Part 3

8.5K 565 2
                                    

Digo membawa sendiri mobilnya, sehingga mau tidak mau, menharuskan Sisi duduk disebelah pengemudi. Tidak etis ia duduk dibelakang sementara atasannya yang mengemudikan mobil, sedangkan mereka hanya berdua.

Mobil berhenti di sebuah cafe yang terlihat elite. Tempat itu sangat strategis.

Sisi turun mengikuti Digo masuk ke dalam cafe tersebut.

Dilihatnya Digo mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan cafe itu dean tersenyum setelah menemukan seseorang disana.

"Hai Bro," Digo menepuk pundak seseorang yang segera menoleh dan tertawa memeluk Digo. Sementara disebelah laki-laki itu ada seorang gadis cantik yang juga tersenyum melihat keakraban keduanya.

"Woi... Lo udah nyampe? Gimana kabar lo? Dan... Hmmm... Lo bawa siapa tuh... Cewek lo?" tanya laki-laki itu tertawa.

"Oh... Kenalin, ini sekretaris gue. Namanya Sisi. Nah Si, ini sahabat aku. Namanya Levin, dan yang disebelahnya itu istrinya, Alexa," Digo memperkenalkan mereka.

Lalu berempat mereka duduk dan memesan makanan.

"Lo jadi pindah kemari?" tanya Digo serius.

"Jadi. Perusahaan induk sih masih di LA, tapi kalo memungkinkan nantinya gue pindah semua ke mari, dan disana gue jadiin kantor cabang aja," jawab Levin tertawa.

"Gue seneng lo pindah kemari, jadi gue ada temen kalo lagi suntuk," tawa Digo.

"Eits.... Lo sekarang gak boleh seenaknya ngajakin suami gue ke club ya Digo," Alexa memperingatkan Digo sambil tersenyum.

"Hehehe.... Gue lupa kalo Levin udah punya bini," balas Digo terkekeh.

"Ngomong-ngomong nih, kok lo bawa sekretaris lo? Mana cewek lo?" tanya Levin mengerutkan alisnya.

"Cewek? Cewek apaan? Mana ada cewek yang mau sama gue?" jawab Digo tersenyum lebar.

"Halah... Ngapain ditutup-tutupin sih? Itu si Fara? Netta? Yona? Lia? Kieran? Tami? Lo kemanain mereka semua?" cibir Alexa ditingkahi tawa keras Levin mendengar istrinya masih hafal nama-nama gadis yang pernah diajak Digo bertemu dengannya dan Alexa.

"Heh Lex, kok lo hafal sih nama mereka? Gue aja gak inget tuh," tanya Digo heran.

"Hahaha.... Jangan salah Bro... Istri gue daya ingatnya diatas rata-rata. Nama sekretaris lo aja ini udah terekam di otaknya," jawab Levin tertawa melihat Digo nyengir sementara Sisi disebelahnya hanya tersenyum sopan.

Pesanan mereka pun datang. Dan mereka pun segera menyantap makanan itu.

"Hmm... Sisi, lo udah lama kerja sama Boss lo ini?" tanya Alexa setelah ia menyelesaikan makannya.

"Ng.... Nggak... Hari ini baru pertama masuk kerja," sahut Sisi tersenyum canggung.

"Hah! Lo baru kerja hari ini udah diajakin makan siang sama Boss lo?" Alexa membelalakkan mata bagusnya.

"Kenapa? Emang ada peraturan yang gak bolehin atasan ngajakin sekretaris nya makan siang di hari pertama bekerja ya?" tanya Digo mencibir ke arah Alexa.

"Maksud Alexa, gak biasanya lo kaya gini, Bro," Levin menahan tawanya melihat Digo salah tingkah.

"Udah deh, laki bini sama aja! Kalo ketemu lo berdua, gue kena sasaran ledekan lo terus," gerutu Digo.

"Hahaha.... Boss lo marah tuh, Si," ledek Alexa tertawa ditumpangi tawa keras Levin, sementara Sisi hanya tersenyum bingung tidak tau apa maksud pembicaraan mereka.

"Udah ah! Bro, ntar sore jadi kan?" tanya Digo memastikan.

"Yoi, Bro.... Lo kerumah aja," kata Levin.

Mereka akhirnya berpisah. Digo dan Sisi kembali ke kantor.

Sesampai di kantor, Sisi langsung berkutat kembali dengan  file-file yang akan di tata nya. Sedangkan Digo langsung masuk ke ruangannya.

*******

Waktu sudah menunjukkan jam 18.15 ketika Digo keluar dari ruangannya. Dilihatnya Sisi masih memilah dan menyusun file-file yang bertumpuk di mejanya.

Digo mengernyitkan dahinya.

"Si, kamu gak pulang? Ini sudah lewat jam pulang loh," ujar Digo melihat Sisi yang cepat-cepat berbalik menghadapnya.

"Eh... Ini Pak, saya lagi beresin file-file nya. Biar gampang nyarinya. Soalnya file meeting sampai sekarang masih belum ketemu juga," Sisi menunduk. Ia takut berbuat kesalahan.

"Ya udah, kamu simpen dulu aja file tadi, besok kamu cari lagi. Sebentar lagi gelap loh," kata Digo mengingatkan.

"Emm... Iya Pak..." Sisi segera membereskan file-file itu dan menyimpannya. Ia baru menyelesaikan membereskan dua laci filling cabinet. Masih ada dua laci lagi dan tiga laci mejanya.

Digo sudah mendahuluinya turun melalui lift.

Ponsel Sisi bergetar. Sisi melihat nana Denis di layarnya.

"Hallo."

"Sisi, lo belum pulang?"

"Ini baru mau pulang,"

"Gue di deket kantor lo nih. Sekalian bareng gue aja ya, gue tunggu si depan."

"Oke."

Sisi mengakhiri pembicaraannya, membereskan meja kerjanya dan berjalan menuju lift dan turun ke lantai satu.

Sesampainya disana, Sisi menuju ke lobby mencari-cari mobil Denis.

"Si, kamu nyari siapa? Mau pulang bareng?" tiba-tiba Digo sudah berdiri di sebelahnya.

"Oh... Emmm.... Makasih Pak... Saya dijemput sama temen..." sahut Sisi dengan jantung berdetak lebih cepat karena kaget. Gimana gak kaget, tadi gak ada siapa-siapa, eh tau-tau nongol disebelahnya tanpa permisi.

"Sisi," terlihat Denis melambai di dekat mobilnya di parkiran.

Sisi tersenyum balas melambai.

"Maaf Pak, saya duluan. Sudah dijemput," pamit Sisi setengah berlari menuju ke mobil Denis.

"Gak usah lari juga, Si. Ntar kalo jatuh gimana?" omel Denis yang dibalas senyum nyengir Sisi.

Sisi dan Denis masuk ke mobil dan berlalu, meninggalkan Digo yang masih termangu menatap mobil yang membawa Sisi menjauh.

BERSAMBUNG...

Hai.... Sampai part ini, ceritanya gimana? Masih gak jelas ya??? Hehehe... Maklum bukan penulis profesional... Jadi susunan kata-katanya masih belepotan...
Tapi aku tetep mau ngucapin terima kasih buat yang udah meluangkan waktu buat baca cerita ini.

Still vote and leave your comment...


MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang