Awal tahun 2015.
Pukul 11.20 malam.Seorang gadis yang tidak tahu apa-apa, mengirim sebuah pesan.
Kak, aku mau ke bandung.
Katanya.
Lalu dia merebahkan diri, diam di atas ranjang kamarnya.
Dia tidak mengharap balasan, tidak pula berekspektasi macam-macam. Merasa bodoh, iya sedikit. Dia adalah saya. Waktu itu. Si (hampir) delapan belas tahun yang mengaku tidak sedang jatuh cinta.
Padahal nyatanya iya.
Kepada yang berjarak ratusan kilometer jauhnya, yang cuma tiga kali ditemuinya secara langsung, yang awalnya hanya iakagumi lewat media sosial.
Nada notifikasi lantas berbunyi. Saya bergerak cepat, secepat laju detak jantung saya kala itu.
Iya? Ngapain dek? Berapa hari? Boleh tuh ketemu 😁
Pendek. Tapi saya tersenyum.
Saya selalu senang melihat nama Kak Ale muncul di bar notifikasi handphone saya. Sejak kapan pastinya saya tidak tahu. Mungkin tiga bulan yang lalu, mungkin dua bulan--yang jelas rasanya seolah kami telah saling mengenal untuk bertahun-tahun lamanya.
Iya. Mas ravi kan balik ke bandung besok, aku mau ikut aja wkwk bosen di rumah. Mungkin tiga hari aja kak. Boleeeh hehe
Tidak sampai sepuluh detik kemudian, handphone saya kembali berbunyi. Dan lagi-lagi saya tersenyum. Dia siaga, pikir saya.
Ooo si ravi balik besok? Okedeh 👌 Tapi ntar mainnya jangan sama ravi wkwk
Sama siapa dong kak?
Berdua aja
Boleh kamu bilang besar kepala, tapi saya yakin bahwa saya tidak pernah tersenyum semerona itu sebelumnya. Saya tidak pernah merasa begitu senang, sampai-sampai saya ingin lari ke kamar abang saya dan memeluk dia sebagai ucapan terima kasih karena telah membuat kami berjumpa.
Awal tahun 2015.
Aldebaran Abimanyu sudah bisa membuat saya gila.Meski wujudnya tidak ada. Meski cuma di bayang-bayang saya saja.
.
.
."Kamu mau jalan sama Ale?"
Seteguk air mineral yang baru menuruni kerongkongan saya langsung saja terdesak keluar. Mas Ravi tertawa, tapi segera saya tendang kakinya. Untung saya ingat ini kabin pesawat.
"Emang beneran gitu?"
"Mas tau darimana?"
"Orang Ale yang izin sendiri."
"Izin?"
"Iya. Semalem dia telepon. Katanya mau minjem kamu dua hari."
"Trus Mas bilang apa?"
"Ga boleh lah!"
"Hah, kenapa ga boleh?"
"Kurang lama. Harusnya tiga hari. Apa seminggu sekalian. Kalo bisa daftarin kerja juga di Indomaret. Kasian Mas liat kamu libur ngga ada kerjaan di rumah."
"Mas!"
"Hahahaduh duh duh!" Mas Ravi meringis, langsung berusaha melepas tangan saya dari mencubit lengannya. "Iya iya bercanda! Mas bolehin kok, Mas bolehin!"
Rasanya saya ingin menampar wajah saya sendiri waktu saya sadar saya langsung tersenyum senang. Seakan-akan saya baru mendapat doa restu, padahal siapa juga yang minta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Ale
FanfictionKamu mau mendengar cerita-cerita singkat saya dengan Aldebaran, tidak? Peraturannya cuma satu: dilarang jatuh hati.