CHAPTER 1

13.1K 713 18
                                    

Matahari sudah mulai turun ke ufuk barat. Cahayanya yang berubah menjadi kemerahan, menembus kerapatan dedaunan dan cabang. Angin yang berhembus menggerakan ranting pepohonan menghasilkan siluet - siluet hitam yang bergerak seakan monster yang mengejar.

Derap kaki kuda yang berlari cepat memecahkan kesunyian dalam hutan yang mulai diselimuti kegelapan. Debu dan dedaunan kering beterbangan ketika seekor kuda berwarna coklat melintas dengan kecepatan tinggi memasuki kedalaman hutan. Diatas punggung si kuda coklat, duduk seseorang dengan jubah hitamnya yang melambai di belakang punggungnya. Tangannya dengan erat menggenggam tali kekang kuda untuk mengendalikan jalannya kuda dengan baik meski dengan kecepatan tinggi.

Sesekali kaki yang terbalut boot coklat itu menepuk tubuh kuda tunggangannya agar berlari lebih cepat. Kepalanya menunduk menghindari ranting dan cabang pohon menghindari kemungkinan terbentur.

Tangan kirinya yang tidak memegang tali kekang mendekap erat sebuah buntalan berwarna coklat. Buntalan coklat itu di dekapnya di dada, melindunginya dari apapun yang menghadang.

"Itu dia..! Cepat kejar'' suara teriakan dari arah belakang membuat si pengendara kuda coklat menoleh. Tutup kepala yang sejak tadi menutupi wajahnya terlepas, memperlihatkan helaian rambut merah panjang yang berkibar.

Wajah cantik yang jelas terlihat pucat dan khawatir disapu angin tanpa penghalang. Di hentakannya kedua kakinya ke tubuh kuda coklat agar berlari lebih cepat menghindari para pengejarnya.

Tidak jauh di belakang, sepuluh ekor kuda beserta para penunggangnya mengejar juga dengan kecepatan tinggi. Sepuluh wajah garang dengan pedang yang terselip di pinggangnya juga busur di tangan menjadi bawaan mereka. Tidak lupa dengan anak panah di punggungnya.

Baju besi yang melindungi dada para penunggang kuda dengan lambang api berwarna merah menjadi penanda bahwa kesepuluh orang berkuda itu adalah prajurit kerajaan.

"Ayo.. lebih cepat lagi'' teriak pria paling depan yang sepertinya pemimpin dari kesepuluh prajurit berkuda itu.

Si penunggang kuda coklat terus memacu kudanya agar lebih cepat. Bibir pucatnya bergetar tapi dengan tekad yang kuat dia berusaha tetap menggenggam tali kekang kudanya. Buntalan coklat di tangan kirinya tampak bergerak, membuatnya harus nendekapnya lebih erat ke dada.

"Tenanglah'' gumamnya pada buntalan di dadanya. 

"Lihat, itu dia''.

Teriakan dan suara derap kuda dari arah belakang membuatnya semakin mengencangkan pegangannya. Rasa takut jelas terlihat di wajah cantiknya yang semakin pucat apalagi ketika beberapa anak panah melesat di sampingnya. Salah satunya bahkan menelusup di antara rambut panjangnya yang berkibar dan berhasil menggores pipinya.

Darah segar mengalir dari luka gores di wajahnya. Menodai kulitnya, tapi si penunggang kuda sama sekali tidak mengurangi kecepatan kudanya.

Ringkikan keras dari kuda coklat yang di tungganginya di susul dengan berhentinya kuda itu secara tiba - tiba juga si kuda yang langsung mengangkat dua kaki depannya membuat si penunggang terkejut berusaha bertahan di punggung kuda tunggangannya, namun pegangannya kurang kuat hingga dia terlempar ke arah samping dan terjatuh di antara rimbunan semak di dalam hutan. Ada satu anak panah yang menancap di tanah tepat di hadapan si kuda coklat, rupanya hal itu yang membuat si kuda terkejut dan berhenti mendadak.

Si penunggang kuda yang sudah bisa dipastikan adalah seorang wanita segera berdiri dengan susah payah, karena jubah panjangnya yang sedikit mengganggu.

Buntalan kain di dadanya di dekap semakin erat. Dengan langkah terseok dia mulai berlari menembus hutan yang kini gelap karena matahari sudah beberapa saat lalu terbenam di sebelah barat.

Behind the WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang