Reupload story,original writer by @METROSEC oktober 2011
**************
Kisah perjumpaanku dengan dokter tampan yang kini telah menjadi kekasihku, banyak rintangan untuk bisa mempertahankan dia namun aku hanyalah manusia yang tak luput dari yang nam...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
***************
Mobil melaju dengan cukup cepat, mengimbangi mobil jenazah yang berlari secepat kilat. Di dalam mobil jenazah ada A Yudi dan Aa yang menemani sopir. Sementara mobil Range Rover milik Yusuf kini ada aku, Yusuf, Arif, mang Ujang dan di kendarai oleh sopir dadakan Yusuf, Romli. Menurut Yusuf, biasanya dalam keadaan jarak yang jauh, Romli yang akan menyopiri mobil Yusuf.
Di Range Rover, mang Ujang dan Romli ada di bagian depan, sementara aku, Yusuf dan Arif duduk di bangku baris kedua dengan Yusuf duduk di tengah aku dan Arif. Aku sudah meminta ijin kepada supervisorku untuk beberapa hari ke depan, dan supervisorku mengerti.
Tol cipularang yang terkenal angker telah kami lewati dengan selamat, kini kami mengarah ke jalan berkelok-kelok menyusuri pinggiran tebing yang rawan longsor. Baru pertama kali aku melewati jalan model begini, perutku mual karenanya, aku ga bisa ngomong apa-apa untuk menahan mual, hanya bisa tergolek lemas di bangku. Yusuf yang duduk di sampingku memerhatikanku sedari tadi, ia mengerti dengan keadaanku, tiba-tiba tanpa permisi ia membuka kancing bajuku bagian atas dan yang membuatku terkejut lagi, dia mengendorkan ikat pinggangku dan membuka kancing celana bahan yang membuatku sulit bernafas.
“hah, bang, mau ngapain?” tanyaku penasaran
“biar kamu ga merasa sesak dan sempit aja, kamu mual kan ?!”
“ iya bang, ……saya ga biasa lewat jalan berkelok-kelok begini, mending naik perahu yang bergoyang-goyang deh.”
“kamu mau di olesi minyak angin ?”
“ boleh bang, emang abang punya ?”
“ ya ada, saya selalu sedia segala macam obat2an di mobil, biar praktis kalo sedang dibutuhkan kayak begini”
Yusuf mengoleskan minyak angin ke kening dan dadaku, olesannya terasa lembut, ia ternyata ga puas dengan membuka 1 kancing atasku, kini semua kancing dilepaskan dan di olesi minyak angin. Arif yang ada di sebelah kanan Yusuf memerhatikan tingkah Yusuf yang begitu care padaku. Nampaknya Arif suka dengan Yusuf, sedari tadi aku sudah memperhatikan matanya berkali-kali mengarah ke tonjolan Yusuf.
Perjalanan ini sebentar lagi akan sampai ke desa. Mang ujang yang duduk di depan, masih tertidur pulas, sementara kini Arif dan aku sedang menikmati pemandangan luar mobil dari jendela samping kami masing-masing. Yusuf tertidur pulas juga dengan kepala yang lama-lama jatuh bersandar ke bahuku. Ah bang, kamu so sweet..
***
Pukul 06:00
Tak banyak orang yang mengiringi jenazah ibu karena memang penduduknya banyak yang sudah merantau ke Jakarta… Ibu kini sudah punya “rumah” baru, rumah yang jadi perisitirahatannya yang terakhir. Aku pamit kepadanya sebelum meninggalkan area pemakaman, aku mengirim doa untuknya, agar segala kebaikannya di terima di sisiNya.