ABDILLAH
Bagaimana bisa mereka bebas? Ah aku lupa,sudah 2 tahun ini mereka mendekap di balik jeruji besi itu. Bagaimana pun aku harus benar-benar menjaga Tifa. Wanita yang tak pernah kalah dalam berbicara.
Buru-buru kuraih ponselku di saku kemeja batik unguku lalu menghubungi seseorang di seberang sana.
"Assalamualaikum,Wil."
"Waalaikumsal--YA ALLAH!!! INI ABDILLAH KAH??!!"
"Wil? Bisa dipelanin?"
Wildan tertawa sebentar dan melanjutkan omongannya. "Darimana lo tahu nomor gue?"
"Bukannya pas gue masih di Kairo lo ngasih nomor lo?
"BERARTI LO UDAH DI INDO SEKARANG!!! YA ROBBI!!"
"Wil,disana gak ada orangkan?"
"Kenapa? Lo kira gue udah nikah? Gue mah masih Jomblo,Wil"
"Gue pekak! Lo ngomong asal njeplak! Lo tau gak kalo telinga gue bermasalah gara-gara lo!"
"Muehehehe,jadi sekarang lo udah di Indo?"
"Hmm."
"Wah,ketemuan yuk."
"Lo gak kerja?"
"Ngajar sih di SMA Al-Hasyimiah. Tapi hari ini lagi off."
"Lah,sekolah calon adek ipar gue."
"YA ROBBI!! YA RASUL!! LO UDAH MAU NIKAH AB?!! GUE KEDULUAN DONG!! AAAAAA!!"
Jeritan Wildan dari dalam ponselku menarik perhatian orang-orang sekitar dan mengiraku sedang menelpon orang Rumah Sakit Jiwa.
"Wil,pelanin gak?"
"LO UDAH MAU NIKAH?!!"
"Kita ketemuan di Cafe di sebelah Kampus Muhammadiyah jam 2 gak pake telat. Telat,gak gue traktir."
"SIAP BOS!"
✨
AUTHOR
Abdillah menyesap kopinya sedangakan Wildan memainkan ponselnya. "Jadi,lo udah lamaran sama Tifa?"
Abdillah mengangguk dan kini mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Cafe. Cafe ini cukup ramai karena bersebelahan dengan kampus. "Kapan akad?"
"Rencana sih pas Tifa udah semester 3 sekitar 5 bulanan lagi tapi 'mereka' kembali,Wil."
Wildan yang sedang memainkan langusng mendingak dan menatap wajah Abdillah dengan tidak percaya. "Mereka? Siapa?"
"Fira,Fauzan dan Kathleen."
"Wah,perang dunia ketiga season 2 bentar lagi nih."
"Dan gue bisa minta tolong sama lo?" Abdillah berkata sambil menatap Wildan. "Apa?"
"Urusin Kathleen untuk sementara ini,jangan sampai dia ganggu gue dan Tifa. Gue mohon,Wil."
"Gue juga bakalan siap kalo lo suruh gue bawa dia ke dalam Islam,Ab." ucap Wildan sambil tersenyum hangat pada Abdillah.
Abdillah sedikit bingung dengan perkataan Wildan tapi setelah itu ia melanjutkan aktivitasnya sendiri.
✨
Tifa sedang berjalan menuju Musholla kampus untuk sholat sekalian bertemu Faz karena tadi Faz mengerjakan tugas kuliahnya di perpusatakaan kampus.
Adzan ashar memang sudah dari tadi tapi Tifa baru bisa sholat karena tadi mentoring sedikit lama. Ia melewati shaf perempuan dan menemukan Faz ada di sana dengan mukena yang masih terpakai. Tampak Faz masih berdoa jadi perempuan bercadar itu tak menganggu Faz dulu dan menaruh Faznya dengan sangat pelan-pelan.
Pada sangat ingin ke kamar mandi ia sempat berpapasan dengan Afkar. "Assalamualaikum,Tif."
"Waalaikumsallam."
"Gimana tadi mentoring? Tadi aku gak sempat ikut mentoring." ucapnya sambil tersenyum. "Alhamdulillah,baik."
"Terus Bang Abdillah ada bilang sesuatu sama kamu?"
Tifa hanya mengangguk pasti ini akan menyangkut dengan Fira.
"Setelah sholat,kita ke Cafe sebelah kampus." Tifa mengerutkan keningnya. "Be-berdua,Af?" Tunjuknya bergantian.
Afkar menyentakan tangannya ke kening mendengarkan perkataan Tifa. "Ralat,di Cafe udah ada Bang Abdillah sama Wildan. Fahri sama Farhan ada di dalam,Faz ada di dalam kan?" Tifa mengangguk. "Kita berlima ke Cafe nanti buat ngomongin hal itu."
"Almira?"
Kini,ia tersenyum. "Dia nanti diantar supirnya ke sana. Jangan takut,oke? Kita bakalan tetap bersama buat ngatasin masalah ini."
