Haechan benar-benar sudah kehilangan akalnya. Orang waras mana yang mau diajak pergi ke apartemen milik pimpinan kaum werewolf. Terlebih lagi, orang itu punya sejarah kekerasan terhadap mantan kekasihnya. Sebut Haechan gila, karena membiarkan ia dituntun ke tempat tinggal Mark begitu saja.
Otak dan tubuhnya seolah-olah sedang bekerja sendiri-sendiri. Tak ada sinkronisasi di antara keduanya. Karena meskipun otaknya meneriaki Haechan untuk menjauh dari Mark, tubuhnya seolah haus akan sentuhan lembut lelaki itu.
Haechan menurut saja saat ia didudukkan di sofa empuk ruang tamu apartemen Mark. Sejak tadi, ia masih membungkam mulutnya. Ia tidak tau apa yang akan keluar dari mulutnya kalau ia memaksa bicara. Makanya ia membiarkan semua pertanyaan-pertanyaan Mark tak terjawab. Membuat lelaki itu terlihat semakin khawatir.
"Sayang... Kamu kenapa?" tanya Mark sekali lagi, dia sungguh kebingungan dengan sikap kekasihnya yang diam saja sejak di rumah sakit dan selama perjalanan ke apartemennya.
"Kak, aku mau ke kamar mandi." kata Haechan cepat-cepat. Dia ingin segera melepaskan diri dari sentuhan Mark pada puncuk kepalanya itu.
Saking tergesa-gesanya melangkah, ia tak sengaja menyenggol sebuah action figure gundam yang berharga cukup mahal. Membuat bagian lengan, senjata dan kaki dari action figure itu patah dan copot dari sendi-sendinya.
Haechan berdiri kaku di depan puing-puing itu. Matanya terbelalak memandang kekacauan di depannya.
"Haechan!" seru Mark.
Badan Haechan semakin gemetar mendengar seruan Mark barusan. Dia ketakutan. Mark pasti marah padanya. Haechan sangat yakin Mark akan memukulnya setelah ini.
"Hae-"
"Apa- kamu akan memukulku?" cicit Haechan. Kepalanya tertunduk dalam dan matanya terpejam erat ketika dia melihat tangan Mark melayang ke arahnya.
Mark terdiam kaku, ada apa dengan kekasihnya ini? "Tidak. Tentu saja tidak. Aku hanya ingin memastikan kamu tidak terluka lagi, sayang." Tangan Mark yang terulur menarik Haechan kembali ke dekapannya.
Mark terkejut ketika bahu Haechan bergetar di pelukannya, "sayang..."
"Kamu akan memukulku?"
"Tidak! Aku tidak akan memukulmu, kamu kenapa sih?"
"Chan, kamu menangis?" Mark terkesiap saat mendapati mata kekasihnya telah basah oleh air mata.
Haechan membuang muka, "aku takut..." cicitnya.
"Takut apa sayang?"
"Aku takut kamu akan memukulku karena memecahkan figure gundammu itu."
"Kenapa kamu dari tadi bilang soal memukul sih chan? Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan pernah menyakitimu. Aku menyayangimu, Lee Haechan."
'Kamu menyayangi Jaemin, tapi kamu memukulnya.'
"Aku tidak akan pernah memukulmu sayang. Aku tidak akan melakukan hal serendah itu lagi. Aku tidak akan melakukannya, tidak akan pernah-"
Kali ini Haechan yang terkejut karena tubuh Mark tiba-tiba menegang. Pelukan di pinggangnya juga terasa semakin erat. Sebuah kesadaran menghantam kepala Haechan, Mark benar-benar menyesali perbuatannya pada Jaemin. Haechan jadi teringat pada ucapan Taeyong di taman tadi.
"Aku juga tidak mengerti kenapa Mark bisa menjadi ringan tangan dan suka memukul Jaemin. Mark bukanlah anak yang kasar."
"Aku sering merasa kasihan padanya. Mark itu, meski dia bersikap biasa-biasa saja, sebenarnya sangat tersiksa oleh perasaan bersalahnya. Aku bisa melihat betapa tulus dia menyayangi Jaemin, dan itu membuat penyesalannya menjadi semakin besar."

YOU ARE READING
Spellbound | Markhyuck
FanfictionOne spell, and you bind me forever. Mark membenci istilah 'soulmate', sampai dia sendiri merasakan kedatangannya. Haechan tak percaya akan 'love at first sight', sampai dia sendiri merasakannya. Mark x Haechan (GS) #4 dari 265 di Markchan #747 dari...