Seminggu kemudian...
“Bi, ada yang nyari di depan kelas!” seru bendahara kelasku, Mela.
Aku mengerutkan kening. “Siapa?” kulihat Mela menggendikkan bahu.
Dengan bertanya-tanya, aku berjalan ke depan kelas. Tidak ada siapa-siapa. Leherku refleks melongok ke samping kelas. Lalu mataku terpaku.
Tubuh itu menjulang di hadapanku, kulitnya yg langsat memerah terterpa sinar matahari. Rambutnya yang sedikit panjang sengaja diatur acak-acakan. Alis yang tebal dan matanya yang lebar bersinar jahil. Bentuk rahangnya kokoh.
Tubuh itu menyandarkan punggung ke dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Tubuh itu nyata. Bermassa.
Dan tidak lagi berpendar.
Salah satu ujung bibirnya tertarik. Senyuman itu!
“Hai, Bianca.”
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Escaping Spirit
Teen FictionAku adalah seorang gadis biasa. Normal dan bukan termasuk gadis yang cantik dan populer, aku juga tidak terlalu pintar. Apalagi indigo atau bahkan cenayang. Sangat bukan! Hanya seorang remaja yang mempunyai fanatisme stadium akhir kepada semua jenis...