Tifa hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.
✨
"Gimana Rumah Tahfidz lo,Han?"
Sekarang mereka berjalan beriringan ke Cafe. Di depan ada Afkar,Fahri,dan Farhan ssdangkan di belakang ada Tifa dan Faz
"Alhamdulillah lancar,Ri. Malah ada satu hafidz usia 11 tahun mau berangkat ke Madinah diundang Imam besar Masjid Al-Aqsa."
"Duh,hebat-hebat. Salut gue." timpal Afkar. "Produksi baju koko lo gimana,Ri?" Sekarang Afkar yang bertanya pada Fahri. "Makin banyak omset gue oyy. Rencana mau nambah karyawan karena permintaan makin meningkat. Jualan Baju gamis sama sarung ALAF lagi rame-ramenya nih kan?"
Afkar hanya tersenyum. ALAF adalah kerjasamanya dengan Almira sejak setahun yang lalu. Almira memutuskan untuk jualan gamis yang ia desain sendiri dan Afkar jualan sarung sekalian menambah pemasukan mereka saat menikah nanti.
"Alhamdullilah juga,sekarang ALAF juga mau produksi khimar dan cadar."
Fahri dan Farhan bertepuk tangan karena masing-masing dari mereka hampir sukses dengan pekerjaan sambilan mereka. Fahri dengan produksi baju kokonya,Farhan dengan rumah Tahfidznya,dan Afkar dengan produksi gamis dan sarungnya.
Tifa dan Faz tak mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka hanya fokus ke ponsel masing-masing. Tifa mendengarkan murottal sedangkan Faz dengan menggunakan earphone,chatting dengan teman sekelasnya untuk membahas tugas akhir semesternya.
Mereka berlima melangkah masuk ke dalam Cafe dan duduk di sekitar tempat Abdillah dan Wildan.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
"Udah lama bang?" tanya Afkar sambil menarik kursi lalu mendudukinya. "Dari jam 2,sekalian lepas kangen sama anak cunguk satu." Abdillah melirik Wildan yang asik dengan makanannya.
"Kapan nikah bang?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Fahri. "Maunya sih pas bulan 10,Ri. Tapi karena mereka balik lagi jadi bulan delapan aja."
"Beda 1 bulan dong sama ana bang." sergap Afkar. "Kan ana bulan Juli." lanjutnya.
"Duh,yang pada ngomongin nikah. Sadar dong,di sini masih banyak jomblo." ucapan Wildan membuat Faz,Farhan dan Fahri tergelak. Habisnya tinggal mereka berempat yang masih jomblo.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Almira yang datang langsung mengambil tempat duduk di sebelah Tifa. Ia pun juga sudah memakai cadar seperti Tifa.
Kini mereka delapan duduk melingkar dengan pusat meja yang di atasnya ada banyak makanan maupun minuman yang sudah dipesan Abdillah tadi.
"Oke kita mulai aja,begini seperti yang seperti gue bilang kita bakalan bagi-bagi bag--"
"Eh bentar-bentar,bagi-bagi apa? Makanan?" Wildan memotong omongan Afkar yang mendapatin pelototan dari Abdillah. "Lanjut-lanjut hehehe,"
"Gue jagain Almira,Bang Abdillah ngejagain Tifa karena mereka berdua dan gue sasaran mereka. Kalo mereka bang? Yang bakalan mata-matain mereka siapa?"
"Wildan bakalan mata-matain sekaligus jagain Kathleen supaya mereka gak menganggu kita lagi. Dan Fahri,bisa mata-matain Fira sama Fauzan?" Mendengar perkataan Abdillah Fahri langsung mengangguk sembari tersenyum.
"Faz gimana bang? Kalo dia diculik buat mancing kita kayak aku dulu gimana?" sahut Tifa yang mendapat pukulan di pahanya dari Faz.
"Pikiranmu,Tif. Aku gak papa kok."
"Aku yang bakalan ngelindungin dia."
Kini,semua mata tertuju pada Farhan yang sedang menatap Faz.
✨
T
ataptatapan gitu misalnya😞😒
Happy Sunday!
Thanks for your vote to my story! I'm very excited! Makasihhh!!
Jangan lupa baca ceritanya Faz dan Farhan ya di Toko sebelah eh ralat di cerita sebelah. "Jodohku" nah itu judulnya.Vomment jangan lupa! HeHeheheheh
Oiya bantu aku dong,yang nemuin latarnya kota 'Bantul' komen inline ya! Mau aku ganti latarnya tapi males nyari" di setiap papart
Yang dapat dan komen aku folback
Yang udah aku folback ,kamu ada cerita? Aku baca dan aku bakalan vote gak perlu feedback ke aku lagi😄
Gak ada karya? Aku PROMOTE akunnya di part selanjutnya😊😊😊Mau gak?
Buruan cari!
Gak terbatas lho yah😊