part 20

19.9K 1K 62
                                    

"Kita akan menikah minggu depan"

Nadia melotot mendengar kalimat lamaran yang di telingahnya terdengar seperti perintah itu keluar dari mulut majikannya. Jika saja bola matanya bisa keluar saat ini pasti bola mata Nadia menelinding keluar dari tempatnya mendengar kalimat yang tak pernah Nadia sangka keluar dari mulut majikannya.

Saking syoknya tampa sadar Nadia menjatuhkan mangkuk yang di peganya di atas ranjang begitu pun dengan sendok yang ada di mulutnya.

Revan menatap Nadia tajam saat melihat sisa-sisa bubur sudah meluber kemana-mana dan mengotori ranjangnya.

Nadia menghiraukan tatapan tajam majikannya yang biasanya membuatnya lari terbirit-birit karna Nadia masih menganga tak percaya dan
memandang majikanna ngeri. Nadia masih tak percaya majikannya bisa mengatakan itu padanya.

Setelah beberapa detik Nadia tersadar dari rasa syoknya dan mengerjap-ngerjapkan matanya melirik majikannya penuh selidik. tanggannya dengan cepat meraba kening majikannya sebelum kemudian meraba keningnya sendiri.

"Tidak panas"gumam Nadia melirik majikannya bingun.

Revan yang akan mengamuk  melihat kasurnya sudah kotor dengan bubur sisa  yang sudah meluber kemana-mana hanya bisa melotot dengan apa yang Nadia katakan.

Revan yang akan memarahi Nadia tidak jadi karna teringat pesan pamannya untuk jangan membuat Nadia strees karna itu akan berakibat fatal dengan kandungan asistenya yang masih sangat muda.

Revan mengela nafas panjang berulang kali membuang amarahnya yang sudah di ujung tenggorokan melihat kalakuan asistenya sebelum kemudian menatap Nadia dengan datar.

Nadia mengerutkan alisnya melihat majikannya dengan tatapan polos.

"Sudahlah!!! Pokoknya kita akan menikah minggu depan !!!!"

Setelah mengatakan itu Revan berdiri dan melangkah ingin pergi ke kantor namun langkahnya terhenti saat merasakan ada tangan yang memegang tangannya.

Revan menunduk melihat ke arah tangannya sebelum kemudian melihat kearah Nadia yang memegang tangannya.

"Saya tidak mau menikah dengan tuan" tolak Nadia mantap. Nadia tidak tau apa yang terjadi atau yang mendasari majikannya mengatakan kalimat ajaip seperti itu. Tapi apapun itu Nadia tidak mau melakukan apa yang majikannya perintahkan.

Nadia memang asisten majikannya yang bisa di suruh apa saja tapi hanya membersihkan rumah atau yang berkaitan dengan tugasnya sebagai asisten rumah tangga. Nadia tidak mau melakukan sesuatu yang bukan bagian dari tugasnya sebagai asisten rumah tangga apalagi di suruh menikah dengan majikannya. Di bayar berapapun Nadia tidak mau melakukannya.

"Setujuh atau tidak,kita akan menikah minggu depan karna kau sedang hamil anakku"

Nadia terpaku dan lagi-lagi melotot mendengar kalimat yang keluar dari mulut majikannya.

"Hamil???"

"Apakah aku sedang hamil?" gumam Nadia tampa sadar sambil memegang perutnya yang masih rata. Nadia melotot dan mengelang-gelangkan kepalanya dengan cepat berulang-ulang.

"Tidak! tidak! Tidak mungkin aku hamil karna aku masih perawan" gumam Nadia menganguk-nganguk penuh keyakinan.

Nadia mendongak ingin memberitahukan itu pada majikannya. Tapi Nadia harus menghela nafas pasra saat majikannya sudah tidak ada di kamar itu.

***

"Kemana sih tu si majikan, jam segini belum pulang???" Nadia mengerutu sambil mondar-mandir di depan pintu.

Nadia sedang menunggu majikannya. Nadia akan mengatakan pada majikannya bahwa dia tidak hamil. Nadia juga akan mengatakan pada majikannya bagaimana proses seorang wanita itu bisa hamil.

Majikanku SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang