Dokter mau dibawakan makan siang?
Cinta memandangi chat terakhir yang dia kirimkan pada Rangga sejak dua jam yang lalu. Pesan itu tidak dibalas bahkan juga nggak diread. Mungkin saja VK sedang ramai jadi Rangga tidak sempat menengok ponselnya.
Cinta memandangi kotak bekal yanh ada di atas meja makan. Hari ini dia meluangkan waktunya untuk memasak bekal. Hal yang dulu tidak pernah dia lakukan. Walaupun sempat merusak dapur akhirnya dia berhasil membuat chicken katsu, tumis buncis dan wortel, dan nasi yang dia bentuk jadi hati.
"Ya ampun, aku alay banget sih," keluh Cinta sembari menepuk jidatnya. Sudah tiga tahun sejak terakhir kali dia pacaran sehingga Cinta jadi sedikit bersemangat.
"Apa dia mau makan ini ?" ucap Cinta ragu-ragu. Sesungguhnya dia masih tidak percaya bahwa dia pacaran dengan Dokter Rangga. Sejak pagi dia sama sekali tidak berinteraksi dengan cowok itu. Apa jangan-jangan kejadian kemarin itu hanya mimpinya saja?
Cinta memasukkan bekal itu dalam ransel lalu memanggulnya. Cewek itu menuju tempat parkir di basemen apartemen untuk mengambil motornya. Dengan kendaraan itu, dia berangkat menuju ke rumah sakit seperti biasa.
Dalam benaknya, Cinta masih memikirkan adegan Rangga dan Nurani yanh tertawa bersama tadi pagi diujung lorong. Sebenarnya dia senang melihat kakaknya sudah kembali ceria setelah hampir seminggu menjadi mayat hidup sejak kepergian almarhum Kak Erza. Cinta juga bertanya-tanya kenapa Rangga malah mengajaknya pacaran, padahal Kak Rani sekarang jomblo.
"Jangan-jangan yang kemarin itu benar-benar cuman imajinasiku saja?" ucap Cinta khawatir. Saking nggak konsentrasi Cinta hampir saja menabrak seorang berseragam dokter yang kebetulan menyebrang. Untunglah cowok itu punya refleks yang bagus dan menghindar.
"Ma-maaf," seru Cinta memelankan laju kendaraan. Cewek itu kabur begitu saja menuju tempat parkir motor khusus karyawan. Setelah motornya terparkir dengan asal-asalan Cinta bergegas menuju VK. Dia ingin segera bertemu dengan Rangga. Dia ingin membuktikan bahwa kejadian kemarin itu adalah nyata. Benarkah dia memang pacaran dengan Rangga?
Begitu masuk ke dalam ruang bidan, Rangga yang duduk di sana sembari mengisi status memandanginya dengan dingin. Rangga menunjuk jam dinding rumah sakit yang jarum panjangnya sudah bergeser sedikit dari angka dua belas.
"Kamu terlambat," tegur Rangga tidak ramah.
"Maaf," angguk Cinta. Dia bahkan lupa kalau sudah terlambat. Kepalanya benar-benar hanya terisi oleh Rangga saja.
"Tulis paper tentang abortus iminens minimal sepuluh halaman. Kumpulkan besok," tegas Rangga.
Cinta terdiam. Kok sikap Rangga sama saja sih seperti biasanya? Ya ampun, apa jangan-jangan kemarin itu emang aku cuman ngimpi doang? Cinta menepuk dahinya frustrasi. Bahkan dia sudah menawarkan bekal makan siang pada Rangga. Kenapa dia delusi banget nggak bisa membedakan mimpi dan kenyataan!
"Sana operan jaga, habis itu ke ruangan dokter sebentar," ucap Rangga sembari berdiri dan melangkah menuju ruang dokter.
Lita yang shift pagi menghampirinya. "Cin, kamu kok cari perkara terus sih. Masih berani aja telat. Emangnya kamu ngapain sih?"
Cinta tidak dapat bercerita bahwa dia telah bereksperimen sampai merusak dapur hanya untuk memasakkan makan siang buat Rangga yang dia kira pacarnya.

STAI LEGGENDO
Love And Heart [Republish]
Teen FictionJuara 1 Lomba menulis #LiveInCampus tahun 2019 oleh Storial. "Nggak tahu itu berarti goblok!" umpat Rangga dengan tatapan mata membara. Cinta pasrah mendengar cercaan dari Dokter Ruangan itu. Sebagai mahasiswa bidan yang kurang pengalaman, Cinta me...