Didedikasikan untuk I
Malam ini, aku kembali menulis tentangmu, walau tetap takkan pernah kamu baca. Aku ingin membuat sebuah pengakuan. Aku gagal, gagal untuk menyerah mencintaimu, gagal untuk menyerah mendapatkanmu, gagal untuk menyerah mengabaikanmu.
Mencintaimu membuatku lupa bagaimana caranya menyerah, bahkan ternyata menyerah tidak semudah kelihatannya. Aku tertahan oleh harapan yang ternyata tak pernah seutuhnya terlepas dari genggamanku. Walau tinggal sedikit, bahkan sangat sedikit, tapi harapan itu masih menempel kuat dalam genggamanku, dan hal itu lah yang membuatku semakin bingung bagaimana caranya untuk menyerah
Aku... Mengingkari janjiku. Maaf. Maaf karna aku membuat janji yang bahkan aku sendiri tak tau cara untuk menepatinya. Aku terkunci bersamamu, tepatnya bersama sosokmu dalam fantasiku. Aku masih terpaku disana, masih terjerumus dalam harapan yang entah kapan akan hilang. Aku terlalu terbiasa memperhatikanmu, aku terlalu terbiasa bertahan untukmu.
Tapi kenyataan ini semakin lucu, aku mempertahankanmu tanpa pernah memperjuangkanmu. Kisahku takkan pernah beranjak jika terus seperti ini. aku akan terus berjalan ditempat yang segalanya dipenuhi tentangmu, sedangkan kamu mencari duniamu, yang tak pernah ada satupun "aku" didalamnya.
Lelah masih mendesakku untuk menyerah, tapi harapan semakin lupa bahwa aku pernah berkenalan dengan sesuatu yang dinamakan "Menyerah". Dulu aku fikir mudah untuk berhenti mencintaimu, tapi ternyata segala macam sakit yang aku cicipi selama menunggumu tidak membawa hasil, segala sakit itu masih kalah dengan secuil harapan. Harapan itu memang hanya setitik diantara ribuan garis luka karenamu, harapan itu memang hanya satu dibandingkan ribuan alasan untuk melupakanmu.
Tapi harapan itulah yang selalu memaksaku untuk bertahan. Jika mencintai tak pernah butuh alasan, mengapa meninggalkan harus punya beribu alasan? Ironisnya caraku bertahan sama dengan cara mencintai. Tanpa alasan, walaupun banyak alasan untuk meninggalkan. Harus berapa kali aku katakan? Mencintai tanpa balas itu menyakitkan! Menunggu orang yang tak pernah datang itu melelahkan! Dan memperdulikan tapi diabaikan itu menyesakkan!
Logikaku terus meneriakkan hal itu, membujuk hatiku agar mau melepaskanmu. Tapi hatiku tidak menyerah, ia tetap bergeming, bertahan di tempat. Menurutnya, semua perasaan bodoh itu membahagiakan. Aku senang, aku bahagia. Aku menikmati semua perasaan itu. Tak pernah ada rasa sakit, sesak dan lelah yang seindah ini. Logikaku benar ia mengatakan hal yang sebenarnya, tapi kenyataannya siapa perduli dengan logika saat hatimu ternyata bisa jauh lebih bahagia ?
Cinta tulus akan selalu menghadap kearah orang yang ia cintai, walau takkan pernah berbalas sekalipun. Tulus artinya hanya memberi. Aku memang setengah mati berharap perasaan ini berbalas, tapi aku tau cinta tak pernah bisa untuk dipaksa. Dan kenyataan terakhirlah yang membuatku akhirnya tetap menulis sesuatu untukmu, walaupun kamu takkan pernah membacanya.
Mungkin suatu saat nanti aku akan menyerah, tapi tidak sekarang. Aku tidak memaksamu untuk melihatku. Tapi bolehkan jika aku hanya mencintaimu diam-diam seperti ini ? Hanya memperhatikanmu dari jauh ? Aku belum terlalu kuat untuk bisa berperang dengan hatiku sendiri, ia terlalu hebat menguasai ku atas semua tentangmu.
Walau itu artinya akan banyak lagi rasa sakit yang akan aku cicipi, akan lebih banyak lagi luka yang akan aku nikmati, dan walau itu artinya aku akan tetap begini, disini, berjalan ditempat meskipun kamu terus menjauh meninggalkanku. Itu bukan masalah, aku melakukannya hanya untuk membuat hatiku bahagia.
Bahagia sederhana untukku, sesederhana hanya tetap dibelakangmu, hanya dengan tetap menatap punggungmu, hanya tetap menjadi pengagum rahasiamu.
-----
03 April 2013,
22.45 WIB.

STAI LEGGENDO
Sepotong Kisah Tentangmu
Poesia#15 in Poetry (06 Desember 2017) Hanya tulisan yang tidak pernah kamu baca, dari seseorang yang nampak disampingmu. ©Copyright by InnayahPutri