Ebook bisa di beli di playstore https://play.google.com/store/books/details?id=2QuEDwAAQBAJ
Pdf bisa wa
+62 822-1377-8824Bisa di baca di karyakarsa atau kbm app aqiladyna.
πππππ
Kedua mata Yana membulat karena terlalu terkejut atas perbuatan Nata padanya yang telah berani mengecup bahunya, Yana kembali menyilangkan tangannya berbalik membelakangi Nata.
Keduanya hanya terdiam, Nata mengawasi tubuh belakang Yana yang terbuka.
Sial. Batin Nata memejamkan matanya sesaat, melangkah melalui Yana sembari berbicara.
"Aku tunggu di luar biar ku antar pulang."
Pintu tertutup rapat setelah Nata keluar dari kamar itu, hingga Yana bisa bernafas lega.
Masih terasa hangat saat Yana menyentuh bahunya,
di mana Nata mengecupnya.Yana menepuk pipinya yang merona dengan kedua telapak tangannya. Dan ini memang nyata tapi ia harus segera melupakan, menganggap Nata hanya sedikit mabuk atau apapun itu.
Yana sudah mengganti dengan pakaiannya semula, menghampiri Nata yang duduk di sofa.
"Berapa semua ini?" Tanya Yana mengangkat beberapa tas belanjaan yang ia penggang di tangannya.
"Tidak perlu mengganti nya, anggap lah semua ligerie itu adalah hadiah dariku untuk mu yang mau berubah demi sahabatku Fajar." Kata Nata berdiri.
"Tapi...kamu sudah banyak membantuku, aku tidak enak sampai barang barang ini pun harus kamu yang belikan." Kata Yana protes.
"Usst!" Nata mendekat meletakan jari telunjuknya di bibir Yana.
"Kamu terlalu berisik, di sini aku gurunya jadi kamu murid harus patuh dan diam, kalau kamu memang benar mau serius dengan perubahan mu kelak." Kata Nata serak.
Yana mengangguk samar, ia merona seperti tomat dengan jarak yang sangat dekat.
"Bagus!" Kata Nata menjatuhkan tangannya dari bibir Yana lalu melangkah duluan.
Yana menyentuh dadanya bisa ia rasakan jantungnya berpacu cepat, ada apa dengan dirinya? perlakukan Nata membuatnya salah tingkah dan tidak berkutik, mungkin bagi Nata biasa saja tapi tidak bagi Yana yang bisa membuatnya sesak.
Mereka sudah berada di dalam mobil, dengan Nata yang menyetir cepat karena beberapa saat pria itu mengatakan ia harus menghadiri acara penting.
Sampai mobil berhenti di depan pagar rumah sebelum Yana keluar, Nata menyentuh lengan Yana untuk menahannya.
"Besok sore kamu harus datang ke apartemen ku." Kata Nata.
"Untuk?" Tanya Yana.
"Untuk pelajaran selanjutanya, untuk apa lagi." Kata Nata berdecak kesal.
"Ba..baiklah.. terima kasih." kata Yana lalu keluar dari dalam mobil.
Nata menatap Yana yang melangkah membawa tas belanjaan yang semua isinya hanya ligerie berbagai warna.
Ini memang mengelikan karena pertama kalinya Nata membeli kan ligerie untuk seorang wanita terlebih wanita itu istri sahabatnya.
Ponsel Nata bergetar, pesan masuk beberapa kali dari rekan bisnisnya yang sudah menunggu lama, setelah membaca dan membalas pesan itu Nata langsung menjalankan mobilnya pergi.
Kedatangan Yana di sambut bocah cantik yang tersenyum padanya, asik bermain dengan Rui. Yana memeluk Safira menggendongnya menbawa ke kamar nya. Tidak mendengarkan celotehan Safira berapa jam saja sudah membuat Yana merindukan putrinya itu.
Sampai Safira terlelap tidur di atas ranjang karena kelelahan bermain, Yana mengecup kening putrinya, di pandanginya wajah Safira yang sangat damai dalam tidur.
Alsan kuatnya untuk berubah agar Fajar bisa menghargai dan setia padanya tidak semata hanya untuk kepentingan dirinya tapi juga Safira.
