Prolog

10K 296 0
                                        

"Mbakman, emang harus hari ini banget baliknya?" tanya Lyla dengan sedih kepada Manda, sahabat dari kecilnya yg sudah seperti keluarga.

Manda yg sedang berkemas, tersenyum kepada Lyla lalu menjawab pertanyaan Lyla. "Kakly, mbak kan harus kuliah disana jadi mbak harus balik kesana. Kayak tahun sebelumnya kan gini juga. Lagian mbak disini udah hampir 2 bulan juga loh kak, udah lama loh itu."

Lyla berdecak sedih. "Tapi tetap aja gak cukup buat kakak mbak, kakak pengennya mbak itu tinggal aja disini biar kita bisa tidur bareng sering sering terus jalan bareng, curhat bareng. Kalo dulu aja waktu kita masih sekolah walaupun kita gak tinggal di satu kota tapi setahun itu mbak bisa ke Jakarta 3 atau 4 kali karena mbak kerumah oma liburan, masih bisa juga telponan atau kirim kiriman surat. Nah sekarang, malah beda negara lagi, setahun itu sekali juga belum tentu mbak pulang. Dan susah banget komunikasian, seminggu cuma bisa sekali kirim kiriman email. Itu juga kalo mbaknya lagi gak ada tugas. Kenapa mau sih mbak diasrama gitu? Heran deh, padahal disini juga banyak kampus yg bagus," cerocosnya panjang lebar.

Manda yg sedaritadi mengemasi barangnya pun sudah selesai, tapi ia mendengarkan seluruh perkataan sahabat kecilnya itu. Lalu ia duduk disamping Lyla.

"Kakly, tapi kan mbak udah 2 tahun ini selalu pulang kerumah oma. Ya walaupun cuma sekali setahun sih, daripada gak sama sekali. Dan setiap minggu itu kita emang gak pernah absen kan emailan? Mbak selalu balesin semua email email yg kakak kirim dalam sehari. Walaupun kita gak bisa komunikasian secara bebas, karena kakak kan tau sendiri di asrama gak boleh mainan hape. Kakak jangan gak ikhlas gitu dong, ntar mbak disana kepikiran terus sama kakak," Manda merangkul Lyla dan meletakkan kepalanya dipundak Lyla. "Perasaan dulu mbak deh yg selalu manja sama kakak dan kakak itu selalu bersikap dewasa, tapi sekarang kok kebalikannya ya," ia tertawa mengingat sikap Lyla yg tiba tiba berubah manja.

"Abisnya kakak masih kangen sama mbak, masih pengen jalan jalan bareng," ujar Lyla masih jutek.

"Dekdin juga belum pulang kan, dia masih seminggu lagi disini. Dan kakak bisa ajak dia kemana aja yg mbak mau."

"Iya deh iya," Lyla menghela nafasnya. "By the way, mbakman belum punya pacarkan ya?"

Manda mengangkat kepalanya dan menggeleng. "Belum, kenapa kak?"

"Ntar kalo mbak punya pacar kakak dilupain lagi," Lyla memasang wajah cemberut.

Manda tertawa. "Ya gaklah kak, kakly itu selalu ada dihati mbak. Tenang aja. Ntar kalo mbak udah punya pacar mbak kenalin kekakak deh, supaya dia tau siapa yg ada disamping aku terus dari kecil sampek sekarang."
Lyla tersenyum, dan entah kenapa ia merasa sedih lalu memeluk Manda. "Mbak hati hati disana ya, kita harus tetap emailan. Kakak bakalan kangen banget sama mbak," setelah ia melepaskan pelukannya, air matanya jatuh satu persatu.

"Kakly kok nangis sih, jangan nangis dong ntar mbak ikutan nangis," Manda menghapus air mata Lyla. "Kakak juga baik baik disini ya, jaga kesehatan juga. Dan jagain oma."

"Dih, emangnya oma anak kecil apa yg harus dijagain," tibatiba seorang wanita paruh baya masuk kekamar Manda.

"Oma kan emang anak kecil, buktinya kalo om Danu, tante Risa dan dek Kila pergi liburan pasti minta ditemeni sama aku dirumah karena takut sendirian," ujar Lyla dengan nada meledek kepada wanita paruh baya tadi yg ternyata adalah omanya Manda.

"Ih fitnah, kamu tu yg sering khawatir sama oma kalo sendirian dirumah terus kamu minta ijin sama mama papa kamu supaya bisa nginap dirumah oma," oma membalas ledekan Lyla, sedangkan Manda hanya tertawa saja. "Ini kenapa sih kok kayaknya lagi sedih sedihan gitu?" oma memperhatikan wajah Lyla dan Manda secara bergantian.

"Ini oma, kakly tibatiba jadi cengeng dan manja karena gak ikhlas aku balik," jawab Manda.

"Biarin aja mbak, kakakmu ini lagi galau dan belum bisa move on makanya kebawa bawa sedihnya," perkataan oma bermaksud sindiran untuk Lyla.

Cepat cepat Lyla membalasnya. "Dih oma fitnah, kata siapa aku belum move on. Oma omongannya ngaco nih."

"Udah ah, ntar gak selesai selesai. Mendingan kita buruan keluar deh biar berangkat ke bandara, ntar si mbak ketinggalan pesawat lagi karena obrolan kita yg bakalan panjang," tutur oma.

"Siap oma," jawab Manda.

"Padahal oma duluan juga yg mulai," Lyla berkata dengan suara pelan agar oma tidak mendengar, tetapi Manda mendengarnya makanya Manda tertawa.

Kemudian mereka bersama sama keluar dari kamar Manda dengan membawa koper dan juga tas yg berisikan barang barang milik Manda yg akan dibawanya kembali ke asrama dimana ia menuntut ilmu.

Your Lips So KissableWhere stories live. Discover now