Bima berjalan masuk ke arah kami, ya iyalah teman-temannya ngumpul disini. Mengenakan kaos hitam nat-geo dan kemeja flanel kotak-kotak hitam merah. Rambutnya diikat asal. Menenteng helm dan jaket. Tersenyum ke arahku.
Oke aku GR, lebih tepatnya senyum ke arah kami. Ada sekumpulan kumbang dan kupu-kupu menggelitik perutku, duh.
"Wahahahaa rame aja." Bima meninju kepalan tangan Rizky, Ito, Galih, Gerry dan menyalami tanganku. "Ketemu lagi nih sama calonnya Gerry." Katanya tersenyum, menggoda.
Tentu saja, mungkin Gerry sudah mengumumkan pada teman – teman dekatnya mengenai hubungan kami.
"Hahahaha, kalian harus perform di pernikahan gue nanti. Kasih harga teman ya, Bro!" Gerry berseloroh.
Aku meringis. Galih tertawa dan melempar Gerry dengan puntung rokok yang sudah mati.
"Nih Bim, ada yang nanyain elo tadi. Pecahan meteor, gimana ya bentuknya? Hahahahaha." Rizky ini ulahnya, sambil melirikku ia mengedipkan sebelah mata.
Yang lain tertawa terbahak bahak.
"Hehehe, ya begini ini bentuknya." Jawab Bima sambil merentangkan tangannya sedikit.
"Hehe, katanya kamu yang nulis quotes di papan Selepas Senja itu? Mereka yang bilang pecahan meteor. Bukan aku lho." Aku membela diri.
"Yang nulis tukang. Tapi kutipannya dari aku." Sahut Bima. "Mereka memang gitu, suka ngegibah di belakang. Padahal kangen sama orangnya." Yang lain bersorak ke arah Bima dengan nada wooooooo dan melempar kulit kacang ke arahnya.
"Terus elo ngapain kesini? Gak ke galeri?" Galih bertanya ke Bima.
Galeri?
"Nggak. Libur dulu dong, mumpung ada Bos." Jawab Bima sambil menepuk bahu Gerry.
"Terus mau ngapain kita disini? Kalian kan harus perform nanti."
"Santai Ger, sampe malem deh elo disini. Abis main, kita lanjut minum." kata Galih.
Gerry bertanya padaku, berbisik.
"Kamu paling malem pulang jam berapa?"
"Besok kerja Ger, maksimal jam 10 aku ya." Jawabku.
"Yah Allea ada jam malam nih." Gerry meminta maaf pada mereka.
"Tapi kalau kamu masih mau disini gak apa-apa Ger, nanti aku naik gojek aja." Aku gak mau mengganggu acara reuni Gerry. Setelah batal hari minggu kemarin.
"Wah, jangan Ger. Cewek kalau udah bilang enggak apa - apa, itu horor man!" Rizky memberi petuah. Aseli ini orang lucu.
"Hehehe, santai aja aku mah. Enggak apa – apa beneran Ger. Nikmati aja reunian kamu." Aku meyakinkan Gerry.
"Kamu mau pakai ojek online? Mending,aku yang ojekkin. Tenang aja, bill-nya kukasih Gerry. Hehehe." Bima menawarkan jasa, yang sulit kutolak disaat diri ini sangat penasaran dengan dirinya.
"Sama Bima enggak apa - apa?" Gerry bertanya padaku, aku menggangguk. "Bisa kan Bim anterin Allea? Gue tunggu disini. Lagian udah kenyang ngobrol sama elo kemaren, bosen juga gue."
Bima memiting kepala Gerry dengan bercanda sambil mengumpat 'siyal!'
Apakah salah jika aku merasa—senang?
Yang kupikirkan saat ini adalah, mengapa aku melewatkan merapikan make up tadi?
Kafe mulai ramai pengunjung, beberapa kursi terisi. Rizky memberi komando pegawainya untuk mulai melayani pengunjung mereka.

YOU ARE READING
Milky Way (Sebuah Nama)
ChickLitRe-publish Kamu pernah merasa deja-vu? Perasaan tentang mengalami peristiwa yang sama berulang kali. Atau perasaan tentang mengenal seseorang yang baru pertama kali bertemu? Seperti yang aku alami. Aku merasa mengenalnya, tapi tidak juga kutemukan k...