Part 10

8.6K 476 2
                                    

Digo dan Sisi memasuki sebuah pusat perbelanjaan, berjalan menuju ke sebuah toko buku.

"Mau cari buku apa sih?" tanya Digo senyum-senyum.

"Cari... Eh, ngapain lo senyum-senyum gitu?" tanya Sisi heran melihat Digo senyum-senyum terus jelas.

"Gak pa pa kok hehehe..." Digo tertawa kecil.

"Kenapa? Bilang gak? Ayo bilang kenapa lo senyum-senyum?" Sisi menggoyang-goyang lengan Digo dengan gemas melihat Digo sekarang ketawa makin lebar.

"Hahaha... Gue cuma inget dulu kepala gue sempat benjol di sini... Hahaha..." Digo terbahak sekarang.

"Ih... Apaan sih lo!" Sisi mencubit pinggang Digo sebal.

"Hahaha... Aduh... Lo kok nyubit sih? Hahaha... Aduh...hahaha... Ampun... Hahaha... Aduh..." Digo sibuk menghindar sambil tertawa-tawa.

"Rasain! Lo bisa-bisanya ngeledek gue? Nih cubit lagi nih..." Sisi mecubit sekenanya, pinggang, perut, tangan Digo, mana yang bisa dijangkaunya.

"Hahaha... Udah...udah Si... Ampun... Udah dong... Ini mall..." Digo masih tertawa menghindar mengingatkan keberadaan mereka.

"Lo sih bikin gara-gara!" jawab Sisi manyun menghentikan cubitannya.

Digo yang gemas melihat Sisi cemberut langsung mencubit hidung Sisi dan merangkulnya masuk ke toko buku.

.........

Digo duduk berhadapan dengan Sisi di sebuah foodcourt.

Dihadapan mereka terdapat 2 piring nasi goreng dan 2 gelas lemon tea.

"Kok diliatin aja? Dimakan dong," kata Digo yang melihat Sisi hanya memandangi makanan dihadapannya.

"Iya... Iya... Ini juga dimakan kok!" jawab Sisi mulai menyendok nasi dihadapannya.

Digi memandangi Sisi yang sedang menyuapkan nasi ke mulutnya dengan enggan.

"Kenapa sih? Kok makannya gitu banget? Gak enak ya?" tanya Digi mengerutkan dahinya.

Sisi tersenyum menggeleng.

"Apa kita makan di tempat lain aja?" tawar Digo.

"Gak usah," Sisi menggeleng lagi, "Ini aja udah cukup kok! Tapi emang perut gue agak-agak gak enak gimana gitu!"

"Mau kedokter?" tanya Digo terlihat cemas.

Sisi menggeleng untuk kesekian kalinya,"Gak usah. Nanti juga sembuh sendiri."

"Bener?" Digo menatap Sisi khawatir.

"Bener!" kata Sisi meyakinkan.

Mereka menyelesaikan makan siang mereka dan beranjak menuju mobil Digo.

Di dalam mobil, Digo menoleh lagi kearah Sisi, memastikan keadaannya baik-baik saja.

Tapi dilihatnya Sisi meringis menahan sakit.

"Oke, sekarang kita ke rumah sakit! Gue gak mau lo kenapa-napa! Eits gak ada komplain!" putus Digo yang melihat Sisi hendak memprotes kata-kata nya.

Digo mengarahkan mobilnya ke rumah sakit terdekat.

Sesampai di rumah sakit, Digo segera menuntun Sisi menuju UGD.

Sisi yang langsung ditangani oleh dokter jaga hanya diam pasrah. Lambungnya yang terasa nyeri membuatnya mau tak mau menurut saja ketika dokter memberinya suntikan penghilang rasa sakit.

Digo yang menunggu Sisi diperiksa terlihat mondar-mandir di depan pintu UGD. Raut wajahnya nampak gelisah.

Pintu UGD terbuka, dokter jaga yang menangani Sisi bergegas menemui Digo.

"Gimana Dok?" tanya Digo tak sabar.

"Anda keluarga pasien?"

Digo mengangguk cepat.

"Tidak apa-apa. Pasien terkena gejala maag, masih bisa disembuhkan," kata Dokter jaga tersebut tersenyum menepuk pundak Digo.

Digo menghembuskan nafas lega.

Setelah mengurus segala sesuatunya, Digo segera mendorong kursi roda yang di duduki Sisi menuju mobilnya yang masih terparkir di depan pintu rumah sakit yang kebetulan tidak begitu ramai pengunjung.

Digo membuka pintu mobil kemudian menggendong Sisi ke dalam mobil.

"Gue gak kenapa-napa, gak usah digendong segala keles!" gerutu Sisi.

"Udah deh gak usah protes napa?" gumam Digo masih mendudukkan Sisi di dalam mobilnya. Sebelah lengan Sisi masih melingkar di leher Digo, sementara satu lengan Digo masih di punggung Sisi dan lengan yang lain berpegangan pada dashboard mobil.

Wajah Digo begitu dekat dengan wajah Sisi, sehingga keduanya mampu merasakan hembusan nafas masing-masing.

Digo menatap mata Sisi lekat.

Entah berapa lama, sampai Sisi tersadar mereka masih di depan pintu UGD.

"Ehm...," Sisi mengangkat tangannya yang melingkar di leher Digo. Wajahnya memerah.

"Hmm... Kita pulang sekarang... Lo udah baikan kan?" tanya Digo berusaha menutupi salah tingkahnya.

Sisi mengangguk tersenyum samar.

Digo segera memutar masuk ke mobilnya dan mulai menjalankannya menjauhi rumah sakit menuju rumah Sisi.

(Bersambung)

Sebuah Cerita CintaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora