Part 2 (Revisi)

20.2K 896 8
                                    

Prilly sedang memasak sarapan pagi untuk dirinya dan juga nenek tersayangnya. Bagi Prilly, memasak itu menjadi satu-satunya kenangan antara dia dengan kedua orangtuanya. Saat sebelum kecelakaan itu terjadi, keluarga Prilly terbilang berada. Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan jabatan lumayan tinggi. Mereka serba kecukupan, harmonis, saling menyayangi. Mereka sering memasak bersama. Prilly menyukai memasak karena sang ibu yang mengajarinya. Sang ibu juga sangat pandai memasak. Oleh sebabnya, Prilly membuka cafe agar bisa mewujudkan cita-cita ibunya yang ingin sekali mempunyai sebuah restaurant. Jika mengingat itu semua, membuat Prilly merindukan kedua orangtuanya. Matanya pun sudah mulai berkaca-kaca.

"Pa, Ma. Gimana kabar kalian disana? Prilly kangen banget sama kalian, semoga kalian bahagia yah disana." Gumam Prilly lirih. Tanpa disadari, sang nenek berdiri di ambang pintu dapur. Dia pun ikut menitikkan air mata mendengar gumaman cucu tersayangnya.

"Pril. Kamu lagi masak apa?" Tanya sang nenek mengagetkan Prilly, tentunya setelah ia menghapus airmatanya. Dia tidak ingin cucunya itu bersedih, dia ingin cucunya bahagia. Dia berharap ada seseorang yang akan melindunginya kelak, supaya dia bisa tenang saat Tuhan memanggilnya pulang.

"Eh oma, aku lagi masak nasi goreng sosis nih. Oma sudah bangun dari tadi?" Ucap Prilly sembari menghapus airmatanya.

"Engga, oma baru bangun kok. Ya sudah, oma tunggu di ruang makan yah." Terang sang oma tidak ingin cucunya tau bahwa ia mendengar gumaman Prilly tadi. Prilly pun menyelesaikan masakannya. Dan mereka berdua sarapan sambil bercanda riang.

***

Ali yang pusing mendengar rengekan adiknya, akhirnya menuruti kemauan adiknya itu. Ya, Mila mengajaknya ke cafe tempo hari dimana Ali bertemu gadis mungil itu. Sebenarnya Ali ingin bertemu gadis itu lagi, tapi dia tak tau apakah gadis itu masih disana atau tidak. Dan saat bertemu lagi apa akan seperti kemarin? Yang mendadak tak bisa bicara, kan tidak mungkin. Mau taruh dimana mukanya nanti, saat orang tau bahwa seorang Aliando Theo Purnama bisa deg-degan didekat wanita.

***

Kini sampailah aku dan mila di cafe tempat aku bertemu gadis itu. Apa mungkin aku akan bertemu lagi dengannya? Apa dia masih bekerja disini? Segala macam pertanyaan berputar di otakku. Ah sudahlah, lagipula kenapa aku mengharapkan bertemu lagi dengannya. Sebenarnya saat pertama kali melihatnya, ada rasa ingin memilikinya seutuhnya. Dalam hati aku sudah mengklaim bahwa "DIA itu MILIKKU" tapi aku urungkan. Karena dia itu bukan typeku. Kalian pasti tau kan, jalang-jalang yang aku tiduri itu seperti apa. Jadi tak mungkin aku bisa menyukai apalagi mencintai gadis mungil itu. Kalau untuk sekedar menyicipi tubuhnya, ehm boleh juga. Ah, pikiranku sudah mulai ngawur. Mending aku langsung masuk saja kedalam, lagipula perutku juga sudah lapar.

Ngomong-ngomong kemana adik bawelku itu, kenapa dia menghilang. Oh astaga, ternyata dia sudah duduk manis dan memesan makanan minuman tanpa menungguku. Dasar adik durhaka!

"Kak!" Teriak Mila saat melihatku masuk.

"Dasar adik durhaka! Kau yang mengajakku kesini, tapi kau malah masuk kesini sendirian. Sudah pesankan untukku belum?" Omelku padanya.

"Belum." Dia hanya nyengir kuda dan membentuk jarinya menjadi huruf V.
Benar-benar menyebalkan adikku ini.

Tak lama dia memanggil salah 1 pelayan untuk memesankan makanan untukku. Sementara aku sibuk memainkan ponsel ditanganku.
Saat aku mengangkat kepalaku, aku sempat terkejut bahwa yang melayani meja kami ternyata wanita mungil yang sempat mencuri perhatianku waktu itu. Dia tersenyum, cantik sekali.

"Apa Li? Cantik? Jadi dia cantik? Berarti suka dong?" Tiba-tiba suara dikepalaku mencemooh.

Iya sih dia cantik, tapi tetap dia bukan type gue! Kataku membalas cemoohan suara dikepalaku.

"Kak!" Panggil Mila setengah berteriak depan wajahku.

"Jangan teriak-teriak gitu bisa?" Sadarku kesal. Ternyata wanita mungil itu sudah tak ada dimeja kami.

"Abisnya dari tadi aku panggilin, kakak diem aja. Ngelamunin apa coba." Balas Mila ikut kesal. Aku hanya mengedikkan bahu acuh.

"Kak. Ternyata wanita mungil itu yang punya cafe ini loh. Sumpah, hebat banget yah dia. Baru umur 24 tahun tapi sudah membangun cafe sebesar dan seramai ini." Cerita Mila dengan berbinar.

Oh, jadi dia pemilik cafe ini. Bagus kalau begitu, jadi aku bisa sering-sering ketempat ini #eh. Ucapku dalam hati.

.
.
.
.
.
.
.

-THA-

19 Maret 2016
11.11

Revisi 15 Mei 2016
21.41

TRUE LOVEWhere stories live. Discover now