Yana ingin keluarga nya selalu bahagia, cuma itu harapan kecil di setiap doanya.
Yana menatap lekat tubuh nya yang di balut ligerie hitam barusan ia coba di apartemen Nata.
Warna yang memang sangat kontras pada kulit putihnya, maka ia memutuskan untuk pertama kalinya Fajar melihatnya mengenakan ligerie hitam ini.
Yana menunggu kepulangan Fajar dengan perasaan tidak menentu, sesekali di rapikannya tempat tidur yang memang sudah rapi, beberapa saat lalu Safira sudah di pindahkan ke kamar tersendiri.
Waktu terus bertambah semakin membuat Yana gelisah, akhirnya senyum Yana mengembang ia berdiri saat pintu kamar terbuka menampakkan Fajar yang menatap nya aneh.
Yana merunduk merona mendekati suaminya, meraih tas dan jas pria itu.
"Ligerie yang bagus." Kata Fajar dengan mata menyelidiki tubuh Yana.
"Apa kamu suka aku mengenakannya?" Tanya Yana sangat antusias atas sedikit pujian dari Fajar.
Fajar tertawa geli. " Kamu ingin aku jujur?" Tanya Fajar mengangkat alisnya ke atas.
Yana mengangguk cepat, apa sebabnya membuat Fajar tertawa apakah ada hal yang lucu di dirinya.
"Ligerie itu memang bagus tapi sayang memang tidak pantas kamu kenakan, maksudku bukan tidak pantas sih, tidak ada kesan seksi nya, ligerie hanya cantik di kenakan bagi wanita yang terlihat liar. Kamu tau liar?" Tanya Fajar memajukan wajahnya menatap wajah Yana yang pias mengeleng pelan.
"Wanita liar saja kamu tidak tau, soknya mengenakan ligerie." Gumam Fajar meremehkan berlalu melewati Yana.
Setetes air mata Yana mengalir, bukan pujian yang bearti ia terima tapi malah sebaliknya apakah patut ia sebut hinaan, bahkan Fajar tidak menyadari Yana sudah rela mencat rambutnya untuk lebih menantang.
"Kenapa bengong, cepat suruh pelayan bikinkan aku kopi antar ke kamar." Kata Fajar masuk ke kamar mandi.
Yana menganti ligerienya dengan piyama tidur biasa, melangkah ke dapur yang sepi semua pelayan sudah tertidur, maka ia putuskan membikinnya sendiri lalu kembali ke kamar.
Fajar sudah segar mengenakan kaos biru dan celana panjang duduk di sofa meraih kopi yang di serahkan Yana.
"Kenapa kamu yang antar, mana pelayan?"
"Mereka sudah tertidur semua jadi aku tidak enak membangunkan." Sahut Yana.
Fajar mendelik pada kopi yang belum sempat ia minum.
"Lalu kopi ini siapa yang bikin?" Tanya Fajar curiga.
"Aku..hanya..."
Prang!
Yana menjerit saat gelas kopi di jatuhkan ke lantai hingga tumpah dan kaca pecah berserakan.
"Kamu tidak mendengarkan aturan ku atau mulai membangkang aturan ku? sudah ku katakan jangan menyentuh pekerjaan di dapur yang seharusnya tugas pelayan." Kata Fajar emosi.
"Tapi ini kan hanya membikin kopi."
"Yah...bantah terus, kelamaan aku muak dengan mu." Kata Fajar kesal meninggikan suaranya, berdiri melangkah meninggalkan kamar.
Yana berlutut lesu memungut pecahan gelas menangis segukan, kenapa di mata suaminya apa yang ia lakukan selalu salah.
Kenapa?
☄☄☄☄☄☄☄☄☄

YOU ARE READING
Main Hati (Series)
RomanceRomance (SEBAGIAN PART DI TARIK KARENA SUDAH TAMAT ) Saat kesetiaan di pertanyakan dalam suatu ikatan sakral janji pernikahan, Tapi apakah hati mampu bisa melawan bila salah satu nya tidak bisa menghargai cinta?