2. SUN & MOON

228K 17.2K 2.3K
                                    

Bocah laki-laki itu didorong dengan keras.

Punggungnya menghantam tembok hingga menimbulkan bunyi dentuman, perlahan, tubuh bocah itu merosot hingga bokongnya membentur lantai.

Dia meringis sembari menatap nanar ke arah wanita tua dengan sebagian rambut yang mulai memutih, wanita itu kini tengah memberinya tatapan murka yang begitu merendahkan.

"You're sick!"

Kalimat itu bagai pedang yang menusuk tepat di jantung anak laki-laki yang masih berusia 8 tahun itu. Tangannya mengepal, menatap tajam, napasnya naik turun melambangkan kemarahan yang siap meledak di dadanya.

"I'm not sick, Grandma!"

"Then what? Crazy?" Wanita tua itu menggeleng sambil tersenyum dingin pada cucunya. Dia hanya sangat kecewa terhadap apa yang baru saja cucunya ini lakukan. "What did you do?! Shame on you, Ar! You're sick!"

"I hate you!" desis anak laki-laki itu dengan nada penuh luka. Dia benci mendengar kalimat itu. Bagaimana bisa? Neneknya sendiri tega mengatakan hal itu padanya?

"No one loves you, anyway."

Lalu pintu ditutup dengan keras dengan disusul oleh suara kunci yang diputar. Anak itu masih ditempatnya, duduk sembari memeluk tubuhnya, tangannya masih mengepal, dadanya masih terasa begitu panas, ia ingin menangis tetapi amarahnya jauh lebih besar. Sepasang mata cokelat terangnya menusuk tajam ke arah pintu, kala telinganya ditusuk oleh suara-suara perdebatan yang ada di luar sana.

Anak-laki laki itu memeluk tubuhnya sendiri lalu spontan menutup telinganya kala suara di luar sana makin menyakiti telinganya, dia membenci hidupnya, membenci segala hal yang terjadi dengan dirinya dan keluarganya. Apa yang baru saja ia lakukan memanglah sebuah perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan anak seuisanya, tetapi, ia melakukan itu karena sebuah alasan kuat.

Anak itu memejamkan mata erat, berusaha sebisa mungkin mengusir rasa sesak yang menghujam hatinya tanpa henti, perdebatan antara dua wanita di luar sana membuatnya ingin segera tenggelam saja dari muka bumi. Dia membenci mendengar perdebatan, ia membenci pertengkaran, dan ia membenci dirinya sendiri.

Napas bocah itu semakin tak terkendali.

Sesak melanda, dan ia sudah siap untuk menangis.

Sampai pada akhirnya, terdengar langkah yang mendekat, cepat disusul oleh bunyi kunci yang dibuka, hal itu membuatnya mendongakkan kepalanya. Kali ini yang dilihat bukanlah sosok wanita tua yang baru saja melemparnya, tetapi seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya dengan tatapan sayang bercampur pilu.

"Mom..." panggil anak laki-laki itu dengan suara gemetar.

Seketika wanita itu langsung berlari, memeluk putranya, dengan erat, dengan penuh sayang, meletakkan kepala putranya di bahunya.

"Its okay, honey. I'll take you with me. Will you?" ucap wanita berambut pirang itu, wanita itu memiliki mata yang sama dengan anak laki-lakinya.

Sejenak terheran, anak laki-laki itu menatap Ibunya dengan tatapan penuh tanya. "Where?"

Wanita itu menarik napas, mencium kening putra kesayangannya sejenak, berharap itu bisa membuat meredam segala kakacauan ini. Wanita itu, berjuang keras menarik satu senyum di antara kehancurannya. Dia menarik napas panjang, sebelum akhirnya menjawab.

"Korea."

Anak laki-laki itu tampak terkejut setengah mati. "What?"

"You're gonna love it, I promise. Say yes, please?"

SOUTHERN ECLIPSEWhere stories live. Discover now