***"Jadi, gue boleh nanya lagi nih?"
Aruna dan Rafka sedang mengisi perut selesai mereka menghabiskan waktu menonton akting Putri Marino dan Wafdah di bioskop tadi. Keduanya memilih tempat makan di luar mal. Karena sudah tahu betul, fast food maupun kafe-kafe di sana pasti sudah penuh di saat weekend begini.
Aruna mengangguk sembari menyendok Lasagna ke mulutnya. "Tanya aja, sebelum nanya itu dilarang," kelakarnya santai. "Tapi jangan soal-soal fisika, ya? Sumpah, sampai sekarang gue nggak ngerti apa itu koesifien muai panjang."
Rafka tertawa dengan kepala menggeleng geli. "Gue yakin banget, lo abis baca cuitan anak-anak SMA di Twitter ya? Makanya, lo nyerocosnya gini banget."
"Memang," Aruna menjawab segera. "Abisnya, dulu ya, zaman gue masih sekolah belum ada tuh Twitter. Paling keren cuma Friendster, udah gitu, gue salah lagi buat jenis kelamin gue. Harusnya female 'kan? Nah, saking butanya sama bahasa inggris, gue mala buatnya male. Elah, yang ngechat gue rata-rata cewek." Aruna terkekeh sendiri. "Mana online-nya kalau cuma di warnet doang, gue inget banget, dulu tuh gue merengek sama nyokap buat belikan komputer. Eh, gue malah ditabok, kesel gue inget itu." Lanjut Aruna dengan tawa semakin membahana. Lupa, kalau ia sedang makan, dan tak ingat juga kalau estetika di meja makan itu ada. Dan yang paling fatal, sepertinya Aruna amnesia bahwa sekarang ini, ia sedang bersama dengan laki-laki yang jelas-jelas memiliki ketertarikan pada dirinya.
Well, Aruna memang seperti itu kalau dirinya sedang asyik bersenda gurau. Ia lupakan semuanya, dan hanya fokus pada tawanya saja.
Rafka sendiri tampaknya tak mempermasalahkan. Buktinya, pria berkulit kuning langsat itu, justru ikut menyumbang tawa. Ia masih menatap Aruna dengan pandangan serupa, sementara ketulusan terpancar nyata dari dua netranya. "Mungkin ada yang bilang, kalau cewek lagi manyun itu lucu. Cuma gue sih lebih suka cewek yang pinter ketawa. Dan lo ternyata mahir banget ketawa ya, Run?"
"Eh?" Aruna mengernyit sesaat setelah tawanya teredam. Bukannya tersipu, Aruna justru menyipitkan mata, memandang Rafka curiga. "Lo lagi nggak ngemodusin gue 'kan, Raf?" tanyanya penuh selidik. Aruna dengan kepercayaan diri setingkat dewa, tentu saja tidak merasa sungkan mengatakan hal tersebut.
Tolong, jangan katakan bahwa ia sedang sombong, jelas semua itu fitnah. Ini adalah kenyataan. Buktinya, Akbar yang sekaku kanebo kering saja, bisa takluk hanya karena kibasan rambutnya saja.
Aruna sih, tidak ingin pamer. Tetapi, ia jelas memiliki lebih dari sekadar kecantikan juga keseksian Anggun C. Sasmi yang sangat pribumi sekali, walau Mbak Anggun ini tidak menyukai pria pribumi layaknya dirinya. Tapi tak masalah, bule lebih tahu apa yang mereka mau. Tidak seperti pria Indonesia yang terkadang malu-malu tapi mau. Well, Akbar adalah contoh nyatanya. Jadi, dengan kulitnya eksotis menggoda, Aruna jelas beberapa kali menjadi perhatian para pria yang tak sengaja bertatapan dengannya. Tubuhnya tak berbeda jauh dari Kylie Jenner, dan yang paling penting rambutnya tidak lepek. Oh, apa sebaiknya, bila nanti Anggun pensiun dari iklan shampo terkenal itu, dirinyalah yang akan menggantikan?
Ehm, sepertinya tidak kedengaran buruk. Ia memang pantas bersanding dengan Raline. Lalu mereka akan melenggok bersama sambil mengibas-ngibaskan rambut bervolume terawat ala Pan*tit* sensor.
Baiklah, mari kita kembali pada Rafka yang justru meringis salah tingkah. "Ya, gue sih nggak niat ngemodus. Cuma gue lagi berusaha menarik simpati lo aja." Saat Aruna justru mendengkus mendengar ucapannya, Rafka memilih kembali tertawa. "Lo jomlo 'kan? Nah, gue juga. Semuanya boleh dong terjadi sama kita? Termasuk menjalin hubungan."
"Lo kayak caleg yang lagi kampanye," cibir Aruna telak.
"Ya, anggaplah gue caleg yang lagi nabur janji. Tapi setelah itu, gue pasti langsung memberi bukti."

YOU ARE READING
Attention Of Love
ChickLit(PRIVATE) Karena bagi Aruna, jatuh cinta pada Prasetyo Akbar itu sangat mudah. Dengan segala apa yang pria itu punya, menaruh hati padanya bukan perkara susah. Sementara bagi Akbar, mencintai Salsabila Aruna amat rumit. Dengan segala hal yang mere...