Langit mulai gelap. Mendung menggulung di atas sana. Suara gemuruhnya mulai terdengar.
Denis masih menunggu. Ya, gadis yang ditunggunya meminta mereka bertemu di tempat ini. Di sebuah taman di dekat sebuah sekolah taman kanak kanak.
Dari jauh, dilihatnya gadis yang dinantinya berjalan dengan anggun mendekat ke tempatnya berdiri menyandar di badan mobil.
"Hai, sudah lama?" sapa gadis itu tersenyum manis. Senyum yang menggetarkan hati, sehingga membuat Denis balas tersenyum.
"Belum lama," jawab Denis berbohong. Ia sudah menunggu lebih dari sejam.
"Maaf, macet," senyumnya belum hilang.
"Gak pa pa," Denis tertawa kecil.
"Gimana? Kamu sudah buat keputusan?" tanya gadis cantik itu menatap Denis. Wajahnya terlihat ragu.
Denis mengangguk.
"Aku belum jawab ke mama sih. Tapi rasanya aku mau bilang kalau aku setuju sama keinginan mama," Denis menatap gadis dihadapannya."Dan kamu gak nanyain pendapat aku?"
"Sherin, aku baru mau bilang. Aku belum bilang sama mama," Denis mengernyit melihat Sherin yang tiba-tiba berkata sedikit ketus.
"Maaf," Sherin menunduk.
"It's okay. Jadi, boleh aku tau apa keputusanmu?" tanya Denis memandang mata bening yang sekarang menatapnya ragu.
"Tadi sebelum kemari, aku ragu dengan keputusanku. Tapi sekarang gak lagi. Aku mencintaimu, Denis. Untuk sebuah pernikahan, dibutuhkan cinta di dalamnya. Kupikir dengan cintaku saja udah cukup untuk pernikahan kita. Cukup untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia. Tapi, lalu aku sadar bahwa dalam sebuah pernikahan dibutuhkan dua orang yang saling menyayangi dan saling mencintai. Dibutuhkan saling pengertian dari kedua belah pihak. Dan apakah kamu sanggup memberikan semua itu kelak, Nis?" Sherin bertanya dengan pandangan penuh rasa ingin tau.
"Aku sayang sama kamu, Sherin. Jujur, aku belum bisa mencintaimu, tapi apakah dengan rasa sayang yang kumiliki tidak bisa mengikatmu?" Denis menunduk.
"Denis, seseorang mengatakan padaku, bahwa aku pantas bahagia. Aku pantas mendapatkan yang terbaik. Dan aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama seperti yang kamu buat," Sherin memberanikan diri menatap Denis meskipun sekilas. Ia benar-benar tidak ingin mengecewakan Denis, laki-laki yang menjadi cinta pertamanya.
"Maksudmu?" Denis masih tidak mengerti.
"Denis, kamu mencintai Sisi dengan cinta yang begitu besar, sehingga kamu tidak bisa melihat cinta yang lain yang ada buatmu. Dan, aku mencintaimu, meskipun kamu gak pernah melihatku. Tapi aku tidak ingin melakukan apa yang sudah kamu lakukan. Ada seseorang yang mencintai aku, ia rela melihatku bahagia meskipun aku tidak bersamanya. Ia mencintaiku meskipun tau aku mencintaimu. Menurutmu, apakah aku harus bertahan dengan orang yang kucintai atau aku harus belajar melupakan cinta itu, dan mencoba menerima cinta yang baru?"
Denis tertegun. Ia tidak percaya Sherin bisa berkata seperti itu."Sherin, aku... Aku tau, aku sudah nyakitin kamu sangat dalam. Tapi, asal kamu tau, bukannya aku gak mencoba untuk mencintaimu. Aku merasa aku gagal menyingkirkan Sisi dari hati aku," Denis menunduk.
"Belajarlah untuk bangkit, Denis. Jika kamu gak bisa mendapatkan Sisi, itu berarti sudah disediakan seseorang yang lain untukmu. Entah siapa. Tinggal kamu berusaha buat mencarinya. Maaf, ini keputusanku. Aku gak akan mengecewakan orang yang sudah begitu baik menyediakan bahunya untukku setiap kali aku menangis dan butuh tempat bersandar. Aku yakin, aku bisa mencintainya seiring berjalannya waktu. Aku pergi dulu," Sherin mendekat, mencium pipi Denis sekilas, lalu berlari kecil menuju ke sebuah mobil abu-abu metalic. Di sana seorang laki-laki sudah menunggu Sherin dengan senyum terkembang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKE YOU LOVE ME
Fiksi PenggemarAku yakin bahwa kamulah jodohku. Aku akan terus berusaha membuatmu jatuh cinta padaku. **** Aku yakin ia adalah belahan jiwaku, tapi ia bukan jodohku. **** Aku hanya ingin dia bahagia. Aku ingin hari-harinya penuh tawa. Aku ingin wajahnya selalu ber...