit pinggangnya. Lalu merapikan rambutnya dan melebarkan senyum di hadapan kedua pengantin tersebut.
***
Tbc
Jakarta, 03 September 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Possessive [TERBIT]
Teen FictionSUPAYA NGGAK BINGUNG, BACA SESUAI URUTAN! 1. CRAZY POSSESSIVE (TERBIT) - SELF PUBLISH, PESAN DI GUA AJA - 2. EX (TERBIT) - ADA DI GRAMEDIA - 3. HIS GIRLFRIEND (TERBIT) - ADA DI GRAMEDIA - 4. QUEEN (PROSES TERBIT) ADA JUGA SPIN OF YANG BERHUBUNGAN DE...