Aku ingat hadiah pertama yang aku berikan padamu...
"Apa ini?"
"Tentu saja hadiah. Apa kau menyukainya?" tanya Taeyong pada gadis di depannya.
Gadis cantik itu membuka kotak berwarna pink pastel pemberian Taeyong dan terkejut dengan isi yang ada di dalam kotak itu.
"High heels?" tanya gadis itu.
Taeyong menganggukan kepalanya antusias. Meskipun nada suara yang gadis itu keluarkan terdengar tidak sesuai ekspetasinya, tapi Taeyong tidak memperdulikannya. Melihat sepasang high heels berwarna sama dengan kotak yang ia berikan membuat Taeyong teringat akan hadiah pertama yang ia berikan pada si gadis.
Hadiah pertama yang ia berikan tak lain dan tak bukan adalah high heels. Hadiah yang awalnya Taeyong pakai untuk menggoda gadis yang hampir tidak pernah menggunakan sepatu itu.
Alasan Taeyong membelikannya high heels adalah untuk melihat gadis itu tampak lebih feminim. Karena selama ini gadis yang ia cintai itu selalu menggunakan sneakers sebagai alas kaki setiap kali mereka bertemu ataupun berkencan.
Dan sejak hadiah pertama yang Taeyong berikan, kekasihnya itu selalu menggunakan high heels setiap kali mereka pergi berkencan. Itulah kenapa Taeyong merasa gadis dihadapannya ini membutuhkan high heels baru.
"Taeyong-ah..."
"Ne?"
"Aku bukan Chungha! Aku ini Seunghee, Lee Taeyong... " eluh gadis itu. "Kenapa kau belum bisa melupakannya? Apakah dia masih dipikiranmu sampai-sampai kau menyebut namanya di hadapanku? Bahkan faktanya aku lebih menyukai flat shoes ketimbang high heels! Aku benci sepatu ini!!!!"
Ah lagi-lagi Taeyong membayangkan perempuan lain saat bersama Seunghee. Bukan perempuan lain. Tapi dia membayangkan Kim Chungha saat bersama dengan Seunghee.
Benar apa yang gadis bermarga Oh itu bilang. Taeyong belum sepenuhnya melupakan Chungha.
Lebih tepatnya, belum melupakan gadis sederhana itu. Taeyong masih mencintai Kim Chungha dengan seluruh hatinya, sampai-sampai gadis sempurna seperti Oh Seunghee tidak dapat menyicipi secuil cintanya.
"Apa kau benar-benar tidak bisa melupakan dia? Apa Chungha masih ada di hatimu?" tanya Seunghee sambil menatap Taeyong dengan nanar.
Namun jawaban yang ia dapatkan hanyalah kebisuan dari Taeyong. Laki-laki itu tidak bisa membuka mulutnya sama sekali. Lidahnya kelu bagaikan mati rasa.
"Bagaimana jika ibumu tahu masalah ini? Apakah dia akan membiarkan gadis itu hidup bahagia?" tanya Seunghee lagi. "Ibumu... Dia pasti akan sangat kecewa pada anaknya ini jika belum bisa menerima tunangannya sendiri."
Apa yang Seunghee katakan memang benar. Ibu dari Taeyong akan sangat kecewa kalau anaknya itu tidak mau menuruti perintahnya untuk menjalankan perjodohan diantara keluarga Lee dan Oh. Perempuan paruhbaya itu tidak bisa disepelekan. Pasalnya, nyonya Lee akan melakukan apapun agar Taeyong tunduk pada perintahnya.
Termasuk menghancurkan hidup perempuan yang Taeyong cintai satu-satunya yang tak lain adalah Chungha.
Tentu saja Taeyong tidak mau hal itu terjadi pada Chungha. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti perempuan itu.
"Seunghee-ya... Kumohon..." ujar Taeyong.
"Hah... Lucu sekali. Lihat, sekarang seorang pangeran es Lee Taeyong memohon padaku." remeh Seunghee.
Laki-laki itu meraih lengan kiri milik Seunghee dan menggenggamnya. Dia berusaha menahan rasa takutnya akan phobia yang bisa saja datang kembali. Ya, phobia akan kuman. (Baca [Taeyong - Chungha] - GOODBYE)
"Kumohon... Jangan beritahu pada ibuku masalah ini, kali ini... Bantulah aku. Jangan sampai ibuku tahu kalau aku... Masih memiliki perasaan pada Chungha." kata Taeyong sambil memohon. "Bagaimanapun juga, berkat Chungha aku bisa menyentuh tanganmu tanpa keraguan seperti sekarang. Dia yang membuatku sembuh dari phobia yang kumiliki... Kalau saja aku tidak bertemu dengannya berkat takdir, mungkin sekarang aku tak bisa melakukan hal ini padamu."
Sejenak Seunghee memikirkan apa yang baru saja Taeyong katakan. Itu semua adalah kebenaran yang sangat nyata. Seunghee tahu kalau seorang Lee Taeyong memiliki phobia yang sangat membuatnya kesal. Bagaimana bisa seorang laki-laki merasa jijik untuk menggenggam tangan orang lain, duduk makan bersama, dan juga selalu menyemprotkan cairan antiseptik kepada setiap benda yang akan disentuhnya?
Berterimakasihlah pada Kim Chungha yang dengan kesabaran dan juga kasih sayangnya bisa membuat Taeyong keluar dari mimpi buruk bernama phobia itu.
"Baiklah..." ucap Seunghee sambil mendengus. "Tapi ini yang terakhir kalinya, aku tidak ingin kau membawa-bawa gadis itu dalam apapun pembahasannya saat kita bersama."
Mendapatkan kesepakatan yang menguntungkannya membuat Taeyong tersenyum dengan sangat lebar. Ia lalu mengucapkan terimakasih pada Oh Seunghee yang telah meng-iya-kan permohonannya.
"Kalau begitu ayo kita cari flatshoes yang cantik untukmu." ujar Taeyong.
Sebelum Seunghee berkata apapun, laki-laki bermarga Lee itu menarik lengan Seunghee dengan pelan untuk pergi ke bilik yang menyediakan banyak sekali flatshoes kesukaan Seunghee.
Dia tahu, jasa harus dibayar dengan jasa, darah harus dibayar dengan darah, tapi baginya dia belum bisa membayar cinta Seunghee dengan cintanya.
Bagaimanapun ia berusaha mencarikan sepatu tanpa hak yang Seunghee sukai, tapi dia tidak bisa memberikan cintanya pada gadis itu.
____kkeut

KAMU SEDANG MEMBACA
[KPOP] SHORT STORY
Short Story✘ CLOSED REQUEST ✘ > COMPLETED < Request sudah ditutup karena quota terpenuhi, untuk cerita yang belum di publish silakan tunggu ya! KPOP Short Story, enjoy with the pairs... Made by Jellyuta