Sherina terbangun dengan mata bengkak, semalam suntuk dia tak mampu memejamkan matanya. Melihat secara live percintaan panas Lenno dengan Anaz. Tak masalah jika mereka bercinta, itu hak mereka. Hanya saja, Sherina kecewa dengan Lenno yang tak pernah mau jujur dengan perasaannya. Jika memang mencintai Anaz kenapa harus seolah seperti menolaknya? Sementara di ranjang begitu menikmati? Dan satu hal lagi yang amat mengecewakannya, Lenno tidak puas dengannya saat ada di ranjang
"Aku bukan seperti Anaz, aku tak lihai dalam hubungan sex. Aku tak mampu memuaskannya" batin Sherina pilu
Dengan langkah gontai Sherina keluar dari kamar Anaz menuju kamarnya dan Lenno. Kamar itu masih tertutup, entah sampai jam berapa mereka bercinta, Sherina tak mampu mengingatnya lagi. Dengan tangan gemetaran, Sherina mengetuk pintu kamar itu. Bukan ingin mengganggu, dia hanya mau mengambil baju ganti
Tok.. Tok.. Tok...
Tak berapa lama pintu terbuka tampaklah Anaz dari balik pintu dengan sebuah selimut menutupi bagian dada dan kebawah, di leher putihnya tercetak bekas merah akibat ulah Lenno. Dengan susah payah Sherina tersenyum
"Sherin? Aduh maaf ya, aku lupa waktu" ujar Anaz, Sherina tersenyum masam
"Lenno..."
"Oh Lenno masih tertidur, sepertinya dia kelelahan. Aku benar - benar tak paham, kenapa suami kita ini begitu kuat dalam urusan ranjang. Aku sampai kewalahan menghadapinya. Kalau dulu, saat dia bercinta denganmu apakah seliar itu?" tanya Anaz tanpa basa basi
"Bukan kapasitasmu untuk mengetahui percintaan yang aku dan suamiku lakukan" ujar Sherina datar
"Suami kita Sherin, dia suami kita!" Sherina mendesah.
"Aku ingin mengambil beberapa baju ganti" ujar Sherin.
"Masuklah, ini kamarmu" ujar Anaz mempersilahkan Sherina masuk
Sherina menatap Lenno yang tengah damai dalam tidurnya, sepertinya percintaan mereka sebegitu panasnya membuat Lenno terkapar seperti itu. Sherina menatap sekitar ranjangnya awut - awutan, baju dan dalaman berserakan di lantai. Dia tak kuat melihat pemandangan ini dikamar miliknya. Dengan cepat dia mengambil baju ganti lalu beranjak keluar kamar.
Namun Sherina berbalik "Jika sudah selesai, tolong kamarku di rapikan!" ujar Sherina ketus Anaz mengangguk paham
"Dan lain kali, jika ingin bercinta gunakan kamarmu dan satu lagi, jika nanti Lenno terbangun lalu menanyakan aku, katakan bahwa aku keluar bertemu dengan Arizta!" Sherina berjalan keluar kamar itu. Anaz tertawa dalam hatinya. Bahagia? Tentu! Kali ini dia pemenangnya. Tidak usah menggunakan cara arogan membuat pasangan suaminya itu sakit hati dan pasti akan memilih kabur. Tapi dengan cara manis begini juga begitu menyenangkan.
"Ini baru awal permulaan Sherina, permainan akan semakin seru kedepannya. Nikmatilah" batin Anaz tertawa
*****
Lenno menatap hampa meja makan ini, biasanya Sherin yang menyiapkannya sarapan pagi, tapi hari ini Anaz yang menyiapkannya. Desahan kecewa terus dilakukan oleh Lenno
"Makanlah, kau butuh asupan nutrisi untuk berangkat kerja" ujar Anaz. Lenno menatap malas dan menganggukan kepalanya
"Kau tau, kemana perginya Sherina pagi - pagi ini?"
Anaz mengangkat bahunya "Entahlah, tadi saat aku terbangun aku melihat Sherina berpenampilan rapi tanpa pamit kepadaku dia langsung pergi" ujar Anaz. Lenno mendesah pelan. Dalam pikirannga berkecamuk, kemana perginya Sherina? Apakah dia marah karena semalam dia dan Anaz bercinta di ranjang milik Sherina? Dia pasti sangat kecewa! Lenno bangkit dan beranjak pergi meninggalkan Anaz tanpa sepatah kata. Anaz mengejarnya

YOU ARE READING
Cinta Kedua (END) 21+
Romance__Sherina Adiba Pratiwi__ Aku mencintai suamiku tapi aku juga mencintai keluarganya. aku ingin dia dan keluarganya bahagia, aku tidak ingin egois. aku yang gagal menjadi istri yang sempurna untuknya. aku mengikhlaskannya menikah kembali demi mendapa...