Banyak gak sih, dari kita yang nulis pake PoV 1? Soalnya Animon sering baca karya-karya seperti itu. Nah, hari ini, Animon ingin berbagi tips yang biasanya suka dilewatkan oleh para penulis PoV 1.
1. Masukkan karakterisasi ke dalam narasimu.
Berhubung yang menarasikan adalah tokoh, narasi PoV 1 sebagian besar akan berfungsi sebagai monolognya (kecuali ketika memberi tahu aksi). Jadi kalau misalnya dia kasar, mungkin beberapa diksi bisa dibikin lebih gak baku atau sekasar omongannya dia. Kalau merasa "Yah, nanti pembaca gak suka yang kasar gitu", lah ya jangan bikin karakter kasar dengan PoV 1 kalau merasa gak relatable. Soalnya kekuatan PoV 1 sendiri ada di "pembaca bisa merasa simpati (relate) dengan tokoh 'aku'".
[Tambahan dari BigSist ^^]
Inget juga jenis kelamin karaktermu. Jangan sampai tindakan dan monolog karakter cowok, kesannya malah jadi kayak cewek, begitu juga sebaliknya. Yah, kecuali kalau memang dia itu cowo melambai atau cewe tomboi :'D2. Batasi deskripsi, hanya yang memang diamati, didengar, atau dirasakan si karakter.
Jangan bablas ya. Kita bukan nulis PoV 3. Kalau dia orang buta, jangan tiba-tiba deskripsikan penampilan orang :'D Kalau dia gak denger percakapan di sekitarnya karena lagi ngelamun, ya dialog itu juga jangan ditulis. Tapi usahakan juga jangan sampai terkesan minim deskripsi. Karaktermu pasti suka mengamati sesuatu secara khusus, misalnya aku, gak suka merhatiin jalan memang (jangan ditiru), tapi kalo liat boneka di mall juga mata ngikut. Nah, setiap orang pasti perhatiannya beda-beda. Seperti di nomor pertama, kamu bisa membentuk karaktermu juga melalui pemilihan deskripsi mana yang detail, dan deskripsi mana yang diabaikan karena karaktermu mengabaikannya.
3. Perbanyak menggunakan bentuk aktif daripada pasif.
Contoh: "Sarah menepuk pundakku." masih lebih oke ketimbang "Pundakku ditepuk oleh Sarah." Hal ini bisa memberi variasi subjek, karena para penulis PoV 1 cenderung memakai "Aku" atau hal-hal yang berhubungan dengan "aku" di awal kalimat.
4. Buang kata-kata yang membuat pembaca keluar atau jauh dari karakter "aku".
Pernah dengar "Filter Words"? Itu adalah kata-kata yang memberi dinding di antara "aku" dan pembaca. Contoh: "Aku dapat melihat Anna di kejauhan." Sepintas terlihat oke dan baik-baik saja, tapi sebenarnya "aku dapat melihat" di sini adalah Filter Words, yang menyebabkan pembaca melihat karakter "aku" yang melihat Anna, bukan masuk sebagai si "aku" yang melihat Anna. Dalam PoV 1, otomatis, semua deskripsi adalah apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan tokoh. Kita gak perlu lagi capek-capek nulis "Aku dapat melihat...", "Aku dapat mendengar...", "Aku dapat merasakan..."
Kalau dibuang: "Anna celingak-celinguk di kejauhan, tampak mencari sesuatu." Nah, selain kita memberi variasi subjek, informasi juga lebih bertambah, kalimat pun lebih efektif. Kita coba lagi yang lain.
Suara anak-anak murid yang berbincang-bincang terdengar di telingaku -> Anak-anak murid ramai mengobrol, memperbincangkan hal-hal yang sulit kutangkap satu per satu.
Aku dapat merasakan kepalaku pening. -> Kepalaku pening.
Hati-hati, bahwa di sini, Filter Words bukan berarti macem "Aku menoleh ke arah Cindy." itu Filter Words. Peralihan fokus si karakter masih penting untuk diceritakan dalam narasi.
***
Jadi, sudah lebih mendapat gambaran untuk meningkatkan PoV 1-mu? Tips tambahan nih: Langgar aturan kalau sudah mengerti aturannya XD Haha. Jadi benernya, teori-teori, bahkan EBI sekalipun, bisa dilanggar asal kamu tahu dulu aturan benernya gimana, sehingga kamu bisa langgar di tempat yang enak, bukan langgar seenaknya. Semangat menulis, teman-teman ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
RandomDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.