Annabeth hanya bisa diam setelah Rachel mengucapkan ramalan. Ia terguncang, tentu saja. Terutama larik ketiga ramalan tersebut. Tiga besar dan sang bijak 'kan berkumpul. Apalagi disebutkan sang raja titan. Semuanya begitu jelas, membuatnya pusing.
Benaknya terus berputar, memikirkan banyak kemungkinan. Sang raja titan. Satu-satunya raja titan yang ia tahu adalah Kronos. Dan ia tidak mau berurusan dengan si titan bermata emas tersebut.
Terlebih lagi, Annabeth cemas karena Percy. Sejak tadi Percy tidak merespons apapun. Ia hanya diam, dengan wajah seputih kapur. Annabeth takut misi ini berarti Percy akan melawan Kronos. Lagi.
"Percy," gumam Annabeth. Ia mencengkeram lengan Percy.
Reaksi Percy tidak seperti yang ia duga. Percy menoleh, dan tersenyum tipis. "Jangan khawatir, Annabeth."
Annabeth menggeleng. Ia benci Percy yang berusaha tenang di tengah masalah yang jelas-jelas melibatkannya. Yah, walau itu merupakan satu dari sekian banyak sifat Percy yang disukainya. Tapi tetap saja. Percy bersikap seolah ia mampu menanggung semua beban ramalan. Selalu seperti itu.
"Apa maksud ramalan itu?" celetuk Lou Ellen dari kabin Hecate. "Sang dewi sihir? Maksudnya ibuku?"
Chiron mengangguk. "Hecate telah memberikan gambaran kepadaku tentang ramalan kali ini. Sebentar lagi ia akan datang, dan menjelaskan semuanya."
Keheningan kembali menyergap rumah besar. Namun bukan keheningan yang tenang. Ada atmosfer tegang di wajah setiap konselor. Bahkan Stoll bersaudara dan Leo memasang wajah serius.
Annabeth menatap wajah tiap orang. Kemudian ia bertemu pandang dengan Thalia, yang tampak terguncang. Thalia mengangguk pada Annabeth, dan Annabeth mengalihkan pandangan.
Mendadak saja, sebuah api hitam muncul di undakan depan. Api tersebut hilang, digantikan dengan keberadaan seorang wanita di sana.
Wanita tersebut mengenakan pakaian hitam. Rambutnya tergerai, disibakkan ke samping."Lady Hecate," kata Chiron, "kehormatan besar."
Hecate mengangguk. Ia melangkah masuk dan duduk di ujung meja. Annabeth merasakan aliran sihir di udara. Ia bisa melihat Lou Ellen menatap tertarik ibunya. Annabeth belum pernah benar-benar bertemu dengan Hecate, dan ia terkesan.
"Aku akan menjelaskan mengenai ramalan barusan kepada kalian," kata Hecate, "sebelumnya, aku akan menceritakan sebuah kisah pada kalian."
"Tapi kami tidak butuh dongeng apapun!" protes Leo. Annabeth memberinya tatapan tajam, dan ia tutup mulut.
"Kisah ini akan kalian butuhkan di misi nanti," lanjut Hecate, tanpa memedulikan Leo. "Dahulu sekali, aku pernah memberkati sekelompok manusia fana dengan bakat sihir. Mereka membangun sebuah sekolah sihir, bernama Hogwarts."
Annabeth harus menggigit bibirnya untuk mencegahnya tertawa. Nama itu lucu sekali. Seisi ruangan terkikik, bahkan Leo dan Stoll bersaudara meledak-ledak karena tertawa. Namun, Annabeth mengamati Percy hanya diam. Reaksinya tidak biasa. Annabeth tahu Percy masih terguncang.
"Astaga!" seru Leo histeris. "Sekolah bernama kutil babi!"
Semuanya tertawa. Annabeth tersenyum, namun rasa gelinya menguap begitu melihat ekspresi serius Percy.
"Tapi, Dewi Hecate," kata Percy, "apa sebenarnya maksud dari ramalan ini?"
Chiron rampaknya merasakan kegelisahan Percy, lantaran ia memandang Percy dengan sorot mata iba. Annabeth jadi takut. Kalau Chiron saja sudah tampak gelisah, tandanya Percy memang benar-benar ambil bagian dalam misi ini.
"Jadi, seperti kalian tahu dari ramalan barusan, Kronos telah bangkit kembali, dibangkitkan oleh Tartarus,"
Mendengar nama Tartarus disebut membuat Annabeth bergidik ngeri. Ia masih belum bisa mengenyahkan bayangan tentang tempat tersebut dari benaknya. Kemudian Annabeth merasa sebuah tangan melingkar di pundaknya. Percy.Wajah Percy tampak tegang, namun di sisi lain berusaha tetap tenang. Percy tersenyum pada Annabeth, meski Annabeth tahu kalau Percy sama terhuncangnya dengan dirinya.
"Kronos bekerja sama dengan salah satu penyihir paling gelap sepanjang sejarah, Voldemort," lanjut Hecate, "tugas kalian adalah untuk menjalin kerja sama dengan penyihir Hogwarts, dan mencegah rencana Kronos."
"Siapa yang akan pergi?" tanya Clarisse.
"Perseus Jackson, Thalia, Nico di Angelo, dan Annabeth Chase," Hecate menatap Annabeth dan yang lain bergantian. "Kalian berempat akan masuk ke Hogwarts, mempelajari sihir, sekaligus menjalani misi."
"Sekolah?" tanya Percy.
"Exactly. Kalian akan berpura-pura menjadi murid pindahan dari Amerika, tepatnya dari Hecate's Greek Wizarding School. Kalian akan menjalani tahun keenam di sana."
Annabeth mengangguk. Sekolah cukup menyenangkan, apalagi bersama Percy. Dan Thalia. Oh, dan Nico. Yah, walau ada misi yang menanti mereka.
"Aku akan menghubungi Albus Dumbledore, teman lamaku, sekaligus kepala sekolah Hogwarts," kata Chiron, "dan, usahakan jangan membongkar jati diri kalian. Dan kalian harus melindungi anak yang diramalkan akan melawan Voldemort,"
"Dan siapa anak ini?" tanya Annabeth.
"Seorang anak bernama Harry Potter,"[]

YOU ARE READING
Colision Course
Fanfiction[ON HIATUS] [Percy Jackson and Harry Potter Crossover] "Empat blasteran 'kan seberangi jalan, Memasuki wilayah sang dewi sihir Tiga besar dan sang bijak berkumpul, Melawan musuh yang bangkit kembali, Sang raja titan, dan sang raja kegelapan himpun k...