105. Hasil Karya Lo Hian

1.5K 41 0
                                        

SEKONYONG-KONYONG Gan Leng-poh meraung keras. Tinggalkan Ceng Hun totiang, ia terus menyerbu Bwe Hong-swat. Tetapi cepat disambut Kat Hong dengan sebuah pukulan Bu-ing-sin-kun.

"Hek...." karena tak sempat menjaga, tabib itu terpental mundur sampai beberapa langkah dan akhirnya rubuh ke lantai....

Ciok Sam-kong, Tek Cin, Cau Yan-hui seperti disayat sembilu hatinya melihat Bwe Hong-swat membakar kitab pusaka itu. Betapapun hendak menahan perasaannya namun akhirnya Ciok Sam-kong tak kuat lagi.

"Nona, kitab-kitab peninggalan Lo Hian ini, memang kemungkinan dapat membawa bencana tetapi kemungkinan pun dapat mendatangkan kesejahteraan bagi dunia persilatan. Hal itu tergantung pada orang yang mendapatkannya. Membakar kitab-kitab itu, apakah engkau tak mengecewakan jerih payah Lo Hian yang berpuluh tahun membuatnya dengan susah payah?"

Dengan sikap yang dingin. Bwe Hong-swat tersenyum, "Apakah engkau ingin melihat salah sebuah jilid?"

Ciok Sam-kong merenung sejenak lalu menjawab, "Sekali-kali aku tak mempunyai keinginan untuk mendapatkan kitab pusaka itu, sampai lenyap dari dunia...."

"Kalau engkau tak menghendaki sendiri, perlu apa engkau ribut-ribut merasa sayang?" kata Bwe Hong-swat.

Ciok Sam-kong terkesiap, ucapnya, "Setiap orang tentu kepingin memiliki barang pusaka. Apalagi kitab-kitab pusaka yang mengandung pelajaran ilmu sakti. Terus terang, memang aku pun mempunyai rasa memikirkan juga, hanya saja...."

Bwe Hong-swat menyambar sebuah kitab berkulit kuning dan dilemparkan kepada Ciok Sam-kong, "Jika engkau menginginkan, cobalah engkau ambil yang ini!"

Ketika menyambut kitab itu, kembali Ciok Sam-kong terlongong. Diam-diam ia menggerutu, "Hem perangai budak perempuan itu memang sukar diduga orang...."

Melihat Ciok Sam-kong mendapat bagian sebuah kitab, irilah Tek Cin. Ia berbatuk-batuk dan memberanikan diri berkata, "Nona, sudah lama kudengar nama Lo Hian, sayang tiada rejeki bertemu muka. Tetapi jika beruntung melihat karyanya, hatipun puas juga...."

"Hai, engkau juga mau?" seru Bwe Hong-swat seraya menjemput sebuah kitab dan dilemparkan kepada Tek Cin.

Cau Yan-hui pun segera berseru, "Nona ingin juga...."

"Baik terimalah ini!"

Tiba-tiba Gan Leng-poh loncat bangun dan berseru, "Akupun ingin sebuah!"

Bwe Hong-swat menyambar sejilid buku terus dilemparkan kepada tabib itu.

si nona baju merah tak ketinggalan, "Sam-sumoay, mengingat kita tinggal seperguruan dan terikat persaudaraan...."

"Tak usah bicara apa-apa, kau pun mendapat bagian sebuah!" tukas Bwe Hong-swat seraya melemparkan sebuah kitab kearah sucinya. Kemudian ia berseru, "Siapa lagi yang minta?"

Ia mengulang beberapa kali tapi tiada seorangpun yang menyahut.

Ceng Hun Totiang melihat api makin menyala besar. Kecuali lima jilid kitab yang dibagi-bagikan Bwe Hong-swat tadi, semua kitab yang berada diatas meja itu telah terbakar semua.

Tiba-tiba ketenangan imam Ceng Hun luluh dan ia pun menghela napas. "Bagus, sekalipun tidak semua terbakar, tetapi sebagian besar bencana sudah lenyap...."

Habis berkata Ceng Hun Totiang terhuyung-huyung dan rubuh.

Setelah buku buku terbakar semua Bwe Hong-swat menghampiri ketempat Siu-lam.

Tampak kepala dan pakaian Hian-song basah kuyup bermandi peluh. Sedang wajah Siu-lam pucat lesi, tubuhnya menggigil.

Bwe Hong-swat menyadari bahwa kedua anak muda itu telah memasuki babak yang berbahaya. Sesungguhnya tenaga dalam Hian-song belum cukup tapi dara itu tetap memaksa diri untuk membuka jalan darah utama seng-si-hian-kwan ditubuh Siu-lam.

Wanita IblisWhere stories live. Discover now